Air Suci

75 6 44
                                    

Yorobun! Ini lanjutan dari yang kemarin. Gatel pengen apdet kemarin tapi gajadi. Pengennya tetep Minggu tapi besok sibuk. Yaudah sekarang aja wkwk

Met baca!

°°°

Nana menaiki tangga digendong Jaehyun lagi seperti kemarin-kemarin. Setelah diturunkan di depan sofa ruang TV, gadis itu menoleh ke arah kamar Deby. Dari sana samar terdengar suara musik dengan tempo cepat. Nana melirik jam dinding dan dahinya mengerut, baru jam 14.36 tapi Deby udah pulang. Padahal biasanya kalau hari Kamis dialah yang lebih dulu sampai kos dibandingkan bocah itu.

"Bentar ya," Nana melangkah sedikit tertatih ke kamar Deby. Jaehyun yang tadinya mau duduk langsung mengekor.

Gadis berambut pendek itu mengetuk pintu setelah memastikan bahwa suara musik itu memang dari sana. Nggak ada jawaban. Hanya ada satu kemungkinan dan Nana mencoba membuka pintu kamar Deby untuk memastikan.

Irama musik yang menghentak menyambutnya begitu pintu terbuka. Buset, Nana sedikit memundurkan kepalanya. Bagaimana Deby bisa terlelap dengan musik yang kadang justru bikin sakit kepala itu masih menjadi misteri bagi Nana. Dia hanya geleng-geleng kepala melihat si pemilik kamar yang sepertinya tertidur dalam posisi telungkup dengan wajah yang menghadap ke tembok. Musik masih mengalir dari pengeras suara di mejanya.

Pantas saja Kiki bilang ke dia kalau Deby nggak membalas chat maupun mengangkat telponnya. Pasti hp Deby disilent.

"Ckckck.."

Nana menoleh cepat dan menjeda langkahnya masuk ke kamar saat mendengar suara decakan. Dia nggak sadar kalau Jaehyun mengikutinya.

"Heh, ngopo nginjen-injen!" Nana berseru pelan. Nyaris berbisik.

"Ga nginjen, lawange mbukak ngene lho," balas Jaehyun.

"Metu, metu, hush!" Nana mengibas-ibaskan tangannya. Temannya yang punya kamar ini nggak suka kalau ada orang nggak dikenal melihat-lihat kamarnya, apalagi tanpa seizin dia sendiri.

Jaehyun manyun, meski akhirnya beranjak dari pintu sambil menutupnya sedikit.

Menghampiri sisi tempat tidur, Nana meraih hp Deby yang tergeletak begitu saja di kasur dekat tangannya. Kali ini Deby nggak mengatur sleep timer di playlistnya, Nana menyimpulkan kalau cewek itu nggak berniat untuk tidur. Hoodienya saja masih belum dia lepas, ujung kaki yang menjuntai melebihi kasur pun masih terbalut kaus kaki.

"Dab," ditepuknya pelan punggung gadis itu setelah menekan tombol pause di layar hp Deby.

"Dabooo.." ulang Nana, kali ini mencolek punggung Deby berulangkali dengan telunjuknya.

"Hmm.." Deby bergumam setengah sadar.

Nana menghela napas. Kadang susah banget bangunin kebo satu ini lah.

"Dabooo, bangun woy temen lo yang satu itu udah ribut!"

Deby bergerak meregangkan tangan dan kakinya, tapi malah meringkuk memeluk bantal setelah itu.

"Yee dasar kucing!" Nana berdecak gemas.

Mengamati temannya itu, Nana menjentikkan jari saat sebuah ide melintas. Diraihnya tudung hoodie yang masih Deby kenakan dan dia pakaikan ke kepala pemiliknya hati-hati. Lalu dia menarik tali hoodie itu hingga mengkerut menyisakan satu lubang di depan wajah Deby.

COMPASS | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang