The Universe Must Be Crazy, alternatively. Juga merupakan The Revelation™.
Chapter ini mungkin bakal terasa panjang. That's the only warning.
Met baca!
°°°
"Lo?!"
Gadis berkacamata itu mengedipkan matanya berulangkali, siapa tahu ini hanya ilusi belaka. Tapi orang itu masih di tempat yang sama. Hanya bedanya, jika tadi dia masih duduk di atas motor, sekarang berdiri dengan postur nggak nyantai di samping motornya.
"Anjir ngapain lo disini?"
Setelah beberapa saat saling tatap dengan aura-aura tak mengenakkan, akhirnya laki-laki di depannya itu buka suara.
What? Deby mengernyit tak suka dengan nada bicara cowok itu. "Suka-suka gue ya. Bukan urusan lo!" balasnya tak kalah ketus.
Siapa lo tanya-tanya gue ngapain, lanjut Deby dalam hati. Dia menemukan kebingungan sekaligus tanda tanya di raut wajah Nana. Deby pun menebak kalau di belakangnya, Doyoung juga memiliki ekspresi tak jauh beda, tapi dia abaikan. Matanya masih menatap si cupang sialan itu dengan tajam.
"Bentar, bentar, ada apa nih?" terdengar suara Doyoung menyela. Deby abaikan juga.
"Kalian saling kenal apa gimana?" Nana ikut menyuarakan kebingungannya. Masih Deby abaikan.
"Gue? Sama cewek ikan lohan? Hah!" cowok itu mendecih dengan pongahnya.
Anjir mulutnya!
Mendadak matahari terasa begitu panas, seperti saat dia ketemu orang ini di kedai jus waktu itu. Apakah manusia ini titisan Dewa Matahari? Soalnya Deby selalu merasa suhu matahari seolah terasa satu derajat lebih panas saat berhadapan dengannya. Nggak mungkin kan?
Melepas helm dengan gusar, Deby membalas, "Apaan sih lo, cupang!"
Dia biarkan rambutnya yang semula dia cepol tanpa tali itu tergerai lepas di bahunya. Pikirannya udah mengantisipasi balasan dengan nada sengit dari lawan bicaranya. Namun sepertinya terdapat keanehan secara tiba-tiba.
Laki-laki di depannya itu membelalakkan mata dalam sepersekian detik setelah Deby melepas helm. Seolah tertegun tak percaya dan hanya diam seribu bahasa menatap gadis di depannya. Membuat Deby merasa sedikit risih dengan cara cowok itu menatapnya lekat seolah dia baru melihat spesies makhluk ajaib yang tadinya hanya dia dengar dalam fiksi fantasi saja. Mungkin semacam unicorn atau phoenix.
Deby baru mau membuka mulutnya untuk memprotes tapi suara Doyoung mendahuluinya.
"Bentar, bentar, ini Dabo sama Yuta ada apaan sih?"
Gadis yang udah siap dengan protesnya di ujung lidah itu membulatkan mata. Otak Deby ngadat seketika. Blank. Telinganya nggak salah dengar kan?
Bentar, bentar, bentar. What the fuck is goin' on? Deby membatin bingung.
Tangannya refleks menggenggam kunci motor lebih erat. Detak jantungnya seolah terhenti sesaat sebelum kembali memompa darah dengan irama dua kali lebih cepat. Tubuh dan pikirannya seperti sedang memberikan mixed signal kepadanya begitu mendengar nama yang diucapkan Doyoung barusan.
Yuta? Yuta?? As in..? Deby bahkan nggak melanjutkan arah pikirannya karena masih terlalu kaget.
Pikirannya belum mau diajak kerjasama, masih berkecamuk dengan dua informasi yang bersinggungan namun saling bertolak belakang di dalam benaknya. Bahwa orang yang mengakibatkan kerugian fisik baginya itu adalah orang yang sama yang sering dia perhatikan di tim bola universitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPASS | Nakamoto Yuta
Fiksi Penggemar[start : 8 Juli 2020] Sebuah perjalanan dan cerita gila antara Debora dan mas-mas UKM bola. Ribut? Gausah ditanya. "Deb" "Hmm.." "Deb!" "Apasih?" "Woy nyet!" "Anj-lo kira gue beruk??" Yuta diam. Debora menatap heran. "Kenapa sih?" Yuta nyengir. "G...