A Friend in Need, A Friend Indeed

58 4 69
                                    

Nyaris aja lupa kalo ini jadwal apdet wkwkwk

It's gonna be a long ride. Met baca! ✨

°°°

"Istirahat dulu Jo, ntar kecapekan," ujar Yuta sebelum berpisah dengan Johnny dan masuk ke kos masing-masing.

Rekan setimnya itu hanya tertawa sekilas, membuat Yuta geleng-geleng kepala. Johnny memang tampak begitu sibuk bahkan sejak awal pekan. Untuk latihan hari ini saja, dia datang cukup mepet dengan waktu mulai. Padahal biasanya termasuk yang datang lebih awal. Habis dari perpus buat nugas katanya. Dan setelah ini saja, katanya dia masih harus bertemu dengan temannya untuk urusan tugas juga.

Emangnya tahun terakhir seribet itu ya? Perasaan gue sekarang biasa aja deh, batin Yuta dengan kening berkerut.

Yuta yang baru pulang latihan sepak bola bersama Johnny untuk sparring Jumat lusa itu bergegas memasuki kos. Rasanya udah gerah banget, pengennya langsung mandi keramas tapi keringatnya masih cukup banyak dan harus menunggu sebentar kalau dia nggak mau masuk angin jika nekat langsung mandi.

Ngomong-ngomong soal sparring di hari Jumat, Deby belum juga membalas ajakannya untuk ikut dengannya. Coret, bukan ajakan, tapi tuntutan. Yuta memang menuntut gadis itu kali ini. Salah siapa membahas soal hutang budi segala waktu Yuta membantunya mendorong motor sampai bengkel kemarin sore.

Gadis itu memang membalas chatnya kemarin, meski nggak secepat itu juga. Hanya saja Yuta nggak penah menyangka jawaban Deby akan melebihi mimpi buruk Ujian Nasional waktu SMA.

°°°

Selasa, pukul 21:38.

Yuta menutup pintu kamarnya setelah temannya pergi. Barusan dua orang temannya memang ada yang ke kos untuk mengerjakan tugas kelompok mereka. Sekaligus mengerjakan laporan praktik. Mumpung ada teman jadi lebih produktif. Sore hari bersama Deby nyaris terlupakan, kalau saja dia nggak ingat ucapannya tadi sebelum berpisah dengan gadis itu di depan bengkel.

Ingat kan, kalau Yuta habis membantu Deby saat motornya mogok di parkiran waktu dia udah mau pulang? Gadis itu menawarkan balas jasa. Berhubung hari ini dia ada urusan, dan ini adalah fakta yang dia jadikan alasan, maka Yuta menuntut ganti di lain hari. Dan tadi dia mengatakan sesuatu yang nyaris mustahil dia lakukan saat ini.

Yuta akan menghubungi cewek itu.

Tapi masalahnya, dia belum punya kontaknya juga.

Kemarin usahanya minta nomor Deby ke Nana melalui Jaehyun gagal. Gebetan Jaehyun itu menolak mentah-mentah. Yuta terduduk di kursinya dengan raut berpikir. Laki-laki itu lalu menyambar hp yang tergeletak di meja, kakinya melangkah tergesa ke kamar salah satu adik tingkatnya.

"Jaehyun!"

Suara tempat pensil jatuh dan isinya yang berserak menjadi pengisi latar setelah Yuta masuk kamar Jaehyun. Agak dramatis. Netra Yuta beralih dari wajah tanpa ekspresi milik sang penghuni kamar yang menatapnya, ke arah lantai yang dipenuhi berbagai pulpen dan pensil yang terhambur dari tempatnya. Yuta nyengir.

"Nyapo," Jaehyun berujar dengan nada datar.

"Sori, sori, gue bantuin deh," Yuta memunguti benda-benda Jaehyun tanpa diminta.

Jaehyun ikutan jongkok, keningnya berkerut sembari memasukkan satu-persatu alat tulisnya.

"Lo ada maunya ya?"

COMPASS | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang