🍂 Blank [5]

14.4K 1.6K 48
                                    

.
.
.

Taehyung menghentikan aktivitasnya ketika seseorang memasuki ruangan kerjanya.

Ia menghela napas ketika melihat Hyorin, sang Ibu tiri yang sama sekali tidak ia anggap itu kembali datang ke kantor menemuinya.

"Ada apa? Bukankah aku sudah memutuskan kontrak kerjasama antara perusahaan ini dengan perusahaanmu?" ujar Taehyung tanpa melihat ke arah Hyorin.

Hyorin sedikit tertawa kecil. "Apa aku tidak boleh menemui puteraku sendiri?"

"Aku bukan anakmu, dan kau bukanlah Ibuku. Jadi jangan menemuiku lagi jika tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan." jawab Taehyung.

"Aku kemari ingin meminta tanda tangan darimu. Itu saja." ujar Hyorin sedikit mendongak angkuh menatap Taehyung.

Taehyung mengernyit. "Tanda tangan untuk apa?"

"Pengalihan harta warisan milik Ayahmu." jawab Hyorin.

Taehyung semakin mengernyit bingung. Bukankah Ayahnya memang memberikan atau mewariskan seluruh hartanya pada Hyorin?

"Warisan itu ... Ayahmu mewariskan setengah kekayaannya padamu, dan setengahnya lagi untukku. Aku pikir kau tidak membutuhkan warisan itu, bukan? Kini kau sudah menjadi direktur utama di perusahaan Jeon's group, bahkan perusahaan ini jauh lebih besar dibanding perusahaan yang aku pimpin sekarang." jelas Hyorin.

"Jadi tandatangani ini sekarang. Percuma kau mendapat warisan itu tetapi kau justru bekerja dan mengembangkan perusahaan milik orang lain. Jangan jadi manusia serakah." Hyorin menaruh sebuah map berisikan kertas warisan dihadapan Taehyung.

Taehyung sedikit mengepalkan tangannya, lalu menatap Hyorin datar.

"Aku tidak akan pernah menandatanganinya. Dan koreksi perkataanmu barusan, kau yang serakah, bukan aku. Sejak awal kau yang menghancurkan kebahagiaan keluargaku. Kau sengaja menggoda Ayahku untuk bisa mendapatkan hartanya. Memang sudah seharusnya seluruh warisan milik Ayah jatuh ke tanganku, bukan kau. Kau pikir kau siapa?" ujar Taehyung membuat Hyorin naik darah ditempatnya.

"Anak macam apa yang pergi meninggalkan Ayahnya dalam keadaan sekarat! Kau adalah anak yang tidak tahu diri. Setelah pergi meninggalkan rumah, meninggalkan Ayahmu, kau masih ingin memiliki hartanya? Disaat kau sudah memiliki semua kekayaan dari keluarga Jeon? Apa kau tidak punya rasa malu?" Hyorin menatap Taehyung dengan kedua bola mata yang membesar.

"Kau yang tidak punya rasa malu. Dengan berani dan dengan percaya dirinya kau berkata seperti itu tanpa berkaca terlebih dahulu?" balas Taehyung tenang.

"Tepat disaat kau pergi meninggalkan rumah, penyakit Ayahmu kambuh! Setiap hari dia mengharap kau pulang ke rumah dan semakin hari kondisinya kian memburuk. Kau tidak tahu itu, kan?" ucap Hyorin dengan seringai lirihnya diakhir.

Taehyung sedikit menggertakkan giginya dan membuang pandangan ke arah lain.

"Ayahmu sekarat karena terus memikirkanmu! Kau pergi tak kunjung kembali, bahkan sampai di sisa akhir hidupnya ... Ayahmu menunggumu pulang, Taehyung. Tapi kau tidak kunjung kembali. Ayahmu rindu, dan dia menyayangimu. Apa penjelasanku barusan sudah jelas?"

Taehyung sedikit meremat berkas dihadapannya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Bohong. Kenapa saat aku pergi Ayah tidak mencegahku? Dia hanya diam saja, bahkan tidak berusaha mencariku. Padahal selama ini aku tinggal bersama Paman." ucap Taehyung terdengar lirih.

"Kau sudah dewasa. Waktu itu Ayahmu berpikir jika kau pergi hanya untuk menenangkan dirimu. Dia tahu kau membencinya, makanya dia membiarkanmu untuk menenangkan diri sejenak. Dia pikir kau akan kembali, namun nyatanya kau tidak kembali lagi ke rumah." jelas Hyorin.

Blank「✓」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang