Prologue
———————————
"Oma," Meida memasang wajah murung, tangannya bergerak memijat-mijat kaki Oma nya dengan lemas.
"Hm?"
"Kak Diko tinggal sama Mama Papa, tapi kenapa ya, Meida tinggal sama Oma Opa?"
Oma yang tadinya telungkup merubah posisinya menjadi duduk. Ia menepuk bahu Meida, "Meida nggak suka tinggal sama Oma dan Opa?"
Mendengar itu Meida langsung menggeleng panik. "Nggak! Bukan gitu Omaaa! Meida kan cuma nanya." Dia memelankan akhir kalimat, kepalanya menunduk, takut melihat reaksi Neneknya.
Oma tersenyum teduh, tangannya bergerak menangkup wajah si cucu untuk mendongak menatapnya. "Kalo kamu ke Jakarta bareng mereka, seneng nggak?"
Pertanyaan Oma membuat gadis itu terperangah, matanya bergerak kesana kemari untuk memikirkan jawabannya.
"Nggak usah dipikirin." Sanggah Oma disambut kekehan nya sendiri, beranjak berdiri dari ranjang. "Siap-siap. Tiga hari lagi kamu kesana, ketemu orang tua dan kembaran kamu." Lanjutnya seraya berjalan keluar kamar.
Meida cepat-cepat ikut berdiri, "Oma, Kenapa cepet banget?" Dia bertanya getir, matanya berkaca-kaca. Meida merasa bimbang, dia ingin berkumpul dengan keluarganya lagi. Tapi dia juga tidak ingin meninggalkan Nenek dan Kakeknya disini. Bagaimana pun juga hampir lima tahun dia diurus Opa dan Oma.
"Loh kan kamu yang minta Mei,"
"Aku nanya bukan minta Omaaa.."
"Berarti kamu nggak mau tinggal sama mereka?"
"Enggak gitu! Enggak gitu, enggak Oma... Nggak gituu," Meida merengek, tangannya mengusap air mata yang memupuk dimatanya. "Tapi Oma sama Opa ikut kesana ya?"
Oma yang sudah bersiap menutup pintu jadi menyembulkan kepalanya dari celah, senyum meledek tercetak jelas diwajahnya. "Tidak semudah itu Ferguso." Dia langsung melenggang pergi dengan tawa renyah setelah mengatakan itu. Meninggalkan Meida yang terengah-engah menahan tangisan yang ingin tumpah.
"OMAAAAA!"
***
Setelah panggilan terhubung, ponsel nya langsung ia tempelkan pada kuping. "Kak Diko?!" Panggilnya tak santai.
Di seberang sana kembarannya langsung menjauhkan ponsel dari kuping, lalu kembali mendekatkannya. "Yess baby? Kunaon?? tong ngagorowok teuing,"
(Kenapa?? Jangan terlalu banyak berteriak)
Meida meringis, "Kak Diko ngomong apa?"
"Dih buset, ini sebenernya yang tinggal di Bandung siapa sih?" Sungut Diko.
"Kak,"
"Hm?"
"Kakak nanya?"
Diko mengerang tanpa suara dari seberang sana, ingin rasanya dia membanting semua yang ada dihadapannya. Ia mengatur napas untuk menormalkan suara, "No," Balasnya mencoba santai.
"Terus?"
"Cebokin semut."
"Ohhh," Meida mengangguk, dia baru tau profesi Diko yang satu itu selain menjadi manusia.
Tidak tau saja dia, dikamarnya Diko kini melempar guling dan bantal ke sembarang arah sangking kesal dengan tingkah nya.
"Meida denger suara bak buk bak buk, itu kenapa ya Kak?"
"Ha?" Diko yang hendak melempar lampu meja jadi berhenti. Ia membuang napas, kepalanya menggeleng, "Nggak, bukan apa-apa beb."
"Ohhh," Meida mengangguk lagi. Sejenak, dia terdiam sebelum akhirnya menepuk jidat saat sadar akan sesuatu. "Sampe lupa!"
"Apa?" Tanya Diko penasaran.
Alis gadis itu kini mengerut serius sebelum berkata. "Apa betul Meida akan tinggal sama kalian lagi?"
"Yes baby!"
"Kenapa?"
"Loh?"
"Eh?" Meida membeo, lalu menggeleng pelan. "Nggak pa-pa."
"Lahh?"
"Apaansih Kak!" Gadis itu tertawa mendengar balasan Diko.
"Leh?"
"Oy!"
"Lih?"
"Bodoamat!" Setelahnya Meida mematikan sambungan telepon. Dia membanting tubuhnya keatas kasur, menjadikan dua tangan sebagai bantal dengan posisi terlentang.
Helaan napas keluar dari mulutnya, sebelum berkata. "Bentar lagi ketemu sama Mama, Papa, Kak Diko, Sasa, Dira. Tapi, bentar lagi nggak ketemu sama Opa, Oma, dan kebun teh yang ada disini." Matanya menatap langit-langit kamar yang tergantung manik-manik berbentuk bunga dengan pandangan menerawang.
***
Makasih buat yg udh baca, maaf buat yg udh baca beberapa part tpi aku unpub, lagi tahap revisi. Yg udh baca boleh baca ulang, silahkan. Sabar ya Pak, Bu. Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Queen [Tahap Revisi]
RandomJudul awal: Cewek polos dan Cowok dingin. ---------- Meida dilanda kebingungan akibat Oma yang tiba-tiba mempersilahkan nya untuk kembali tinggal oleh kedua orang tuanya. "Oma, Kenapa cepet banget?" "Loh kan kamu y...