9. MIQ
———————————
"Meidaaa!"
Mendengar namanya di panggil, Meida seketika menyembulkan kepalanya dari ambang daput. "Iya Tan?"
"Tolongin Tante dong, beliin Tepung ketan hitam. Gada di warung sini, beli nya ke minimarket." Pinta Tante Katherine- Mami nya Sasa.
Hari ini, Meida, Dira, Dimas, Diko, Aldo, bahkan Yola- Mommy nya Dira, Luna, dan Mita- Bunda nya Dimas, beramai-ramai datang ke rumah Sasa karna sebentar lagi akan diadakan acara syukuran adik Sasa yang baru beberapa minggu ini lahir.
Ibu nya Aldo tidak bisa hadir, karna tengah lomba kosidahan di kecamatan sebelah kampung mereka.
"Tapi, Meida dianter siapa?" Tanya Meida kebingungan.
"Minta anterin Dimas." Usul Mita yang tengah mencuci piring di wastafel.
Meida tampak menimang. "Yaudah deh." Tukasnya kemudian.
Ia berjalan ke belakang rumah, dimana ada lima cowok yang tengah mengobrol sambil menikmati cemilan di bawah pohon rambutan. Sejenak, matanya saling tatap pada cowok yang dicarinya, hingga cowok itu mengalihkan pandangan.
Meida membasahi bibirnya, agak ragu mendekati mereka karna biasanya ia memilih menghindar tiap berpapasan dengan kerumunan cowok. Apalagi cowok tidak dikenal.
Namun akhirnya tetap berjalan mendekati mereka. Kepalanya menunduk menyadari netra mereka tertuju padanya. Hingga ia sampai dihadapan Dimas yang berdiri bersandar pada pohon seraya melipat kedua tangannya.
"Kenapa, by?" Diko yang memang ada disitu bertanya.
"Umm, Meida disuruh beli tepung ke minimarket karna nggak ada di warung deket sini. Kan tadi Meida nanya sama Tante Katherine, terus Bunda nya Kak Dimas bales gini 'Minta dianterin Dimas', gitu." Aldo menghela napas mendengar perkataan Meida yang berbelit-belit.
"Kak Dimas mau nganter?" Tanya Meida kemudian.
Dimas berdecak. "Ndongak!" Tegasnya, "Kalo mau ngobrol sama orang itu tatap muka nya, jangan nunduk. Yang ngomong sama lo itu didepan lo!"
"Pssst!" Tegur Fajar- sepupu Sasa, tak enak hati. Namun tak digubris olehnya.
Meida mendongak perlahan. Seketika mereka dibuat kaget karna mata gadis itu sudah berkaca-kaca. Jujur, Meida jarang dibentak seperti itu, ditambah lagi dia tengah gugup sekarang.
"Jangan nangis dong, by. Kan mau beli tepung," Kata Diko, dia menarik adiknya mendekat dan mengelus punggung nya pelan. "Dia nggak bisa kalo dibentak." Diko berbisik pada Dimas.
"Lo sih, Mas." Fajar menuding Dimas. Membuat cowok itu menaikkan sebelah alisnya.
Dimas terdiam menatap Meida yang kini sudah berada dipelukan Diko. Bahu gadis itu bergetar kecil. Jujur, dia sedikit tidak tega melihatnya. Tapi lebih jujurnya, gadis itu...
Cengeng!
Menghela napas, Dimas menarik tangan gadis itu pelan untuk mengikutinya menuju ke depan rumah. Meida tidak melawan, malah refleks menggenggam jemari Dimas begitu erat. Dimas hanya terdiam.
***
Sesampainya di mini market, Meida turun dari atas motor besar Dimas diikuti cowok itu. Ia hampir terhuyung karena kepala nya terasa pusing, beruntung Dimas sigap menahan tubuhnya.
"Kenapa?" Tanya Dimas spontan.
Meida menegakkan kembali tubuhnya, "Pusing.. Tadi Kak Dimas ngebut banget bawa motornya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Queen [Tahap Revisi]
AcakJudul awal: Cewek polos dan Cowok dingin. ---------- Meida dilanda kebingungan akibat Oma yang tiba-tiba mempersilahkan nya untuk kembali tinggal oleh kedua orang tuanya. "Oma, Kenapa cepet banget?" "Loh kan kamu y...