3. MIQ

1.1K 61 0
                                    

                              3. MIQ

             —————————————

"Mau pesen apa?" Diko berjongkok didepan Meida yang terduduk di kursi depan. Kini mereka sudah berada dikantin yang masih sepi, karna bell istirahat belum berbunyi.

"Nasi goreng."

"Oke." Cowok itu beranjak berdiri, hendak berjalan ke salah satu stand makanan sebelum Meida menahan lengannya.

"Eittsss." Meida menyengir ketika Diko menatapnya. "Telor mata sapi nyaa.."

"Iya tau." Diko mendengus geli, "Matanya dua kan?" Tanya nya memastikan.

Cengiran Gadis itu kian melebar, kedua jempol nya mengacung diudara. "Oke sip. Go Kakak go Kakak go! Go Kakak go Kakak go!" Meida bersorak menyemangati.

Diko terkekeh melihat tingkah kembarannya, lalu berbalik dan pergi menuju stand nasi goreng.

"Dim." Tiba-tiba Aldo menyikut lengan Dimas. "Lutu nda ci tcu anak?"

Dimas yang tadinya melamun jadi mendesis, "Apaan sih?!" Tangan Aldo yang mendorong-dorong bahunya ia tepis kasar.

"B aja." Kata Dimas kemudian. Meski begitu, matanya tak lepas memandang gadis dihadapannya. Seolah sedang meneliti penemuan baru.

"Munaa-" Aldo menjeda seraya menyengir saat mendapat delikkan dari Dimas. "-rohh. Munarohh, munaarohh, muna—fik." Dengan jahil cowok itu sengaja memelankan akhir kalimat.

"Lo kira gue nggak denger?" Dimas tersenyum paksa. Peka jika teman anehnya itu tengah bermain sindir menyindir.

"Apasih Mass??"

"Diem lo tai."

Aldo membelalak dramatis, menepuk mulut sahabat garangnya. "Mulutnya!"

"Alahh!" Sanggah Dimas, mengelap bibirnya yang habis ditepuk Aldo. "Biasanya juga lo ngomong gitu ya!"

"Bool maksud lo?" Tanya Aldo, membuatnya mengangguk. "Ya emang, makanya gak boleh lo ngomong sejenis bool apalagi bool-nya karna itu kata-kata mutiara yang terpilih." Lanjutnya, menaikkan sebelah kaki ke atas kursi.

Meida yang sedari tadi memperhatikan, kini membuang napas kasar. "Kalian ini kenapa sih?"

Aldo jadi menatap gadis itu seraya meringis. "Eh nggak pa-pa. Aduh maaf, gue lupa kalo ada bidadari."

"Gombalan lo basi." Sahut Dimas.

Mendengar itu, Aldo mendelik tak suka. "Sewot aja. Iri? Bilang boss!"

"Hahaiii papale papale!" Sambung Meida tertawa tidak jelas. Lanjut menegakkan posisi duduk, "Ngomong-ngomong, nama kalian siapa?"

Aldo refleks menggebrak meja, menurunkan sebelah kakinya dari kursi dan menopang dagu dengan senyum lebar. Sementara tangan sebelah kanannya terulur. "Pangeran Aldo yang tampan nan mempesona." Dimas langsung berlagak mual melihat tingkah sahabatnya yang terlihat menggelikan.

"Ohh," Gadis itu mengangguk, beralih menatap Dimas. "Kalo Kakak?"

Dimas terdiam, memikirkan apakah harus sekali jika dia menjawab pertanyaannya. Satu menit lebih Meida menunggu jawaban cowok itu, hingga Aldo yang tak tahan jadi menjawab. "Namanya Dimas, si Pangeran Es."

"Lain kali ya, nggak usah lo tanyaiin es batu berjalan. Percuma gue bilang, percuma!" Sambung Aldo gemas. Dimas itu, orang yang terlalu tidak suka basa basi. Sekalipun bukan basa basi, Dimas belum tentu akan menjawab jika tidak begitu penting menurut nya.

"Berarti kita nggak usah nanya sama dia ya?" Meida terdiam sebentar, "Kalo gitu.. Meida ngobrol nya sama Kak Aldo aja!" Pungkasnya agak ketus.

Aldo terbahak. Dia memandang Dimas dengan pandangan meledek, membuat cowok itu mendesis.

"Btw, kelas berapa lo Mei?"

"Kelas 11 Kak."

"Lah, kalo gitu mah nggak usah panggil Kakak. Kita seumuran."

"Nggak ah, panggil Kak aja. Soalnya kan Kak Aldo temennya Kak Diko." Tolak Meida, yang langsung dibalas anggukan santai dari Aldo. Cowok itu terlihat tak ambil pusing.

"Oh iya, Diko tuh Kakak kandung lo atau Kakak sepupu lo?"

"Kembaran Meida."

"Buset!" Entah mengapa Aldo tertawa geli. "Upin Ipin beda gender.."

Brak!

"Pa maksud?!" Diko bertanya kesal setelah menaruh nampannya dengan kasar. "Tawa mulu lo bool!"

"HEH!" Pekik Aldo nyaring. "Berani lo ngomong bool?!!" Lanjutnya ikut nyolot.

"Udah baperan-"

"-nyolot-"

"-copas kata-kata orang lagi!"

Entah mengapa, malah jadi Aldo yang mengoceh tidak jelas. Dimas, Meida dan Diko dibuat melongo melihat Aldo yang suka berubah-ubah mood nya. Baru tertawa, sekarang jadi mengomel.

***




  

Satu kata buat part ini—Pendek☺🙏🏿

My Innocent Queen [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang