12. MIQ

319 24 0
                                    

                             12. MIQ

               ———————————

"Mau mesen apa?" Tanya Dira, menatap Sasa dan Meida yang sudah duduk di depannya.

"Baso aci sama lemon tea." Sasa lebih dulu menjawab.

Dira mengangguk, beralih pada Meida yang terlihat sedang berpikir. "Lo apa, Mei?"

"Emm," Meida menjeda dengan tatapan menerawang. "Batagor, martabak mie, bakso sapi, siomay, minum nya es teh manis sama jus alpukat."

Brak!

Beberapa orang berjengit kaget ketika Dira menggebrak meja bundar yang tersedia dikantin. "Itu mau makan apa mukbang neng?!"

"Laper," Meida menyengir tanpa dosa. "Mumpung Dira yang traktir, jadi harus makan sepuasnya. Yakan Sa?"

Sasa tersenyum paksa ketika mendapat sikutan di lengannya. "Iya, Mei." Kata gadis itu kikuk.

"Tau ah," Ketus Dira, berbalik dan melenggang meninggalkan kedua temannya menuju salah satu stand sembari menggerutu.

Setelah itu hening melanda.

Meida terdiam memperhatikan Sasa yang mesam-mesem dengan ponsel ditangannya.

"Liat apa sih, Sa?"

Meida merengut ketika mendapat respon gedikkan tak acuh dari temannya. Dengan iseng kepalanya mengintip ponsel Sasa, memperlihatkan foto seorang cowok tampan yang tersenyum menyebalkan disitu.

Meida tersentak, dia mengenali foto cowok itu. "Sasa suka sama Kak Diko?!" Serunya sanksi.

Mendengar itu Sasa memeluk ponselnya sembari menarik kursi, menjauh dari jangkauan gadis itu. "Meidaaa!"

"Meida bilangin mau?" Meida tersenyum tulus. "Biar kalian nikah." Ucap nya enteng.

Perkataan gadis itu spontan membuat penghuni meja disebelah mereka kompak menganga.

Sasa tersenyum malu, kembali mendekatkan kursi nya untuk mencubit pelan tangan sahabatnya itu. "Meidaaa jangan cepu ah! Lagian kan masih sekolah, masa nikah sih.."

"Tapi kan kalo kayak gitu juga nggak baik, Sa." Meida mengerjap pelan.

"Hai, boleh ikut duduk nggak?"

Suara bass dari seorang siswa cowok membuat mereka menoleh. Seketika Cowok itu tersenyum simpul.

"Oh, boleh." Sasa langsung mengizinkan. "Kebetulan bangku nya masih satu yang kosong,"

Meida mengernyit, matanya menelisik cowok didepannya dari atas sampai kebawah. Cowok ini tampak tidak asing dimatanya.

"Loh, bukannya dua?" Tanya cowok tadi kebingungan.

"Nggak, sebenernya cuma satu aja yang kosong. Yang satunya bangku punya Dira, dia lagi mesen makanan."

Meida bertambah mengernyit menyadari kalau cowok ini adalah Gavin. Tapi, kenapa cowok ini mendadak terlihat friendly? Dan juga, bukan kah tadi Gavin masih sibuk dengan buku-buku tebalnya di kelas?

"Yah, gue berdua lagi." Ungkap cowok itu, menghela napas kecewa.

Saat itu pula Meida melotot sembari menutup mulutnya, melihat Gavin muncul dari belakang cowok yang sedari tadi bertanya. "Gavin!"

Apakah cowok itu punya duplikat??

"Gavin kok ada dua??" Meida memundurkan kursi nya ketakutan.

"Hai," Sapa cowok yang sejak tadi bertanya. "Gue Ghevan."

My Innocent Queen [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang