18. MIQ———————————
Meida bangun agak siang dari biasanya. Ia sengaja bangun siang karena kebetulan hari ini sekolahnya tengah libur. Meida meregangkan otot-otot nya sembari menguap lebar, berguling malas diatas selimut. Ia melamun sekaligus sedang mengumpulkan nyawa nya.
Di hari minggu ini Meida sudah membulatkan tekad untuk bermalas-malasan dirumah. Ia tidak akan keluar rumah. Tidak akan Meida biarkan seorang pun bisa mengajaknya keluar rumah. Tidak akan!
Tak berselang lama, Luna masuk dan menutup pintu dengan kasar. Ditangan kanannya terdapat sapu lidi yang baru digunakan untuk menyapu halaman rumah.
"Meida udah bangun, Ma." Balas Meida, mengusap wajahnya kasar. Sudah bisa menebak apa yang akan Luna lakukan.
Wanita itu membuang napas jengah. "Tadi subuh Mama panggilin kenapa nggak nyahut? Kamu tidur lagi abis sholat subuh?"
"Lagi dateng tamu, Ma."
"Kamu sengaja bangun siang?"
"Umm," Meida menggaruk tengkuknya. "Kayaknya sih iya."
"Kamu niat males-malesan di rumah?"
"Meida udah janji sama diri sendiri kalo bakal males-malesan di rumah." Kali ini, gadis itu menjawab mantap.
Mendengar itu, ekspresi Luna langsung berubah cerah. "Kalau gitu, selamat!" Dia menghampiri Meida dan menjabat tangan Anaknya itu secara paksa.
"Rencana anda untuk malas-malasan tidak akan terlaksana, karna barang yang Anda pesan sudah sampai! Ayo bangun, belajar sana sama Kak Diko!" Tangan Luna yang semula menjabat tangan Meida kini langsung menariknya untuk bangun. Raut wajah Meida seketika berubah menjadi segar.
"Cepet banget datengnya! Aaaa!"
Meida berlari menuju kamar mandi sambil bercerocos senang. Ia sangat tidak sabar untuk diajari berkendara. Lihat saja, besok ia akan datang ke sekolah dengan mengendarai kendaraan barunya.
Malas, maafin Meida. Tapi sepeda listrik lebih menggoda dibandingkan kasur. Sekali lagi, Meida minta maaf. Batin Meida menyesal. Berbanding terbalik dengan ekspresi nya yang tampak sumringah.
Setelah selesai mandi, Meida bergegas ke halaman rumah dan merasa terpukau saat melihat sesuatu yang ditunggunya sudah terparkir disana.
"Wahh, beneran dateng hari ini." Meida berdecak kagum melihat sepeda listrik pink sepaket dengan helm berwarna senada didepannya. Ia pikir akan membutuhkan waktu beberapa hari untuk memesan kendaraan ini. Ternyata Arka langsung membeli nya dan benar-benar sampai pada hari ini juga.
Arka yang berada disampingnya pun melipat kedua tangannya angkuh. "Kece, kan?"
"Lucu!" Meida melompat kegirangan. Ia menghambur ke pelukan sang Papa. "Makasih Papaa!"
"Sama-sama!"
Kemudian, Meida bergegas kembali masuk rumah untuk menghampiri Diko. Namun terlanjur berpapasan dengannya saat didepan pintu rumah. Cowok itu sudah terlihat rapih pagi ini.
Sejenak, Meida meneliti penampilan Kembarannya. Tak urung ia pun tetap mengutarakan keinginannya. "Kak, tolong ajarin Meida ngendarain sepeda listrik dong."
Diko menghela napas khawatir. "By, kita jenguk Sasa yuk. Ternyata tadi malem dia kecelakaan."
Ucapannya seketika membuat Meida teringat dengan kondisi Sasa tadi malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/237136403-288-k921496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Queen [Tahap Revisi]
De TodoJudul awal: Cewek polos dan Cowok dingin. ---------- Meida dilanda kebingungan akibat Oma yang tiba-tiba mempersilahkan nya untuk kembali tinggal oleh kedua orang tuanya. "Oma, Kenapa cepet banget?" "Loh kan kamu y...