19. MIQ

228 16 0
                                    

                            19. MIQ

                             ----------

"Kakak Meidaaa, permisi!"

Meida yang tengah membaca novel di teras seketika menoleh ke arah gerbang, dimana seorang bocah berumur 6 tahun kini tengah melongok diantara celah gerbang. Meida agak kaget karena baru kali ini Shakilla mendatangi rumahnya. Namun sesaat kemudian, ekspresinya kembali tenang.

"Masuk aja Kill."

"Hehe," Shakila berjalan mendekatinya dengan cengiran malu-malu. Ia terduduk di hadapan Meida, "Kakak Meidaa." Panggilnya dengan nada yang manja.

"Iya, Kill?"

"Main yuk, Kak. Shakila bawa balon sabun nih. Masih baru tau, kemarin Bunda beliin buat Shakila." Ajak gadis itu.

Meida menoleh ketika Shakila menunjukan mainan lumba-lumba yang mengeluarkan balon dan balon sabun yang ditiup manual. Kemudian matanya kembali fokus ke novel, "Iya, sebentar ya Kil. Kak Meida selesain baca buku dulu."

"Iya,"

Shakila menunggu Meida sambil menumpu dagu, sesekali menghela napas ketika Meida tak kunjung menyelesaikan bacaannya. Ia tidak tahan untuk tidak berbicara. "Kak Meida udah ya, yuk main sama Shakila. Liat nih, balon nya bagus. Ada gambar bintang-bintangnya, yang lumba-lumba nggak usah susah payah ditiup tau. Bagus kan, Kak?"

"Iya," Meida terkekeh, mengacak rambut halus Shakila. Ia merasa gemas akan tingkah gadis mungil itu.

Lantas, Meida menutup bukunya dan beranjak menuju jalanan kecil di depan rumah mereka. Shakila mengajaknya bermain di sana, katanya agar lebih seru.

"Bentar, Shakila panggil Bang Dimas dulu ya!"

Meida manggut-manggut meski sebenarnya ia enggan bermain bersama Dimas. Sesaat kemudian, Shakila keluar sambil menarik Dimas keluar dari rumah. Meida terkejut tatkala Sasa muncul dari balik punggung cowok itu.

Dua hari yang lalu, Sasa memang sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari dirawat inap. Meida baru sempat bertemu dengannya saat ini karena Sasa belum berangkat ke sekolah sedari kecelakaan.

"Lho, Sasa kok kesini nggak mampir ke rumah Meida?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Meida.

"Hehe, ini Sasa juga baru sampe Mei." Sasa menyengir lebar.

Kemudian Shakila menyodorkan satu tabung berisi air sabun yang ditiup manual kepada Meida. "Ini, Kak Meida sama Shakila yang bikin balon, Bang Dimas sama Kak Sasa yang nangkap, oke?!"

Kini Shakila dan Meida berdiri di atas bangku panjang yang dibawakan Dimas. Meida meniup, sementara Shakila memakai mainan Lumba-lumba untuk menghasilkan balon.

"Virus balon akan menyerbu! Ayo basmi mereka! Pilih menangkap atau ditangkap!" Seru Shakila melantur, seperti kebanyakan anak seusianya.

Ketika balon balon itu berterbangan, Sasa menangkapnya dengan ligat. Sementara Dimas ogah-ogahan, terlihat dari caranya menusuk-nusuk balon tanpa berpindah dari tempat dia berdiri.

"Aduh, Kak Meida kehabisan napas. Mau ikut nusuk balonnya aja, gantian Sasa. Oke?"

"Oke!"

Meida memilih ikut menusuk-nusuk balon itu karena merasa lelah jika meniup. Jadi, Sasa dengan senang hati menggantikan posisinya.

Meida asik mengejar balon itu tanpa melihat sekeliling hingga tanpa sadar menubruk Dimas dan berakhir jatuh ke atas tanah. Namun cowok itu masih berdiri kokoh didepannya.

My Innocent Queen [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang