2. MIQ
——————————
"Sekolah dimana lo?"
Suara bass yang terdengar menginterogasi membuat langkahnya terhenti. Perlahan ia berbalik, mendapati seorang Cowok sepantaran memakai jas OSIS tengah menatapnya datar.
"Saya?" Beo Meida grogi.
"Sini!" Titah Pemuda itu tanpa menjawab pertanyaan Meida. Meida berjalan mendekat dengan kepala menunduk.
"Kenapa lo telat? Atau lo nggak sekolah disini?" Tanya Dimas saat Meida sudah berada didepannya. Pasalnya seragam yang dipakai gadis ini bukanlah seragam dari sekolahnya.
Meida menggeleng cepat, wajahnya pucat pasi melihat ekspresi Pemuda didepannya. "B-bukan.."
Kernyitan samar tercetak di dahi Dimas. "Maksud? Bukan telat gitu? hm?"
"B-bukan.."
Dimas membuang muka dengan decihan sinis, "Gagap." refleksnya.
Otomatis Meida melebarkan matanya, merasa tidak terima atas ucapan cowok ini. Kepalanya mendongak, saling melayangkan tatapan tajam dengan Dimas. "Kalo ngomong dijaga!" Seru nya kemudian.
"Apa?" Tanya Dimas menantang. "Coba ulangin." Kedua tangan Dimas menyilang di dada, mata elangnya memicing penuh intimidasi membuat nyali gadis didepannya kembali ciut.
Meida menggeleng kaku, "Nggak, Meida nggak bilang apa-apa." Balasnya, menyengir kikuk.
Dimas menunduk, melihat jam yang bertengger di tangan kiri nya sebelum kembali mendongak. "Lo masuk lewat gerbang pas udah telat 15 menit." Peringatnya. "Hormat menghadap tiang bendera sampe istirahat."
Mendengar itu wajah Meida bertambah pucat, "T-tapi Meida masih anak baru, kenapa tega banget sih?!" Meski terdengar ngegas, namun kenyataan dari nadanya gadis itu sedang ketakutan.
"Orang telat emang banyak alesan. But, gue nggak butuh itu." Setelah mengatakan itu, Dimas langsung berjalan ke tepi lapangan dan berhenti disana. Memasukkan kedua tangannya ke saku, terus menatap Meida yang diam mematung ditengah lapangan.
"CEPAT!"
Meida tersentak, dia membuang napas pelan sebelum berjalan mendekati tiang bendera. Kepalanya mendongak keatas, mata Meida menyipit merasakan silau nya matahari pagi ini.
———
Selang beberapa menit saja wajahnya semakin pucat. Bulir-bulir keringat mengalir dari pelipisnya. Sesekali Meida menyeka keringatnya, meneguk ludah akibat kerongkongan yang terasa begitu kering. Belum lagi tas yang tidak dia lepas, terasa begitu berat di pundaknya.
Semakin lama semuanya terasa seperti berputar-putar, penglihatan Meida memburam seiring dengan tubuhnya yang oleng kebelakang.
Bruk!
Meida jatuh tergeletak diatas tanah, matanya terpejam rapat. Melihat itu Dimas berdecak, berjalan mendekatinya hingga ia berdiri didepan tubuh gadis itu.
Cowok itu terdiam sebentar, mengamati wajah Meida sebelum melontarkan satu kata menyakitkan nya. "Nyusahin."
Kemudian pandangannya mengitar, lalu berhenti kala melihat dua siswi yang tengah jalan berdampingan dipinggir lapangan.
"Kalian!"
Dua siswi itu menoleh, mereka terlihat salah tingkah saat tau siapa yang memanggilnya. Tanpa berkata apapun lagi mereka berjalan mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Queen [Tahap Revisi]
AcakJudul awal: Cewek polos dan Cowok dingin. ---------- Meida dilanda kebingungan akibat Oma yang tiba-tiba mempersilahkan nya untuk kembali tinggal oleh kedua orang tuanya. "Oma, Kenapa cepet banget?" "Loh kan kamu y...