14. MIQ

287 22 0
                                    

                            14. MIQ

              ———————————

"Yahh, mukanya jadi ungu." Diko melompat keatas kasur tanpa disuruh. Cowok itu sepulang eskul———seperti biasa———mengganggu adiknya yang kini memasang wajah masam. "Kenapa sih, diem gini?"

Meida enggan menjawab. Bergerak menyerong membelakangi nya.

Melihat itu, Diko tersenyum tipis. Setelah diberi tau kronologi nya dari Luna, tentu saja dia marah dan tidak terima. Raut wajahnya mulai serius, "Mau gue kasih pelajaran apa sama preman-preman itu, hm?"

"Nggak usah," Meida menjawab acuh. "Tanpa Kak Diko bales pun, Meida udah buat mereka terkapar lemas ditanah." Lanjutnya, ketus-ketus jemawa.

Diko tertawa kecil. Tidak berniat membalas ucapannya. Sebelah tangannya terangkat untuk mengelus kepala Melda yang tertutup jilbab.

Brak!

"Halo bestie!"

Pintu kamar terdobrak paksa. Diko dan Meida menoleh spontan, melihat sang pelaku yang kini nyelonong masuk dan menyusuri seisi kamar tanpa malu-malu. Disusul Sasa, seperti biasa dengan gaya kalemnya.

Diko beranjak, menghampiri Dira yang kini mencomot coklat berbentuk karakter kartun diatas nakas. "Ijin dulu, oy!"

Dira bergedik acuh. "Yang punya aja nggak masalah." Matanya melirik sebentar kearah Meida.

"Dasar!" Diko berdecak, berjalan keluar kamar setelah memberi Sasa senyum tengil andalannya. Gadis itu balik tersenyum padanya.

"Kamu nggak pa-pa, Mei?" Tanya Sasa, duduk di pinggiran kasur. Memperhatikan lebam-lebam yang terlihat jelas di wajah sahabatnya.

"Harusnya Meida yang nanya. Sasa nggak pa-pa kan? Kok mukanya merah gitu? Mau dibawa ke rumah sakit?" Meida membuat ekspresi khawatir melihat pipi dan kuping Sasa yang memerah.

"A-ah, anu..."

Sasa terhenti, mendelik melihat Dira cekikikan di bawah penderitaannya. Tangannya terulur mencubit pinggang gadis itu gemas.

"Heh!" Dira mengaduh, namun tetap enggan untuk menghentikan tawa nya.

Sasa mengeluh, "Kalian seneng banget deh mojokin aku."

"Apanya?" Tanya Meida bingung. "Mojokin kayak mana sih, Sa?"

"Tau tuh si Sasa!" Tawa Dira semakin mengeras. Dia menepuk-nepuk bahu Sasa kencang sebagai pelampiasan.

Wajah Sasa kian mendatar. Mulai bad mood dengan tingkah mereka. "Nggak usah bahas lagi, ah!"

"Hadeh, iya-iya." Dira menyeka ujung matanya yang sedikit berair. Mengerti jika Sasa sudah tidak ingin di-bercandain lagi. "Btw, besok lo sekolah nggak Mei?"

"Sekolah dong, masa baru sehari sekolah udah bolos lagi." Balas Meida penuh semangat.

Sasa terkekeh. "Dapet temen akrab nggak di kelas?"

"Dapet, sih.." Gadis itu terlihat agak ragu.

Mendengar itu Dira ikut duduk di bibir kasur. "Namanya? Orangnya kayak mana? Ramah kaga? Cakep?"

"Namanya Keyra, sikapnya sebelas duabelas sama Dira menurut Mei. Cuma bedanya Keyra masih bisa malu—"

Dira melotot kesal. "Terus maksud lo gue nggak bisa malu gitu?!" Sela nya emosi.

"Iya sih.." Sahut Meida membenarkan. Sasa mengangguk setuju, sangat tau sikap Dira yang sangat bedigasan itu.

Dira tersenyum masam. Ya, gini nih.. Nasibnya anak bar-bar yang kesasar ke circle cewek kalem. Semoga saja si Keyra Keyra itu bisa menemani Dira agar tidak sendirian lagi untuk melancarkan aksi-aksi 'luar biasa' nya bersama.

My Innocent Queen [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang