5. MIQ

914 58 0
                                    


5. MIQ

                  ——————————

"Aduh, si cantik kok diemin Kakak terus sih?"

Meida menghindari tangan Diko yang hendak menoel dagunya. "Nggak usah jahil deh."

"Jiakhhh, ngambek bener."

"Apaan sih!"

"Kan, kalo udah apaan apaan pasti beneran marah nih.."

"Apaan?!"

Diko tersenyum geli, tau jika sudah seperti itu artinya Meida tengah mengkode. Yaa, misal dengan membujuk dan merayu gadis itu agar tidak marah lagi.

"Kalo Meida nggak ngambek-in Kakak, janji deh kita makan martabak." Diko mulai melancarkan aksinya. Tangannya terangkat sebelah untuk mengelus kepala gadis itu, semakin mendukung untuk menggoyahkan sang Adik.

Meida tampak menimang jawaban. Melirik Diko ragu, apa terlalu murah jika dia menerima rayuan Kakaknya?

"Y-yaudah deh, Meida mau. Tapi nanti gendong Meida turun kebawah ya? Capek tau naik turun tangga." Gadis itu menggaruk kepalanya sebentar. Mungkin karna di rumah Oma dan Opa nya tidak seperti disini, jadi dia belum terbiasa.

Diko berusaha menahan senyum geli nya. Merasa berhasil telah merayu Meida. "Oke, baby. Sekarang ganti baju dulu sana, Kakak tunggu diluar kamar."

***

"Satu, dua! Satu, dua! Satu, dua!"

Arka yang tengah duduk di ujung tangga menoleh kebelakang, mendapati Diko yang menggendong Meida turun. Mereka berdua dengan kompak menghitung langkah Diko menuruni tangga.

"Ngapain kalian?"

Meida yang tadinya melihat kearah tangga jadi mendongak. "Hitung tangga, Pah."

"Tangga nya ada berapa?"

"Satu dua satu duaa dong Pah!" Balas Diko asal.

Arka tertawa kecil, kemudian mendeliki anaknya yang brojol paling awal. "Awas kamu nularin virus ke Meida." Ancamnya.

"Virus apa Pah?"

Diko yang malah menyahuti pertanyaan kembarannya. "Virus cinta." Katanya disambut gelak tawa dia dan Arka.

Meida merengut, "Cowok emang susah ditebak."

Sampai diujung tangga Meida turun dari gendongan Diko. Arka memperhatikannya sebentar, "Mau kemana?"

"Mau jalan-jalan."

Meida dan Diko mencium tangan Arka bergantian. Tak lama Luna datang dari arah dapur. "Mau kemana?"

"Jalan-jalan." Meida otomatis mencium tangan Luna diikuti Diko. "Pergi dulu ya Mah, Pah."

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam!"

Setelah Meida dan Diko terlihat sudah menjauh, Luna dan Arka saling pandang sejenak.

"Mau mana mereka Pah?" Luna ikut duduk disamping Arka, menegak teh yang berada didekat suaminya.

"Au."

"Nggak lo tanyaiin masa!"

"Lah gua udah nanyaa ama bocahnya, dijawab jalan-jalan dah gitu!" Kata Arka ikut ngegas, tangannya sibuk membalik halaman koran ke bagian selanjutnya.

"Sekarang ikut Mama!"

"Mau kemana?" Arka agak menahan langkah tatkala Luna menarik tangannya.

"Buat anak." Luna langsung memelototi suaminya yang memasang senyum jahil. "Ya buat kue lah!"

My Innocent Queen [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang