8. MIQ
———————————
Aksi mereka tentu saja menjadi perhatian para pengunjung cafe.
Termasuk..
"Gak di mana-mana doyan banget ribut lo, bool!"
Otomatis Dira berdecak melihat cecunguk termenyebalkan didunia ini kini berada dihadapannya. "Gak tau diem lo!" Sarkasnya.
"Lepasin ege, nanti kalo dia kenapa-napa lo juga yang kena.. Dir." Diko yang kebetulan tengah nongkrong di cafe ini bersama Aldo dan Dimas ikut bersuara. Lagian, buat apasih bertengkar disini? Ditegur iya, suruh tanggung jawab iya, bikin orang-orang risih iya. Kurang rugi apa coba? "Mending berantem di arena tinju-"
Aura Dira berubah semakin mencekam.
"-kata mak gue, Dir. Kata mak gue." Sambung Diko cengengesan. Masalahnya dia juga barusan habis disuruh ke arena tinju karna saling memukul bantal sofa dengan kembarannya. Bukankah itu solusi yang ampuh? Lagian kalo menang juga bisa dapat piala dan uang. Ha-ha.
"Udah kali, nggak usah cari perkara, Lo. Jagain Sasa nggak bisa, giliran tengkar aja udah paling oke." Cibir Dimas dengan intonasi rendah. Membuat Dira melotot garang.
Sewot sekali mereka!
Aldo bergerak memisah Dira dengan Nabila. Agak memaksa tangan gadis itu terlepas dari rambut ayam jago si Nabila. Dia spontan meneguk salivanya karna untaian rambut gadis itu banyak yang rontok dan menempel ditangan Dira.
"Kalo nggak gue pisahin, udah botak rambut dia." Gumam nya ngeri.
Brian menarik tangan adiknya untuk segera pergi dari cafe ini. "Pulang, Ra."
Dira dibuat mendengus karna perkataan Kakaknya. Namun tetap membiarkan cowok itu menarik tangannya.
"Lain kali nggak usah sewot." Peringat Dira, menatap satu persatu cowok dihadapannya sebelum melenggang pergi dari sana.
***
Air keran wastafel mengalir deras, membasahi tangan berbusa gadis itu. Brian yang sedari tadi memperhatikannya mulai jengah.
"Dari tadi nggak selesai-selesai cuci tangannya. Mau berapa abad, Ra?"
"Ck. Abis, bau menyan nya nggak ilang-ilang, sih." Gerutu Dira sinis. Bau rambut cewek aneh itu sangat tidak enak di indra penciumannya.
Brian menghela napas panjang. "Ra, lain kali jangan kayak gitu. Abang malu, Ra. Untung ada temen kamu yang misahin kalian. Abang aja susah misahin kalian, tadi."
"Dasarnya Abang aja, lemah." Bukannya mengerti, Dira malah berkata mengejek.
"Kurang sabar apa lagi, coba. Punya adek bar-bar gini."
"Harusnya tuh, Ira yang sabar! Abang ngerusakin pintu kamar Ira yang baru Ira hias kemarin! Terus Abang sering nyuruh Ira nyuci mobil tanpa digaji! Beruntung Mommy tadi lagi ke tempat Tante Trisha jadi teriakan Ira nggak kedengeran, kalo Mommy ada dirumah... Habis Abang!" Cerocosnya menggebu-gebu.
Brian menganga. Adiknya ini perhitungan sekali! Sangat menyebalkan. Entah Mommy ngidam apa saat mengandungnya hingga terlahir seorang bocah ngeyel dan hobi bertengkar seperti adiknya.
Tanpa sepatah kata pun, Dira melenggang pergi dari dapur setelah mematikan keran airnya. Meninggalkan Brian yang menatapnya sanksi.
Dira masuk ke kamar nya yang terbuka lebar tanpa pintu. Membanting tubuhnya pada kasur seraya memejamkan mata, merutuki tingkahnya di cafe.
"Ya Allah, maapin Dira. Khilap, Ya Allah." Sesalnya. Kemudian mendengus, lalu menggerutu. "Abisnya muka si Nabila ngeselin sih, gimana nggak emosi coba."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Queen [Tahap Revisi]
De TodoJudul awal: Cewek polos dan Cowok dingin. ---------- Meida dilanda kebingungan akibat Oma yang tiba-tiba mempersilahkan nya untuk kembali tinggal oleh kedua orang tuanya. "Oma, Kenapa cepet banget?" "Loh kan kamu y...