17. MIQ

233 22 0
                                    

                            17. MIQ

                ———————————

Tok tok tok!

"Assalamu'alaikum!"

Brak!

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam! Iyaa, sebentar!" Sahut Meida sedikit berteriak. Ia yang saat ini tengah menonton TV di ruang tengah pun langsung beranjak. Melangkah malas, lalu membuka pintu utama rumah.

Meida agak tersentak ketika tahu bahwa Dimas lah yang sedari tadi mengetok pintu rumahnya. Kemudian, ia berdehem pelan. "Ada apa, Kak?"

"Ikut gue." Titah Dimas. Cowok itu langsung berjalan keluar gerbang. Meida mengekor setelah kembali menutup pintu rumahnya. Sebenarnya ia ingin menolak, namun melihat raut menyeramkan Dimas, ia jadi mengurungkan niat. Meida masih sayang nyawa nya.

"Sasa belum pulang ke rumah semenjak sekolah tadi. Apa lo tau dia kemana?" Dimas bertanya ketika Meida menghampirinya. Dia bergegas menaiki motor, menyodorkan helm pink pada Meida yang langsung diterima oleh si empu.

Sambil mengancingkan helm nya, Meida memutar otak. Mulai mengingat-ingat.

"Tadi sih katanya Sasa mau les bahasa Inggris dulu di sekolah. Mungkin aja dia telat pulang karna ada materi tambahan, kan?"

Dimas terdiam beberapa saat. Kemudian, kembali memberi titah. "Naik!"

Dimas menstater motornya seperti orang kesetanan. Suara deru motornya sangat menggema pada malam itu.

Tubuh Meida mulai tremor. Dimas tampak sangat gusar saat ini. Ia bisa menebak seperti apa Dimas nanti saat mengendarai motornya. Meida masih sayang nyawa.

"Naik!" Cowok itu mengulangi ucapannya.

Meida menggeleng pelan. Ia mencoba menawar. "Meida minta bonceng Kak Diko aja,"

"Nggak! Cepat naik!"

Pada akhirnya, dengan terpaksa gadis itu pun naik ke boncengan Dimas. Ia berpegangan kuat-kuat pada jaket yang dikenakan Dimas. Mulutnya komat kamit membaca do'a sebisanya. Kemudian, dengan suara bergetar ia berkata, "Kak, bawa motornya nanti pelan-pelan a-"

BRUM!

"AAAA!"

***

Jalanan pada malam ini terlihat ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang. Tapi, tanpa ragu seorang cowok dengan lihai menyalip kendaraan yang menghalangi jalan motornya. Tak peduli bahwa gadis yang saat ini tengah dibonceng nya menangis ketakutan.

Dimas semakin mempercepat laju kendaraannya. Karena sangking paniknya, dengan berani Meida berpegangan pada kepala Dimas yang tertutup helm.

Dimas menghentikan motornya secara mendadak. Meida pikir cowok itu berhenti karena ulahnya yang tidak sopan, namun ia langsung paham ketika melihat kerumunan orang-orang yang menutupi jalan didepan mereka.

Meida turun dari atas motor tanpa melepas helmnya, berniat untuk mendekati kerumunan itu.

Bruk

Namun Dimas kini sudah berjalan lebih dulu setelah menabrak punggungnya. Yang bisa Meida lakukan hanyalah tersenyum kesal. Ingin membalas pun ia tidak berani. Jadi, Meida memilih untuk menyaksikan kerumunan dari jarak yang agak jauh.

Tak lama kemudian, Dimas keluar dari kerumunan dengan wajah yang memerah. Entah apa yang terjadi, namun Sasa kini telah berada di gendongannya. Gadis itu terlihat setengah sadar dengan darah yang menetes di sekitar kepalanya. Dimas mengambil langkah lebar dan memasuki salah satu mobil yang berhenti di sekitar situ. Mobil itu pun melaju cepat. Mungkin mereka akan kerumah sakit.

My Innocent Queen [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang