1. MIQ
--------
Kini Luna berdiri didepan kasur anaknya yang tengah terlelap sambil berkacak pinggang. Dengan kaki dihentak-hentakkan ke ubin dia berjalan mendekati jendela, sempat melemparkan bantal yang terjatuh ke tubuh anaknya yang terlelap.
Luna embuka tirai jendelanya hingga terbuka lebar. "Bangun atau Mama seret?" Ancamnya penuh penekanan. Meida sedikit melenguh karna cahaya matahari terasa menyilaukan wajahnya.
"Lima menit ma," tawar gadis itu masih dengan mata tertutup.
"Nanti telat munaroh!" Sahut Sang Mama tak habis pikir. Pasalnya sudah hampir satu jam dia meneriaki Meida yang tak kunjung beranjak dari kasur, dia merasa menyia-nyiakan suaranya yang menjadi serak akibat itu.
"Satu jam Mama bangunin kamu, Kak Diko aja udah berangkat duluan!"
Meida hendak menyahut, namun matanya terlanjur membelalak menyadari sesuatu. Ia memposisikan tubuhnya menjadi duduk. "Jadi, Meida telat?"
"Hooh."
Tanpa berkata apapun lagi ia langsung lompat dari atas kasur dan menyambar salah satu handuk. Meida berlari kesana kemari mencari pakaian yang biasa ia pakai di sekolah lamanya, lalu masuk ke kamar mandi dengan membanting pintu lumayan kencang.
Melihat itu Luna menggeleng tak habis pikir, mulutnya berdecak heran. "Punya anak kok kayak orang," Kata Luna heran. "Lah kan emang orang!" Lanjutnya tersadar.
Dia berdecak lagi, "Dahlah, gaje banget jadi emak." Gumam Luna diakhiri kekehan ringan.
"Mei?!" Luna memanggil.
"AHA MHA?!" Sahut Meida dari kamar mandi. Sepertinya gadis itu tengah sikat gigi.
"Nanti turun kebawah, Mama udah siapin sarapan!" Seru wanita itu seraya berjalan keluar dari kamar anak gadisnya.
"IHA!"
***
Meida menuruni satu persatu anak tangga dengan tergesa-gesa, mendapati kedua orang tuanya sedang duduk dikursi meja makan.
"MAMAMAMAMAMA!" Pekik nya menggelegar. Arka dan Luna langsung saling tatap dengan mata memicing aneh.
"Anak siapa?" Bisik Arka bertanya.
"Anaknya Dadang." Sahut wanita itu, seraya memasukkan sesuap nasi kedalam mulutnya.
Arka terbahak, sebelah tangannya menepuk-nepuk pundak si istri. "Dadang ngehamilin siapa?" Tanya nya lagi kemudian.
"Gue." Jawaban santai dari istrinya membuat Arka jadi tertawa geli.
"Mau-an dihamilin ama kucing sendiri."
Luna mengernyit, "Kok sewot?"
Arka tak menjawab, tawa nya semakin lebar akan tingkah Luna. Meida menarik kursi di samping Luna, ikut menguping.
"Awas ntar dihamilin beneran." Gurau Arka dibalas gerutuan dari Luna.
"Mit amiiitt, jangan gitu lo!"
"Huuuu.." Arka menyoraki nya, diikuti Meida yang paling heboh. Dia langsung menepuk pundak anaknya, membuat si empu jadi menoleh.
"Apa Pah?" Tanya Meida.
"Mama aneh ya?"
Meida mengangguk dengan senyum innocent nya, "Iya Pah."
Selanjutnya Arka terbahak kencang diikuti tawa garing Meida. Meskipun tidak tau apa yang tengah ditertawai Papa nya, karena Meida hanya ikut-ikutan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Queen [Tahap Revisi]
RandomJudul awal: Cewek polos dan Cowok dingin. ---------- Meida dilanda kebingungan akibat Oma yang tiba-tiba mempersilahkan nya untuk kembali tinggal oleh kedua orang tuanya. "Oma, Kenapa cepet banget?" "Loh kan kamu y...