Sifra Maree
Tunggu. Apa katanya? Dia adalah teman satu flat-ku? Astaga. Ini gila. Ini tidak mungkin. Sangat tidak mungkin. Astaga, tolong katakan bahwa aku hanya bermimpi.
Pria di hadapanku ini memberikan senyumannya yang begitu lebar hingga menunjukkan gigi kelincinya. Astaga. Astaga. Astaga. Sudah berapa kali aku mengucapkan kata astaga? Entah.
Pria ini pun menatapku dari atas sampai bawah, lalu dia memberikan seringaiannya yang menyeramkan. Ya Tuhan, mengapa aku harus mengalami hal tidak beruntung seperti ini, sih? Bahkan kuliah saja belum dimulai.
“Kau bercanda, bukan?” tanyaku.
“Aku serius.”
“Tapi, bagaimana bisa? Bukankah pekan lalu aku menghubungi seseorang bernama Fiona Smith? Dia bilang bahwa dia tinggal di sini. Kupikir pemilik flat ini wanita. Jadi aku setuju untuk tinggal di sini,”
Pria itu menghela nafas. “Well, Fiona itu kekasihku. Secara teknis, dia tinggal di sini, tapi hanya setiap akhir pekan saja. Dan ketika kau berbicara dengannya pekan lalu, mungkin aku sedang berada di luar.”
Gila. Ini gila. Bagaimana bisa hal ini terjadi padaku? Ternyata bukan Fiona Smith yang menempati flat ini. Melainkan seorang pria bernama Jeon Jungkook dengan gigi kelinci dan rambut seperti kelapa.
Pria itu mengatakan lagi. “Fiona bilang bahwa namamu Saint Andrew. Dan aku juga berpikir bahwa kau seorang pria. Oleh karena itu, aku setuju untuk membiarkanmu tinggal di sini.”
Oh, tidak. Ternyata terjadi kesalahpahaman di sini. Aku mengira bahwa Fiona Smith yang menempati flat ini. Dan pria itu mengira bahwa aku adalah seorang pria yang akan menjadi teman satu flat nya.
Bloody hell.
“Um, apakah masih ada flat yang kosong? Yang ditempati oleh wanita?”
Pria itu mengendikan bahunya. “I’m afraid all flats are full already.” Katanya. “Dan juga, kau sudah membayar setengah uang sewa. Uang yang sudah dibayarkan itu tidak bisa diambil lagi.”
Jadi, aku harus tinggal di sini? Bersama dengan pria ini? Pria yang bahkan tidak kukenal. Ya Tuhan, apa salahku?
“Saint Andrew.” Panggilnya.
Aku menatapnya tajam. “Namaku itu Sifra Maree Saint Andrew. Aku akan lebih merasa nyaman jika kau memanggilku Sifra.”
“Oh, oke. Sifra.” Jawabnya. “Ternyata kau ini sinis juga, ya. Feisty. But I like it.”
Aku memutar bola mataku dan memilih untuk masuk ke kamarku. Kemudian, aku memakai AirPods milikku dan mulai memutar musik sekencang-kencangnya.
Lagu yang terputar adalah When You Believe yang dinyanyikan oleh Whitney Houston dan Mariah Carey. Setidaknya amarahku mereda setelah mendengarkan lagu ini.
Bagaimana aku akan menjelaskan pada paman dan bibi mengenai teman satu flat-ku yang ternyata seorang pria? Oh, astaga. Bagaimana bisa kesalahan seperti ini terjadi?
Aku tidak akan mungkin bisa tinggal bersama dengan seorang pria. Maksudku, oke, aku sudah dewasa. Tapi aku tidak pernah berkencan dengan siapa pun. Lantas bagaimana bisa aku tinggal dengan pria sepertinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
PORNOPHOBIA
Fanfiction[SELF-PUBLISHING & TERSEDIA VERSI EBOOK] Pornophobia. Apakah kalian pernah mendengar kata tersebut sebelumnya? I guess you've never heard of it before. Dan mungkin juga, kalian tidak tahu bahwa hal tersebut benar-benar ada di dunia ini. Aku, sebagai...