Chapter 01: Meet The New Flatmate

4.1K 297 37
                                    

Sifra Maree

Tidak ada yang pernah menyangka bahwa aku bisa menjadi mahasiswa di University of Oxford. Insane, innit? Yeah, I know. Aku juga merasa seperti itu.

Jika ada yang memberitahuku bahwa aku akan menjadi mahasiswa di University of Oxford tiga bulan yang lalu, aku tidak akan mempercayai ucapan mereka. Pasalnya, Oxford itu—even I can’t describe it. Intinya, tahapan masuk Oxford begitu ketat. Terlebih jika hanya mengandalkan program beasiswa atau tes SATs saja.

Kecuali jika kalian mempunyai banyak uang untuk membayar. Itu akan lebih memudahkan dibandingkan harus belajar setiap hari selama 24 jam tanpa henti sehingga tidak ada waktu untuk bermain-main.

Realita terkadang menyakitkan, tapi jika kita menginginkan sesuatu yang besar, maka kita juga harus mengorbankan sesuatu yang lebih besar juga.

Selama tiga bulan aku mengikuti banyak program beasiswa dan mengikuti tes SATs, aku tidak pernah bisa beristirahat dan makan teratur. Aku hanya bisa beristirahat selama tiga puluh menit dalam 24 jam, dan aku juga hanya makan satu kali dalam sehari.

Itu semua karena aku tidak ingin diganggu selama proses belajar.

Lelah, memang. Tapi usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Dapat kubuktikan semua kerja kerasku dengan hasil terindah; aku menjadi mahasiswa di University of Oxford dengan beasiswa full selama tiga tahun. Kebutuhan hidupku juga terjamin.

Oleh karena itu, di sinilah aku, tengah mempersiapkan barang-barangku untuk kepindahanku ke Oxford. Akan sangat tidak memungkinkan jika aku tetap tinggal di London sementara aku berkuliah di Oxford. Waktu tempuh yang dibutuhkan adalah satu setengah jam. Itu pun dengan menggunakan kereta.

Jadi, kutetapkan untuk pindah ke Oxford. Dengan biaya dari beasiswa ditambah dengan tabunganku sendiri, kupikir aku bisa mencukupi kehidupanku selama di sana. Mungkin juga aku bisa bekerja paruh waktu.

Aku telah menemukan flat terdekat dari kampus. Beruntungnya, flatmate-ku adalah wanita dan dia berkuliah di University of Oxford juga.

(Flatmate = roommate, dalam British English)

Setelah menghabiskan dua jam untuk membereskan barang-barangku, akhirnya selesai juga.

Lana—bibi-ku—mengatakan, “sudah siap semuanya? Kalau begitu, mari kita segera pergi ke Oxford.”

“Okay. Let’s go.”

Aku tinggal bersama dengan bibi-ku. Orang tuaku sudah lama tiada. Sekitar sepuluh tahun lalu mereka terlibat dalam kecelakaan mobil yang menewaskan kakakku, ayah dan mamaku, serta nenekku. Hanya aku satu-satunya yang selamat dari kecelakaan itu.

Dan akhirnya, bibi-ku mendapatkan hak asuh diriku. Bersama suaminya, mereka berdua mengurusku dan memperlakukanku seperti anak mereka sendiri. Ya, mereka tidak memiliki anak, jadi mereka benar-benar menyayangiku.

Paman-ku, Brent, memasukkan semua barang-barangku ke dalam mobilnya. Lalu aku, paman dan bibi, masuk ke dalam mobil. Kami segera pergi menuju Oxford.

Sebenarnya, aku terlalu tua untuk dikategorikan sebagai freshman. Usiaku 23 tahun. Alasan mengapa aku menunda untuk kuliah adalah karena aku ingin membantu paman dan bibi-ku terlebih dahulu.

Mereka sudah banyak membantuku, mendaftarkan dan membiayakan sekolahku, mereka juga yang menyanggupi kebutuhan hidupku. Jadi, setelah aku lulus sekolah saat berusia 18 tahun, kuputuskan untuk mencari pekerjaan dan membantu keuangan mereka.

Namun sekarang, aku ingin mengejar mimpiku. Yaitu menjadi mahasiswa University of Oxford.

Luckily for me, my dreams become true.

PORNOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang