Chapter 07: Pornophobic

2.2K 221 37
                                    

Sifra Maree

Tidak enaknya memiliki flatmate seorang pria adalah . . . menyebalkan. Sangat. Terlebih yang seperti Jeon Jungkook. Astaga. Aku ingin sekali membunuh diriku sendiri. Hampir. Aku tidak tahan tinggal dengannya.

Mau tahu kenapa? Dia itu sombong, menyebalkan dan besar hati (sama saja, sih, dengan sombong). Tapi, yang paling membuatku sebal adalah suara desahan di setiap malam. Padahal, aku ingin sekali menikmati ketenangan dan kedamaian bersama dengan musik dan buku.

Namun semua kedamaianku hancur karena satu nama. Jeon Jungkook.

Di pagi hari ini, seperti biasa, aku sarapan. Aku membuat custard saja dengan teh hangat. Kemudian, aku makan di ruang makan sembari melihat ponselku dan membaca beberapa surel yang masuk.

Lalu, suara pintu terbuka mulai terdengar. Jungkook keluar dari kamarnya dengan hanya memakai boxer saja. Dia tidak pakai baju. Rambutnya berantakan, wajahnya terlihat lusuh, dan dia berjalan ke arah kamar mandi sembari menggaruk punggungnya.

Dan aku baru menyadari bahwa di punggungnya terdapat tato bertuliskan "Devil" dengan gambar baphomet. Cocok sekali dengannya. Dia memang seperti iblis.

Tak lama kemudian, dia keluar dan menghampiriku.

“Selamat pagi.” Ujarnya.

Aku menoleh sekilas.

Jungkook duduk di sebelahku, lalu dia menangkup wajahnya dengan tangannya. “Boleh aku meminta sedikit?” tanyanya dengan lembut.

“Meminta apa?”

“The custard.”

Aku menghela nafas. Sebenarnya aku tidak ingin berbagi, tapi sepertinya dia ingin mencoba. Dan aku tidak tega melihatnya seperti anak kelinci yang kelaparan seperti ini. Jadi, kuberikan padanya.

Jungkook tersenyum. “Terima kasih.” Lalu, dia mulai memakan dengan lahap. Sesekali, dia berkomentar. “Enak, ya. Ternyata kau bisa memasak juga,”

Aku menyesap teh.

Perutku terasa kenyang hanya dengan menatap Jungkook yang makan dengan lahap. Bahkan custard nya hampir habis.

Sembari menatap Jungkook makan, tiba-tiba saja aku ingin sekali bertanya sesuatu padanya. “Jungkook?”

“Hmmm?”

“Kau berada di Jurusan Hukum, ya?”

Dia melahap custard nya, lalu dia mengangguk. “Iya. Kau tahu dari mana?” matanya pun menatapku.

“Bukumu ada di meja ruang tamu kemarin. Aku tidak sengaja membacanya.”

“Oh.”

“Kupikir kau berada di Jurusan Fine Art atau Music.”

Dia menarik nafas, lalu dia membenarkan posisi rambutnya. “Awalnya itu keinginanku. Music is my passion. Tapi Papa bilang, "music is nonsense." dan dia melarangku untuk memilih Jurusan Musik.”

“Kenapa?” saat pertanyaan itu keluar dari mulutku, Jungkook terdiam dan menatapku lurus. Aku segera mendeham, lalu mengatakan, “ah, maaf jika pertanyaanku terlalu personal. Tidak perlu dijawab.”

“You are so cute, you know that?” dan dia pun melanjutkan memakan custard.

Aku menaikkan alisku. Dasar aneh.

Ketika custard nya sudah habis, Jungkook kembali menangkup wajahnya di tangannya sembari matanya menatapku. “Kau sendiri berada di jurusan apa?”

“Mathematics and Computer Science.”

“Wow. You must be bloody smart, huh?”

“Ya . . . tidak juga. Tapi aku berusaha keras untuk mengejar keinginan dan mimpiku. As long as it’s possible, why not? Kau tidak perlu menjadi pintar untuk mencapai tujuan.”

PORNOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang