Chapter 05: Jesus Fucking Christ

2.1K 229 25
                                    

Sifra Maree

Semenjak kejadian tadi, aku tidak keluar kamar hingga malam hari. Lapar, sih. Ingin sekali memasak sesuatu untuk makan malam. Tapi aku tidak berani untuk keluar dari kamar karena aku malu. Sangat malu.

Sifra Maree Saint Andrew, kenapa kau bodoh sekali, sih? Kau sudah menodai matamu dan benakmu sendiri dengan melihat secara langsung penis pria itu. Flatmate-mu. Jeon Jungkook.

Ugh.

Aku terpaksa harus menahan laparku. Aku akan keluar kamar jika pria itu sudah tertidur. Semoga saja dia cepat tidurnya. Atau, jika bisa, tolong keluarkan dia dari flat ini, Ya Tuhan. Hanya untuk malam ini saja.

Pada akhirnya, aku hanya mendengarkan lagu sembari membaca buku.

Selera musikku itu lebih mengarah kepada musisi tahun 50, 60, 70, 80, dan 90. Entah kenapa, lagu-lagu di generasi itu sangat merdu dan alunan musiknya menenangkan hati. Contohnya Roxette, CoCo Lee, Celine Dion, Queen, The Beatles, Prince, MLTR, Tame Impala, dan lain-lainnya.

Kali ini, aku memutar lagu dari Goo Goo Dolls yang berjudul Iris sembari aku membaca buku karya George Orwell.

Musik, buku, keheningan dan kesunyian malam adalah gambaran dari perdamaian di dunia. Pasalnya, jika mendengarkan musik sembari membaca buku ditemani gelap dan sunyinya malam, aku merasa bahwa aku berada di dunia lain dari kehidupan.

Damai, tenang, tentram dan aman. Tidak ada klakson mobil, tidak ada perdebatan, tidak perlu belajar, tidak perlu mementingkan hal lain dan menjauhi hiruk-pikuk kota. Aku merasa tenang dan menjadi diriku sendiri.

Namun, semua kedamaianku itu hancur tatkala aku mendengar suara desahan menyapa telingaku yang datangnya berasal dari kamar sebelah.

“Oh, yes, Jeon Jungkook! Oh, oh. Ahhhhh, yes. Yes, right there.”

Aku menjeda musiknya, dan suara desahan itu semakin terdengar.

“Jungkook, oh, you feel so good.”

Hello? Yang benar saja! Semua kedamaiaku hancur secara tiba-tiba karena desahan ini. Aku yakin sekali bahwa Jungkook penyebab ini semua terjadi.

Astaga, bisa tidak, sih, mereka melakukan seks di tempat lain? Flat ini kecil sekali dan dindingnya tidak kedap suara. Aku bisa mendengar jelas guncangan ranjang yang menabrak dinding dan suara desahan yang melengking.

Aku pun memukul dinding yang menjadi pembatas kamarku dan kamar Jungkook. “KECILKAN VOLUME DESAHANNYA.” Teriakku.

Tapi, bukannya semakin kecil, justru desahannya semakin terdengar jelas dan kencang. Oh, Ya Tuhan, apa ini?

“Hei, kecilkan suara kalian.” Aku berteriak lagi, namun tetap tidak digubris. Mereka semakin mendesah kencang secara bersamaan. Betapa menyebalkannya itu.

Aku pun mengambil AirPod milikku dan menghubungkan bluetooth. Lalu, kudengarkan musik yang kencang untuk menutupi suara desahannya.

Aku juga sembari bernyanyi dengan keras agar suara desahannya semakin menghilang.

But hold your breath
Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again
Don’t make me change my mind

Aku tidak peduli apakah suaraku terlalu kencang sehingga mengganggu kegiatan mereka. Well, mereka telah mengganggu kedamaianku. Jadi, aku harus balas dendam.

So breathe in so deep
Breathe me in
I’m yours to keep
And hold onto your words
‘Cause talk is cheap
And remember me tonight
When you’re asleep

PORNOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang