Jeon Jungkook
“APA?” sungguh, aku terkejut atas pertanyaannya itu.
Dengan wajah polosnya, Sifra mengatakan, “aku penasaran saja. Bagaimana rasanya memberikan blowjob? Apakah seperti sedang memakan sweet candy?”
Aku mengacak rambutku.
“Saint Andrew!”
“Ya?”
“Kenapa tiba-tiba menanyakan blowjob? Siapa yang memberitahumu tentang itu?”
Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak ada. Aku—hanya ingin merasakannya. Kau pernah diberikan blowjob, bukan? Tell me about it.”
“Dan kau tahu dari mana aku pernah diberikan blowjob?”
“Tapi pernah, kan?”
“Tahu dari mana?”
Sifra mencibir. “Hft. Aku tahu karena tidak mungkin kau tidak pernah diberikan blowjob. Kau sudah menjalin hubungan dengan Fiona dan Mama tirimu itu. Kau juga melakukan seks setiap malam saat bersama Fiona. Bukankah blowjob juga termasuk bagian dari seks?”
Ya, benar, sih. Dia tidak salah.
Tapi kenapa tiba-tiba membahas blowjob? Apa yang membuatnya menanyakan hal itu padaku?
“Untuk apa blowjob?” tanyaku.
“Um—jadi, ada pria yang aku suka dan aku ingin memberikannya blowjob.” Ujarnya.
Jadi Sifra menyukai seorang pria dan berniat ingin memberikan blowjob? Oh, ini tidak bisa dipercaya. Dia sudah benar-benar gila.
Aku menggelengkan kepalaku. “Saint Andrew, jika pria itu memaksamu untuk memberikan blowjob, maka dia bukanlah pria baik-baik. Jauhi dia. Jangan dekat dengannya lagi.”
“Kenapa?”
“He just wants to fuck you.”
“But you want to fuck me too, aren’t you?”
Ah, sial. Kenapa dia selalu bisa membuatku bungkam dengan kalimatnya? Ya Tuhan!
Aku mendecak. “Aku memang ingin melakukan seks denganmu, tapi aku tidak akan memaksamu jika kau tidak mau. Selama ini memangnya aku pernah memaksamu? Tidak, bukan?”
“Well, dia juga tidak pernah memaksaku.”
“Siapa dia? Siapa pria ini?”
“Um . . . kau mungkin tidak tahu siapa orangnya.”
“Aku tahu semua orang di Oxford. Aku bisa menghubungi bagian informasi untuk menemukan siapa pria itu. So tell me, who’s the guy you been planning to give blowjob to?”
Sifra akhirnya menjawab. “William.”
“William dari Jurusan Hukum?”
“Ya.”
“No shit?”
“Nope.”
Aku menaikkan alisku. “Kau gila, ya? Jadi kau berteman dengan si Megan karena kau ingin mendekati si William itu?”
“Sepertinya begitu. Kenapa?”
“Bukankah William itu gay?”
Sifra terkejut. “Kata siapa?”
“Setahuku dia gay. Dan kau ingin memberikan blowjob pada pria gay? Otakmu sebesar otak burung, ya?”
“Hei! Meski William itu gay, mungkin saja setelah kuberikan blowjob, dia menjadi straight lagi.”

KAMU SEDANG MEMBACA
PORNOPHOBIA
Fanfic[SELF-PUBLISHING & TERSEDIA VERSI EBOOK] Pornophobia. Apakah kalian pernah mendengar kata tersebut sebelumnya? I guess you've never heard of it before. Dan mungkin juga, kalian tidak tahu bahwa hal tersebut benar-benar ada di dunia ini. Aku, sebagai...