Chapter 11: Just One

2.1K 232 42
                                    

Sifra Maree

Untuk hari, minggu, bahkan bulan berikutnya, aku menjalani kehidupan seperti biasanya. Kuliah, mengerjakan tugas, membuat proposal, berdiskusi, rapat, lalu kembali ke flat dalam keadaan lelah, panas dan tubuh yang lengket.

Aku tidak berkomunikasi sama sekali dengan Jungkook untuk satu bulan belakangan ini. Dia benar-benar menepati ucapannya untuk tidak bicara denganku.

Namun, aku tetap terganggu dengan suara desahan pada malam hari, juga dengan video porno di televisi yang selalu ditontonnya saat pagi, siang, sore dan malam.

Mungkin bagi Jungkook, sehari tidak melakukan seks atau menonton film porno, maka dia akan mati.

Meski aku berusaha untuk tidak bicara dengannya, tapi di saat keadaan seperti ini—di mana aku harus membayar uang sewa flat—tentunya Jungkook dan aku harus bertemu dan membicarakan ini.

Jungkook ada di ruang tamu.

Kalian sudah bisa menebak apa yang dilakukannya, bukan? Ya, benar. Dia tengah menonton film porno lagi. Dia tidak pernah bosan sepertinya, ya. Pasalnya, CD nya bertambah setiap hari dengan pemutaran film yang berbeda.

Astaga.

Aku menghampirinya. “Jeon Jungkook.”

Tidak ada balasan darinya.

Mau tidak mau, aku duduk di sebelahnya dan menghadapnya. “Jungkook, tatap aku dulu. Ada hal penting yang ingin kubicarakan.”

Jungkook menoleh. “Hm?”

“Sudah waktunya membayar uang sewa.”

“Lalu?”

“Kita harus membayarnya.”

Tatapan Jungkook kembali ke layar televisi, namun mulutnya berkata. “Ya sudah, bayar saja.”

Aku mendecak. “Mana uangnya?”

“Kau yang bayar bulan ini. Aku tidak punya uang.”

“Apa katamu? Astaga, uangku juga menipis. Aku selalu membeli bahan makanan di dapur setiap pekan dan kau yang selalu menghabiskannya. Kini kau memintaku untuk membayar uang sewanya? Keterlaluan!”

Jungkook menghela nafas. “Berisik!” Pada akhirnya, dia mengeluarkan dompetnya yang berisi banyak sekali uang. Lalu, Jungkook melempar uangnya padaku. “Bayar.”

Kurang ajar.

Aku berdiri dan membuang uangnya di hadapan wajahnya. “Aku sudah bersikap sabar padamu, ya. Aku bicara dengan lembut padamu dan memintamu dengan cara yang baik-baik. Tapi bukan berarti kau bisa seenaknya terus berlaku seperti ini, Jungkook.”

Jungkook menatapku. “So? What’re you gonna do?”

Aku menggelengkan kepalaku. “Entahlah. Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Maksudku, sebelumnya kita baik-baik saja meski kita selalu bertengkar setiap pagi. Tapi setidaknya kau tidak brengsek seperti ini.”

“Dan kau tidak tahu bagaimana rasanya menjadi diriku yang selalu menahan diri setiap di dekatmu. Aku bisa gila, Saint Andrew.”

“Lalu, apakah itu salahku jika kenyataannya kau yang kelebihan hormon?”

“Dan siapa yang menyuruhmu untuk terlalu cantik seperti ini, huh?”

Aku bungkam.

Sungguh, ucapannya tidak masuk akal. Serius, deh. Bisa-bisanya dia mengatakan itu di saat aku sedang serius seperti ini. Apa, sih, maunya?

“Oke, baiklah. Bulan ini, aku yang akan membayar uang sewanya.” Ujarku.

Jungkook menggelengkan kepalanya. “Jangan. Pakai uangku dan bayar untuk satu tahun ke depan.”

PORNOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang