Chapter 12: Wifey

2.5K 239 49
                                    

Sifra Maree

Saat bibirnya menyentuh bibirku, aku terkejut. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena pergerakan tubuhku dikunci olehnya.

Selama lima detik bibir kami hanya menempel, hingga akhirnya Jungkook melepaskan bibirnya dan mengatakan, “balas pergerakanku, Saint Andrew. Kiss me back.”

Kiss him back? I don’t know how!

“B-bagaimana?”

Jungkook mendecak. “Oke, aku akan ajarkan. Jadi, ketika buka mulutmu, satukan bibirmu dengan bibirku, lalu gerakkan bibirmu bersamaan denganku. Mengerti?”

Sebenarnya tidak.

Tapi Jungkook sudah lebih dulu menyatukan bibirnya lagi. Sehingga aku terpaksa untuk melakukan apa yang dikatakannya.

Buka mulut, lalu gerakkan sesuai dengan bibir Jungkook.

Jujur, aku tidak mengerti apa yang dilakukan Jungkook sekarang. Dia seperti tengah memakan bibirku layaknya permen kapas.

Aku merasa geli karena di bibirku seperti ada siput yang tengah berjalan di atasnya. Tapi aku sebisa mungkin mengikuti pergerakan Jungkook.

Lalu, Jungkook berbisik di sela-sela ciuman ini. “Gimme your tongue. Open your mouth.”

Berikan lidahku padanya? How, Goddammit?!

Ketika aku membuka mulutku, Jungkook memasukkan lidahnya ke dalam dan bagian ujung lidahnya digunakan untuk menjilati gigiku, gusiku, hingga langit-langit mulutku.

Ini aneh. Apakah ciuman selalu menjijikkan seperti ini?

Tapi sepertinya Jungkook menikmatinya.

Lalu, dia mengubah posisi kami menjadi aku berbaring di sofa dan dia di atas tubuhku. Oh astaga.

“Jungkook,” aku melepaskan ciumannya dan menahan dadanya.

“Ya?”

“A-aku kehabisan nafas.” Ujarku.

Jungkook terkekeh. “Oke, bernafaslah sebanyak-banyaknya.”

Jungkook menahan berat tubuhnya dengan kedua tangannya dan kakinya. Matanya memperhatikan keseluruhan wajahku.

Dan dia pun berkomentar. “Your lips become swollen.” Katanya, “I like it. But sadly, this will be the first and the last time I get to taste your lips.”

Saat aku sudah selesai menarik nafas yang banyak, Jungkook melanjutkan untuk menciumku dan dia menaruh tanganku di lehernya.

Kemudian, ciumannya ini turun ke daguku, leherku, hingga pundakku.

“Jungkook.” Entah apa yang kupikirkan saat ini, tapi yang jelas, aku mendesahkan namanya. Oh, astaga!

“Ya?” matanya menatapku.

Aku menggelengkan kepalaku. “Tidak, tidak apa-apa.”

“You want me to continue or to stop?”

Sebenarnya aku ingin dia melanjutkan, karena aku merasa seluruh bagian tubuhku sudah panas dan aku butuh sesuatu untuk mendinginkannya.

Tapi, jika Jungkook terus menciumku seperti itu, maka kasihan jantungku. Jadi, aku mencari aman.

Kukatakan padanya, “I want you to stop. Is that fine with you?”

Jungkook mengangguk. “Tentu.” Dia bangkit dari tubuhku dan dia membantuku untuk duduk. “Dan, Saint Andrew, that’s how kiss should be. With tongue.”

PORNOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang