7

242 35 0
                                    


Sorry for typos and happy reading

______________________________________

"appa. Maafkan aku. Kumohon maafkan aku. Tolong jangan memukulku lagi. Sakit. Appa kumohon!" Sooji tampak mengigau di alam mimpinya. Menyebut nama ayah yang bahkan mungkin sudah ia lupakan wajahnya. Karena kejadian itu sudah puluhan tahun lamanya.

"Sooji. Bangun. Bangunlah. Kau sedang bermimpi buruk!" Kim Bomi berusaha membangunkan Wanita yang tidur seranjang dengannya. Pelipis Sooji penuh peluh. Matanya juga tampak basah.

Begitu membuka mata, hal pertama yang dilakukan Sooji adalah memeluk Bomi. "onnie. Aku takut. Appa. Appa kembali. Apa berhasil menemukanku dan memukulku!" adu Sooji dengan penuh airmata.

"gwenchana Sooji_ya. Kau hanya bermimpi. Ayahmu. Dia tidak akan kembali. Kau jangan khawatir. Pria itu tidak akan bisa menemukanmu. Kita sudah berada di Seoul. Kau aman di sini!" Bomi berucap sembari mengusap_usap punggung Sooji.

"tidurlah lagi. Hm. Ada aku disini. Kau tidak perlu takut. Aku akan menjagamu."

"terimakasih onnie. Berjanjilah padaku. Jangan pernah tinggalkan aku onnie. Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain onnie. Tolong berjanjilah padakh onnie!"

"hm. Aku berjanji. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku tidak akan bisa meninggalkanmu. Jadi kau tidak perlu khawatir. Tidurlah lagi. Hm!"

Setelahnya tidak lagi terdengar sahutan dari Sooji. Wanita itu sudah kembali tertidur.

Sebenarnya seberapa besar rasa sakit yang dimiliki oleh seorang Bae Sooji sampai membuatnya kembali memimpikan masalalu yang sepertinya masih terus menghantuinya.

Saat pagi tiba. Sooji bangun lebih awal, menyiapkan sarapan seadanya untuk dirinya dan Bomi. Saat mencium aroma dari masakan yang dirinya masak, Sooji Tiba-tiba merasa mual. Ia pun segera berlari ke kamar mandi yang berada di samping ruang dapur. Kejadian sama kembali terjadi berulang_ulang. Membuat wanita itu tampak lelah dan seketika wajahnya tampak pucat.

"onnie. Onnie!" Sooji memanggil dengan suara yang teramat pelan. Niatnya memang untuk mencari pertolongan. Tapi karena Bomi memang masih tidur, sehingga dia tidak mendengar panggilan Sooji.

.

"Lee Minho. Sekarang juga kau harus datang ke rumah sakit yang ada di dekat rumahku. Sooji. Dia_dia_ hiks.. Hiks.."

"Sooji? Dia kenapa. Jangan menangis! Berbicaralah yang jelas! Katakan apa yang terjadi dengan Sooji!"

"Sooji. Dia keguguran! Hiks.. Hiks.. Ini semua salahku. Hiks..hiks.."

"aku tahu. Aku kesana sekarang!"

Begitu sambungan telepon terputus, Minho yang tadinya masih mengenakan piyama karena ia baru terbangun karena mendapat panggilan dari Bomi. Segera menganti pakaiannya dan pergi terburu-buru.

Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepan tinggi. Menerobos lampu merah begitu saja. Ia bahkan hampir bertabrakan dengan pengendara lain yang datang dari arah berlawanan. Pria itu tampak linglung. Ia begitu cemas akan keadaan Sooji saat ini.

Mendengar kata keguguran ini menandakan sebelumnya Sooji sempat mengandung anaknya. Bukankah begitu?

.

Tidak sampai tigapuluh menit, Minho sudah tiba di rumahsakit yang dikatakan Bomi. Pria itu menutup cepat pintu mobil dan berlari menuju Bomi. "katakan. Bagaimana keadaan Sooji sekarang?"
Kalimat itulah yang Minho tanyakan setibanya ia bertemu Bomi. Wanita yang menjadi wali Sooji.

"Sooji belum siuman. Tadi Dokter mengatakan kalau kondisi Sooji saat ini sangat lemah! Dia terlalu stress. Ini semua karenamu. Tidak. Ini juga salahku. Seandainya saja aku tidak_hiks_hiks_"

Need Your Love (completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang