CHAPTER 8

33 2 0
                                    

Cila pov

Hari ini aku mau pergi belanja bahan makanan di toko swalayan dekat apartemen. minggu lalu aku sengaja nggak ngisi kulkas karna kan kak Reza bilang mengurus kepindahan hanya 2 minggu tapi ternyata perlu waktu 1 bulan. jadi minggu ini aku beli yang sekiranya cukup untuk tiga minggu kedepan.

eitss tunggu dulu...
aku ganti aja deh ya ngomong nya,pake 'gue-elo'. sebenarnya aku nggak sepenuhnya berubah kok tapi sekarang tau batasan aja

Setelah berganti pakaian,gue pergi ke toko dengan berjalan. diperjalanan gue merasa ada yang ngikutin,gue pun mempercepat langkah dan akhirnya sampai di toko dengan selamat.

Gue pun langsung membeli apa yang diperluin sama perut gue. setelahnya ke kasir untuk membayar semua belanjaan dan langsung pulang. Jujur gue masih takut kalo mau keluar apalagi kalo ngerasa ada yang ngikutin kayak tadi.

Sampai di apartemen gue masukin belanjaan ke kulkas dan menuju kamar lalu rebahan. seperti ini keseharian gue selalu berakhir di kamar walaupun gue berusaha menyibukkan diri tapi akhirnya di sini.

Tempat ternyaman selama kurang lebih 4 tahun ini. gue sering menerawang waktu ke masa lalu di saat gue sendirian dikamar seperti ini,antara percaya atau nggak gue bisa bertahan sejak kejadian mengerikan itu. gue sepatutnya mengapresiasi diri tapi dipikiran gue sebaliknya.

Gue sadar sejak peristiwa itu,gue hanya orang biasa yang butuh bantuan orang lain untuk terus hidup. yang gue rasain itu rasa bersalah,hampa,bingung,takut,sedih,marah campur aduk setelah mama dan papa nggak ada di dunia ini . dan itu membuat gue trauma

pernah terfikir apa ini karma dari perbuatan gue selama ini? gue yang selalu buat masalah di sekolah,gue yang membangkang sama orang tua,gue yang selalu bersikap kasar sama orang. semua itu hanya semata-mata untuk mendapatkan kasih sayang mama papa. apa gue salah? dan gue pun belum hidup lama di dunia ini apa sebanyak itu kesalahan gue?

jawabannya iya,gue yang dulu terlalu kejam di usia muda. sampai tidak menikmati masa-masa bahagia seperti anak pada umumnya hanya karna saiangan gue,kesibukan mama papa. gue nyesal udah jadi orang yang buruk hanya untuk caper itupun sama orangtua sendiri.

tapi kehilangan mereka itu sangat menyakitkan bagi gue bagaimana pun mereka tetap orangtua gue. apalagi dengan gue yang lihat langsung kematian mereka. gue berharap mereka ditempatkan di sisi terbaik Tuhan.

"hikss..hikkksss.slrrpp..slrpp.." baru sadar gue dari tadi nangis,setelah mengambil tissue gue berdiri memandangi perkotaan yang terbentang dari jendela kamar.

balik ke masa dimana gue dan kak Reza bisa sampai ke negara ini dan memulai hidup baru. Kak Reza yang mendidik gue jadi orang yang sebenarnya, dan kak Reza yang memberikan arti keluarga sebenarnya karna gue pun menganggap kak Reza seperti kakak kandung begitu juga sebaliknya.

sekarang ini gue lagi diposisi bersyukur atas semua hal yang ada di dalam hidup gue,mulai dari adanya kak Reza ,diri gue yang baru,berangsur sembuhnya trauma gue,dan sebentar lagi gue akan pulang ke indonesia.

gue nggak sabar pulang,bener kata kak Reza gue mau berjumpa sama Arka sahabat gue. gue tau ini seperti menantang maut karna pulang ke tanah air,tapi gue sudah terlanjur janji sama dia. gue mau terapi pun karna dia.

tapi apa kabar ya Arka? kenapa dia nggak dateng ke taman waktu itu? apa dia marah gue pindah?dan sekarang pun nggak ada kabar. gue coba hubungi nomor Arka nggak aktif ,pasti dia ganti nomor . dasar Arka.

" kenapa senyum-senyum sendiri lu dek?" tanpa gue sadari kak Reza memasuki kamar

"ha? ohh .. ng- nggak kok," gugup gue

"lucu banget sih muka nya " seraya mencubit kedua pipi gue dan langsung gue paksa lepas karn itu sakit

"hobi banget sih ,sakit tau!"

"gak masalah kan dengan adek sendiri juga" balasnya

"terserah" cuek gue seraya keluar kamar menuju ruang tv

" tuh kan mode jutek nya kambuh,baru aja tadi senyum- senyum sekarang balik lagi " kak Reza menyusul

"ngapain kesini?" tanya gue

" emang harus ada alasan gitu kalo mau kesini? "

" biasanya kan gitu" jawab gue yang mendapat balasan decakan

"yaudah iya nih, gue laper. gih masakin gue,cepetan" perintah nya

"nyebelin banget sih kak" geram gue seraya menuju dapur

Selama beberapa saat gue memasak untuk mengisi perut nya kak Reza sekaligus gue sendiri karna jam juga sudah masuk makan siang. setelah selesai menata makanan di meja,gue pun memanggil kak Reza untuk segera makan .

"wahh ,enak kayak nya nih" ucap kak Reza dengan mata berbinar

"cepetan makan" ucapku menirukan perkataan kak Reza yang langsung dipelototi nya

"emang hari ini hari libur ya? tumben jam segini ada diluar" ujar gue

" kakak libur hari ini" jawabnya lalu langsung melahap makanan yang gue masak

fyi,kak Reza melanjutkan study di negara ini dan gue sedikit nggak percaya kalo kakak gue ini pinter banget. itulah kenapa dia hanya 2 tahun setengah untuk menyelesaikan pendidikan. setelahnya,dia langsung di rekrut di suatu perusahaan.

Dan ternyata,tidak butuh waktu lama kak Reza menghabisi makanan nya. gue pun belum menghabisi setengah dari makanan yang ada di piring gue.

" thank you nona Cila" kak Reza beranjak dari kursi dan mengambil jaket miliknya lalu

"kakak pergi,baik-baik disini. kalo ada apa-apa telfon" ujarnya dengan melenggang pergi dan karna meja makan berhadapan langsung dengan pintu masuk gue hanya menatap punggung kak Reza sampai tertelan pintu.

"sabar cila sabar,itu kakak lo" ucap gue pada diri sendiri,setelahnya gue membereskan meja makan lalu mencuci piring.

selesai berbenah,gue duduk di ruang tv. sejujurnya gue masih takut untuk berinteraksi sama orang sejak peristiwa itu karna gue selama di negara ini hanya di apartemen. kalau tentang sekolah ,kak Reza panggil guru privat untuk gue. jadi dalam artian tingkat sosial gue itu rendah banget.

Gimana pun nanti di Indonesia gue harap akan baik-baik aja.....

xxxXXXxxx













Thank you readers....
see u next chapt..

CHANGE : Cila & Arka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang