26. Bab 3 : 5

104 13 1
                                    

Autor pov

"Dasar oppa sialan itu! Aku selalu heran sifat casanova Taeyeong itu dari mana ternyata dari kakaknya itu" geram Chaeyeon saat ia sedang minum-minum dengan Jieun.

"Chaeyeon-a.. tenanglah.. sekarang kau bahkan lebih marah dibanding aku."

"Eonni.. kau menamparnya?"

"Eoh? Nugu?"

"Siapa lagi kalau bukan si naga merah itu!"

"Ah.. ani, tapi aku menampar perempuannya."

"Lihat ini.. eonni itu terlalu baik. Seharusnya kau juga menampar si naga itu dengan kuat!"

"Tapi.." wajah Jieun meredup. Hatinya masih sakit karena Jiyong yang masih membela wanita itu. Chaeyeon menghelakan nafasnya lalu duduk di samping Jieun sambil memeluk dan memberinya semangat.

"Gwaenchanh-a eonni.. kau tidak perlu khawatir aku yang akan menyelesaikannya." Chaeyeon menepuk-nepuk

Kepala Jieun kembali sakit. Ia merasakan seperti dulu lagi, padahal ia sudah lama tidak merasakannya sejak pacaran dengan Jiyong. Kepalanya seakan memutar-mutar dan nafasnya terhendat. Pandangan Jieun pun mengabur seiringnya waktu. Suara teriak Chaeyeon menghilang seiringnya waktu.

"Eonni.. kau tidak apa apa? Eonni??!"
.
.
.
Chaeyeon sedari tadi mondar mandir di Depan ruangan Jieun seraya mengecek hpnya terus menerus.

"Si naga merah ini mana si?"
.
.
"Oppa ke  RS Hanguk sekarang juga!"

"Wae? Neo apeuni??"

"Ppali ireowa! Sebelum kau menyesal seumur hidup"
.
.
Setelah 20 menit Chaeyeon menelepon kakaknya itu, akhirnya Jiyong datang ke RS dan ia terkejut melihat Jieun yang terbaring di kasur rumah sakit.

Chaeyeon menampar kakaknya itu yang masih shock melihat Jieun dari kaca kecil di pintu. Jiyong memasang wajah meminta penjelasan dari adik kecilnya ini.

"Oppa tau sendiri mengapa marga Kita bisa berbeda. Dan oppa sekarang malah melakukan hal yang sama seperti appa? Dasar bajingan tidak tahu malu. Cukup Taeyeong yang membuatku muak dengan sifat casanovanya itu!" Chaeyeon marah. Ia paling benci perselingkuhan. Hal itulah yang membuat keluarga bahagianya terpecah belah.

"Kalau oppa tidak bisa dengan tegas menjauhi wanita itu, biar aku yang membuat dia mengerti tentang ini."

"Ya Chaeyeon-a.. kau salah paham. Oppa tidak ada hubungannya dengan dia. Percayalah.. ia hanya teman oppa."

"Sekarang, oppa lebih percaya dengan Jieun eonni atau eonni itu? Disaat oppa tidak percaya dengan eonni saat itu apa oppa tidak sadar kalau oppa menyalahkan penyakitnya? Membuat luka lamanya terbuka? Bukankah oppa sendiri yang cerita padaku kalau Jieun eonni sembuh karena oppa dan oppa mau terus menjaganya geundae ige mwoya? Hanya karena 1 wanita di kehidupan lama oppa, semua yang oppa impikan itu hancur. Kalau tidak ingin ini hancur, cepat perbaiki ini dan jauhi wanita itu. Apa harus aku yang menunjukkan kepada oppa kalau wanita itu menginginkan kalian berdua putus dan oppa bersama dia? Mau bertaruh denganku?"

Jiyong terdiam, ia tidak tau kesalahan apa yang ia perbuat hingga menjadi seperti ini. Padahal ia tidak ada apa-apa dengan jooyeon dan jooyeon hanya temannya itu saja. Ia kenal Jooyeon, Jooyeon tidak mungkin mengharapkan lebih darinya seperti Dara dan Cl dan yang lainnya.

Jiyong memasuki ruangan Jieun dengan hati-hati. Jieun yang ternyata sudah bangun saat melihat Jiyong ia membalikkan badannya. Jieun tidak ingin melihat Jiyong untuk saat ini, terbayang-bayang saat Jiyong lebih membela wanita itu dibanding dia, pacarnya.

"Jieun-a.."

"Pergilah.. kalau oppa hanya bilang ini kesalapahaman."

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan."

"Oppa.. kau pilih aku atau Jooyeon, yang kau bilang sahabatmu itu?"

"Mwo? Mengapa kau menanyakan hal seperti itu? Jooyeon itu hanya teman baikku Jieun-a.."

"Oppa tidak menjawabnya. Geurae.. kita akhiri saja ini." Jieun membalikkan badannya, ia menatap Jiyong merapatkan giginya erat-erat. Ia menarik nafasnya terlebih dahulu. "Aku mau putus aja.." ucap Jieun dengan berat hati. Ia tidak ingin putus dengan Jiyong, tapi ia tidak tahan bila nanti harus bertemu Jooyeon lagi dan kejadian seperti ini terulang. Hatinya sudah sakit dan ia sudah merasa terkhianati.

"Ya jieun.. kau pasti bercanda kan?"

"Apa aku terlihat sedang bercanda?"

"Ini ga lucu Jieun-a.."

"Aku sudah cukup bersabar dengan semua teman wanitamu itu oppa.. aku sudah bilang sebelumnya. Aku tidak pernah mengeluh tentang teman wanita mu atau mantan mu tapi, aku tidak tahan dengan dia. Tapi oppa mengatakan ini hanya kesalah pahaman?!" Kepala Jieun kembali sakit mengingat itu. Disaat Jooyeon merendahkannya.

"Sudahlah.. lagi pula oppa tidak akan pernah mengerti. Karena oppa hanya memperdulikan diri oppa sendiri."

"Jieun-a dengarkan aku dulu."

"Apa penjaga ada di depan? Kumohon usir dia." Teriak Jieun. Jiyong terdiam. Ia mengeratkan tinjunya.

"Memang apa salahku hingga kau bersikap seperti ini?"

"Oppa masih tidak mengerti? Lalu.. cari tahulah sendiri. Dan setelah oppa tau itu, aku sudah tidak ada disamping oppa lagi." Tegas Jieun. Ia muak dengan sifat keras kepalanya Jiyong yang mau menang sendiri.

Jiyong akhirnya pergi keluar dari ruangan Jieun. Chaeyeon hanya menepuk bahu kakaknya itu lalu menatap kakaknya yang sedang di puncak amarahnya itu.

"Bagaimana kalau oppa coba hubungi Jooyeon dan mengatakan kalau oppa sudah putus dengan Jieun eonni? Betaruhlah padaku, oppa akan mengerti dimana kesalahan oppa. Ah dan, aku tekankan satu hal, aku tidak membela Jieun eonni, aku hanya membela kebenaran" chaeyeon meninggalkan kakaknya itu lalu masuk ke ruangan Jieun lalu menutupnya.
.
.
.
.
"Bagaimana kalau oppa coba hubungi Jooyeon dan mengatakan kalau oppa sudah putus dengan Jieun eonni? Betaruhlah padaku, oppa akan mengerti dimana kesalahan oppa ..."

Kata adiknya itu terus mengiang-iang di kepala Jiyong. Ia pun mengambil handphonenya lalu mengetik nama Jooyeon. Ia melihat kontak Jooyeon, setelah pertimbangan yang panjang akhirnya Jiyong meneleponnya.

"Jooyeon kau sibuk? Temani aku minum dong" ucap Jiyong.
.
.
.
.
Jooyeon dengan melompat-lompat senang. Ia tahu pasti terjadi sesuatu dengan Jiyong dan Jieun dan ia pasti akan dapat kesempatan untuk mendapatkan Jiyong kembali.

Jooyeon sibuk mencari baju yang cantik untuknya. Ia mengeluarkan semua bajunya lalu memilihnya dengan selektif.

"Bagaimana ini.. semuanya terlihat cantik untukku." Bimbang Jooyeon.
.
.
Dengan dandanan glamor yang membuat laki-laki menoleh padanya dan ia menjadi pusat perhatian. Ia sampai di club tempat biasanya ia, Jiyong dan teman-temannya yang lain minum. Namun kali ini ia hanya berduaan dengan Jiyong, itu yang membuatnya lebih semangat.

Jooyeon melihat Jiyong yang sedang kacau balau, tebakannya benar. Jiyong pasti sudah putus Dengan Jieun. Jooyeon tersenyum miring lalu mengibaskan rambutnya.

"It's my time.."

I Love U (GD×IU Fanfic) || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang