25.MERTUA? 🌿

779 61 0
                                    

Kita mulai perjalanan ini

Khafi

🌿

Khafi dan Alma kini memasuki rumah berlantai dua itu.Karena Danisha sakit dan tidak masuk sekolah,Danishalah yang memberi tahu Khafi jika sang Papa sudah landing pukul 9 pagi tadi.

Kini waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang,berhubung Alma tidak ada les mengaji dan jadwal kerja maka pas waktunya untuk bertemu dengan orang tua Khafi.Kalian tahu sendiri lah,bagaimana rasanya bertemu calon mertua?Rasanya tuh seperti akan terjun payung gitu,walau belum pernah juga sih.hehe

Khafi membuka pintu utama,di belakangnya ada Alma yang nongol sedikit dari lengan kirinya.Melihat keadaan rumah,takut juga jika tiba tiba ramai dan kerabat Khafi yang ada di Indonesia di datangkan semua.Tapi setelah celingukan ala anak kecil,ternyata rumah sepi.Seperti biasanya.

Mereka berdua pun masuk,lalu Khafi mempersilahkan Alma untuk duduk di sofa.

"Gue ganti baju dulu,lo tunggu sini". Ucap Khafi beranjak.

"Ah Khaf!". Rajuk Alma sontak berdiri,tangannya hampir meraih lengan Khafi saking groginya.

"Kenapa? Kayak mau ketemu presiden aja lo". Celetuknya sembari menahan senyum,tepatnya sih meledek gadis itu yang kini wajahnya sudah di penuhi keringat dingin.

"Takut". Keluhnya.

"Yaudah,nggak jadi ganti baju.Kita tunggu Papa di sini". Putus cowok itu kemudian,mereka pun duduk bersbelahan,tapi masih memiliki jarak.

Tak lama Papa Khafi turun dari tangga.Wajahnya yang tegas dengan tubuh tegap nan gagah membuat nyali Alma menciut.Seumur umur Alma baru melihat bule yang murni dari luar negri tuh ya kali ini,calon mertuanya!

"Hallo Danes,just got home? Who is this?". Ucap Papa Khafi sembari duduk di hadapan mereka berdua.

"Please just speak Indonesian, I'm afraid she doesn't understand". Pintanya.

Alma melirik Khafi,lalu berbisik "Kok pake bahasa inggris? Bukannya dari Jerman?". Dengan sorot mata kebingungan tapi justru itu lucu bagi Khafi.

"Keluarga gue bisa dua duanya,tapi dominan Inggris".

"Oh Okay,tapi saya tidak bisa begitu lancar dalam berbahasa indonesia,mohon di maklumi". Ucap Papa Khafi khas logat bule yang berbicara Indonesia.

"Oh iya,nggak apa apa Om". Jawab Alma cepat.

"Siapa nama kamu?".

"Alma Om,Alma Aqila Humaira".

"Saya Jordan Drugi". Ucapnya memperkenalkan diri."Lalu bagaimana dengan kamu Danes? Mengapa tiba tiba ingin menikah? Apakah kamu dan dia-,?". Ucapan Papa menggantung,tidak di lanjutkan karena fikirnya terlalu frontal.

"Nggak,kita memang murni ingin menikah Pa.Please,allow us, we just want to complement and support each other". Mohon Khafi,kedua tangannya menempel di depan dada.

"Apakah kamu sudah memikirkan ini baik baik? Menikah bukan perkara kalian bersatu dan hidup bersama saja.Tapi juga menurunkan ego,saling memahami,saling mengerti juga saling setia".

"Maka dari itu,Danes belajar dari kesalahan Papa dan Mama.Danes ingin memperbaiki hidup Danes". Bujuknya pelan,ia tidak ingin emosi kali ini.Ia harus bisa meluluhkan hati Papa.Menikah di usia yang belum genap 19 tahun dan belum lulus sekolah itu bukan suatu hal yang mudah.

"Tidak usah mengungkit masalah itu,Papa sayang Mama sampai kapanpun.Perihal Mama bertindak seperti itu,Mama hanya melakukan apa yang ia suka dan tetap jaga rahasia tentang Danisha". Jawab Papa dengan nada pelan.

ALKHAFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang