2.BROTHER GOALS 🌿

1.9K 93 3
                                    

Apakah kalian pernah merasakan kasih sayang seorang Abang kepada adik perempuannya? Apakah kalian pernah merasakan perhatian lebih dari Abang kalian sendiri? Pasalnya jaman sekarang,seorang Kakak laki laki dan Adik perempuan bagaikan kucing dan tikus yang setiap hari berdebat.

Tapi tidak dengan Khafi dan Danisha.Khafi memberi segala hidupnya untuk Danisha.Khafi tahu Danisha bukan Adik kandungnya,Khafi juga tahu jika Danisha adalah hasil dari perselingkuhan Mamanya dan laki laki lain.Tapi entah kenapa ,Khafi menyayangi Danisha sangat.Khafi tak sanggup jika melihat gadis itu meneteskan air mata.

Awalnya Khafi fikir Danisha adalah adik kandungnya.Tapi ketika ia dan adiknya beranjak dewasa,cekcok antara Mama dan Papanya memanas dan tak sengaja malam itu Papa mengatakan jika Danisha bukan anaknya,membuat Khafi akan bersungguh sungguh menjaga Danisha.

Ya,ini bukan salah gadis itu.Ini salah Mama dan laki laki yang entah siapa namanya yang membuat Danisha ada di dunia.Dan kemarin,saat pertama kali Khafi melihat Danisha mabuk.Dunianya seakan hancur,ia merasa gagal menjaga Danisha seperti janjinya.

Langkah kaki bergema di tangga rumah Khafi.Ia menoleh ke arah tangga,ternyata Danisha yang baru saja bangun tidur.

"Bang! Gue tadi malem di anter siapa?". Tanya gadis itu dengan wajah berantakan serta masih menggunakan baju yang tadi malam.

"Abang yang jemput". Jawabnya singkat.Khafi masih sibuk bergelut dengan penggorengan dan peralatan masak lainnya.

"Masak sih Bang? Bukan Reval yang nganterin gue pulang?".

Gadis itu berjalan mendekat,kemudian duduk di meja makan sembari melihat Khafi memperlihatkan kelihaiannya dalam memasak makanan Indonesia.

"Reval aja nggak perduli sama kamu,dia lebih milih kumpul sama temen temennya.Tadi malem,Abang yang lacak GPS kamu.Abang lihat kamu tergeletak teler di kursi Jar sendirian". Jelas Khafi sembari terus menyelesaikan masakannya.

"Masak sih Bang? Reval itu baik loh,dia nggak ngajakin gue mabuk.Cuma gue aja yang mau".

"Nggak usah nutupin kebusukan Reval.Abang tahu dia siapa".

Damn!

Oke,Danisha mendengus kesal.Menatap Abangnya dengan tatapan malas.Selalu saja begitu,Khafi di mata Danisha seperti seorang Papa.Selalu tegas,penuh peraturan,dan selalu melarang ini itu tapi sama saja peraturan itu hanya berlaku untuk Danisha,untuk Khafi ia bebas melakukan apapun sesukanya.

Satu piring tumis kangkung dan satu piring telur dadar di suguhkan di meja,tepatnya di hadapan Danisha.Danisha tak menatap Abangnya yang tengah antusias mempersiapkan sarapan pagi untuknya hari ini.

"Bang,awas ya kalau Abang larang gue lagi buat deket sama Reval". Ancam Danisha.

"Di Jerman Abang nggak ngebolehin gue keluar rumah,apa apa harus sama temen cewek.Ini pertama kali gue pacaran Bang,masa iya Abang nggak ngijinin lagi?". Keluh Danisha sembari menyendok nasi ke dalam piringnya.

"Bisa? Reval bikin Abang percaya kalau dia bisa jagain kamu?". Kini Khafi ikut duduk di sebrang Danisha,ikut menyendok nasi pula kedalam piringnya.Seperti biasa,mereka hanya sarapan berdua.Sang pembantu hadir kalau hari sekolah saja,jika weekend mereka di liburkan.

"Nanti gue ngomong sama Reval.Tapi jangan suruh putus dulu". Rajuknya.

"Atau Abang tadi malem udah gebukin Reval?". Tanya Danisha penuh selidik.Khafi pun tersenyum,tapi tak menatap Adiknya yang kini menatapnya sinis.

"Ups! Terlanjur". Jawabnya tertawa.

"Ihhh Abang!".

Gadis itu berdiri,berjalan ke arah Khafi dan menggelitiki pinggang Khafi hingga tertawa lepas.Karena percuma saja memukul,mencubit atau yang berbau kekerasan lainnya,itu tak akan mempan karena Abangnya itu laki laki yang kuat dalam serangan apapun.Beda jika sudah di gelitiki,biasanya Khafi akan mengaduh meminta ampun.

ALKHAFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang