32.KUPU-KUPU🌿

1K 69 2
                                    

🌿


"Ma! Jangan cepet cepet jalannya! Jatoh nanti". Ucap Khafi dengan nada agak keras.Alma yang sudah berada jauh di depan pun berhenti,lalu menoleh ke belakang dan menunggu cowok itu menghampirinya.

"Kenapa sih buru buru? Masih pagi ini,upacara juga masih nanti". Lanjut cowok itu setelah mensejajari langkah Alma.Wajah gadis itu menunduk,entah apa yang sedang di alami gadis itu,tapi pagi ini sikapnya begitu aneh.

"Malu Khaf,nanti kalau orang curiga gimana? Saya kan nggak pernah deket cowok,apalagi jalan bareng seperti ini?". Ujar gadis itu jujur.

"Ya bilang aja kita taarufan? Boleh kan kalau cuma taaruf pas sekolah? Boleh lah,tunangan aja boleh". Jawab Khafi santai.

Tanpa aba aba cowok itu menggandeng tangan Alma dan menariknya untuk lebih cepat berjalan. Alma yang shyok dengan aksi Khafi langsung berusaha menghempas tangan cowok itu,tapi apalah daya? Hanya sia sia.

"Lepas Khaf! Kalau ada yang lihat!". Rintih gadis itu panik.

"Biarin".

"Kamu kok jahat sih?".

"Jahat gimana? Nggak dosa,udah mahrom,udah sah".

"Tapi ya nggak di lingkungan sekolah,sama aja kamu bunuh diri tahu nggak!".

Khafi akhirnya melepas tangan Alma,membiarkan gadis itu berjalan lebih dulu menuju kelas.Untung saja aksi gandeng menggandeng tadi tidak sampai depan kelas,kalau tidak bisa ketahuan kalau mereka sudah mahrom? Bagaimana tidak? Kelas Alma dan Khafi sudah penuh,padahal baru pukul enam pagi.

Usut punya usut sekarang adalah jam pelajarannya Bu Alda.Iya,guru yang killer itu,yang pernah ngehukum Alma dan Khafi untuk hormat di tiang bendera beberapa minggu lalu.

"Ma! Contekin gue pliss!! Gue belum!". Sentak Nadia ketika Alma baru saja mendudukkan dirinya di bangku.Alma pun menghela nafas,kemudian mengeluarkan buku tugas tersebut untuk di pinjamkan ke Nadia.

"Gue dulu!". Tukas Khafi menyerobot buku Alma sebelum buku itu di raih oleh Nadia.

"Eh apa apaan! Gue dulu yaa! Gue yang bilang Alma duluan!".

"Lah gue sebelum sampe kelas udah bilang duluan! Mau apa lo?". Khafi menatap Nadia dengan tatapan menantang,membuat gadis yang agak bawel itu berdiri dengan berkacak pinggang.

"Mau ribut lo sama gue?". Tanya Nadia dengan tatapan melotot,Khafi ikut berkacak pinggang mulai melipat lengan bajunya.

"Ayo ribut! Gue jabanin timbang lo doang mah".

Alma berdiri,melerai kedua manusia yang hampir baku hantam itu "Eh stop! Kok jadi berantem sih!". Ujar gadis itu ikut kesal.

"Sekarang to the point aja Ma! Lo mau contekin tugas itu ke gue dulu apa ke cowok mayit ini?". Nadia masih melotot menatap Khafi sengit.

"Mayit lo bilang?". Terang Khafi tak terima.

"Iya! Udah dingin,nggak guna lagi!".

"Udah Nad! Kok jadi hina hinaan sih? Jangan berlebihan gitu deh kalau ngomong". Potong Alma berusaha melerai.

Nadia masih terus mendesak agar Alma memilih siapa yang akan di conteki tugasnya lebih dulu,karena kalau yang duluan akan punya waktu lebih panjang untuk mencontek sebelum bu Alda datang setelah jam upacara.

"Nggak mau kan di cap jadi perempuan durhaka?". Gumam Khafi pelan sembari menatap Alma tajam.Alma menciut di tatap oleh Khafi,lalu menggeleng pelan dan menatap Nadia sekilas dengan tatapan mata 'Maaf' karena ia lebih memilih meminjamkan bukunya ke Khafi duluan.

Cowok itu tersenyum penuh kemenangan,menatap Nadia dengan tatapan mengejek sembari membawa buku Alma kebangkunya.

"Tega lo Ma!". Ucap Nadia kesal,lalu pergi ke bangku depan untuk meminjam buku tugas teman yang duduk di depannya.

"Maaf Nad". Ujar Alma sedih.

*

Setelah bel masuk berbunyi,semua murid berhamburan keluar dari kelas menuju lapangan untuk mengikuti kegiatan rutin hari senin yaitu Upacara bendera.

Nadia masih marah dengan Alma hingga membuat gadis itu pergi lebih dulu keluar kelas tanpa menunggu Alma.Sedangkan gadis itu masih sibuk mencari topi upacaranya.Seingatnya,ia menaruhnya di tas bagian depan dan tidak pernah di pindah pindah.Tapi pas di cari hingga ke laci laci ia tidak menemukan topinya.

Alma menggaruk kepalanya sembari berkacak pinggang,bingung kemana topinya lenyap.Gadis itu kemudian menoleh ke bangku pojok belakang,menatap Khafi yang masih dengan santainya memakan permen karet sembari memakai topinya.

Gadis itu menghampiri Khafi,ingin mengadu bahwa topinya hilang dan alamat dia akan berdiri di barisan anak anak yang tak membawa atribut lengkap.Tapi belum sampai gadis itu mengeluarkan sepatah kata,dengan sigap Khafi melepas topinya dan langsung di pakaikan ke kepala Alma.

"Kamu gimana? Di hukum nanti?". Tanya Gadis itu khawatir,setelah menatap Khafi dengan suka relanya memberikan topinya kepada dirinya.

"Yang penting lo nggak". Jawab cowok itu datar,kemudian membalikkan tubuh Alma menghadap pintu.

"Keluar duluan gih". Ucap Khafi.

"Kamu?".

"Gue mau olahraga habis ini?".

"Ha? Olahraga? Kan upacara?".

"Iya,kalo gak bawa atribut di hukum suruh lari keliling lapangan kan? Yudah,itung itung olahraga biar ngirit biaya ngegym gue".

Gadis itu mendengus lalu bergeleng kepala menatap Khafi. "Belajar baik memang butuh waktu". Gerutunya sembari membenarkan rambut berantakan Khafi yang mulai gondrong.

"Salim dulu? Biar berkah". Cowok itu mengulurkan tangannya.

"Berkah apanya? Upacaranya? Ga jelas ih kamu".

"Iya,amanat yang di sampaikan kepsek biar berkah jadi ilmu".

Alma tersenyum,lalu mencium tangan Khafi untuk yang kedua kalinya.Yang pertama kemarin waktu sehabis akad,dan yang kedua pagi ini.

"Assalamualaikum". Salam gadis itu sembari tersenyum.

"Kok salam? Mau kemana emang?".

"Kan mau pisah? Jadi harus salam,biar berkah". Gadis itu tersenyum semakin lebar.Khafi pun ikut tersenyum,kemudian meraih kepala Alma untuk di peluknya.

"Jangan kayak gue,jadi nggak jelas! Harus tetep waras ya istri?".

"Geli ih,ada kupu kupu di perut saya". Terang gadis itu sembari berusaha menjauhkan tangan Khafi dari kepalanya.

"Kok sama? Gue juga nih?".

"Udah mulai sehati ya?".

"Iya".

🌿

ALKHAFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang