Part 25

1.4K 99 2
                                    

Ara sudah berada di Asrama dengan wajah murungnya. Tak ada senyum diwajahnya, mata yang sembab serta mukanya memerah.

"Kamu kenapa Ra? Kok murung gitu" tanya Anna

"Ehm aku mau cerita sama kalian bertiga" ucap Ara, sembari berjalan kedalam asrama.

"Ada apa Ra?" Tanya Nayya

"Kamu kalo ada masalah cerita Saja sama kita, siapa tau kita bisa bantu cari jalan keluarnya" ucap Aisyah mengelus pundak Ara.

"Tapi ini masalah yang sangat rumit," ucap Ara menunduk kemudian Ara mengambil kopernya dan membereskan barang - barangnya.

"Ra kamu mau kemana?" Ucap Anna

"Ehm mulai besok aku pulang kerumah karena aku dijodohkan sama anak rekan papa ku. Aku ga tau bakal kembali ke ponpes apa ngga" ucap Ara menahan tangisnya

"Ra apa kamu mencintai orang itu?" Ucap Aisyah

"Aku menerima ini juga terpaksa syah. Papa mengancamku dengan memberikan 2 pilihan. Jika aku menolaknya maka ustadz ayyas akan tiada. Tapi, jika aku menerimanya, ustadz ayyas akan baik-baik saja." Ucap ara kini air matanya sudah tak bisa ia bendung. Ketika sahabatnya pun memeluk Ara.

"Ra, kamu gausah nangis ya." Ucap nayya

"Yaudah sekarang kita bantuin kamu buat kemasin barang kamu" ucap Anna

"Yaampun Ra, kamu ngelakuin ini demi bang Ayyas kan. Walau mengorbankan perasaan mu, bang Ayyas pasti sedih sekarang." Batin Aisyah.

"Ehm Ra, nay, na, aku keluar sebentar ya" ucap aisyah diangguki mereka.

-
-

Dikamar Ayyas

"Sesulit inikah jatuh cinta? Mengapa seperti ini kisah cintaku? Aku mencintainya mengapa dia harus dijodohkan dengan orang lain? Apa aku terlalu mencintainya melebihi engkau? Sehingga engkau menjauhi Ara dari hidupku? Seperti kisah cinta nabi yusuf dengan zulaikha? Jika iya, Aku memohon ampun kepadamu karena telah berharap kepada manusia. Walaupun aku tahu hanya kekecewaan yang datang. Ampuni aku karena telah mencintai seseorang melebihi engkau" ucap Ayyas sambil memandangi bintang di balkon kamarnya.

Tok.. tok.. tok..

"Siapa?!" Teriak Ayyas dari balik kamar

"Aku bang. Aisyah" teriak Aisyah

"Masuk aja syah, ga dikunci" ucap Ayyas masih berada dibalkon.

"Bang.. abang pasti lagi mikirin sesuatu ya?" Tanya Aisyah, Aisyah tau jika abangnya sedang banyak pikiran atau masalah pasti ia akan melihat bintang.

"Sepertinya begitu syah" Ucap Bang Ayyas masih melihat bintang.

"Lagi mikirin perjodohan Ara?" Tanya Aisyah

"Tadi sih iya, tapi Abang sadar karena telah mencintai ara melebihi sang pencipta. Allah cemburu sama hambanya dek. Makanya Allah jauhkan dia supaya hambanya tak berpaling. Kamu tau kan dek cerita Nabi Yusuf dengan zulaikha. Abang belajar dari kisah mereka" Ucap Ayyas sambil tersenyum.

"Tapi abang rela kalo Ara menikah dengan orang lain?" Tanya Aisyah penasaran, sambil menatap abangnya.

"Entahlah, semua perasaan ini sudah abang serahkan kepada yang kuasa. Abi bilang kalo memang jodoh ya ga akan kemana. Tapi apapun nanti abang akan ikhlas menerimanya" Ucap Ayyas tanpa sadar meneteskan air matanya.

"Bang yang sabar ya. Yaudah aisyah mau ke asrama bantu ara kemasin barang. Abang jangan lama - lama dibalkon, udara malam ga baik buat kesehatan. Assalamualaikum" ucap Aisyah kemudian meninggalkan ayyas sendirian dibalkon kamar.

"Wa'alaikum salam"

-
-

Keesokan harinya.....

"Berat rasanya melangkah meninggalkan ponpes ini. Banyak kenangan indah yang kumiliki disini bersama sahabatku. Rasanya aku tak ingin meninggalkan ini semua. Mengapa ini harus terjadi, kenapa takdir ku seperti ini." Batin Ara sambil melihat sekeliling pesantren, hingga pandangannya terhenti karena seorang pemuda lewat didepannya.

Pemuda itu ustadz Ayyas mereka hanya tersenyum canggung. Keduanya sama sekali tak bersuara hingga Ayyas memulai pembicaraan.

"Ra, selamat ya. Oh iya jangan ditekuk gitu wajahnya nanti, harus senyum. Yaudah saya duluan. Assalamualaikum" Ucap Ayyas dengan pandangan kedepan.

"Wa'alaikum salam " ucap Ara menatap punggung pemuda itu

"ARAAAA!!!!!!!" Teriak Bi inah dari kejauhan, melambaikan tangan ke Ara.

Mereka berpelukan seperti ibu dan anak yang saling rindu. Mang ujang yang melihatnya hanya tersenyum.

"Neng Ara, barang nya sudah lengkap?tidak.ada yang tertinggal" tanya mang ujang sambil memasukkan barang kedalam bagasi.

"Tidak kok mang" ucap Ara.

"Bi kenapa sih papa masih aja menjodohkan Ara dengan anak rekannya. Kan Ara sudah menolaknya tapi papa tetep saja melakukannya. Sampai mengancam Ara dengan memberikan 2 pilihan. Yang membuat Ara terpaksa menerima perjodohan ini " Ucap Ara dengan pandangan kearah jalanan.

"Tuan memberikan pilihan apa Ra kalo bibi boleh tau" tanya bibi penasaran

"Jadi Bibi dan Mang ujang belum tau " mereka berdua mengangguk. Kemudian Ara menceritakan kejadian itu secara detail. Membuat mereka terkejut dengan apa yang dilakukan Pak Sean terhadap Ayyas dan Ara. Walau tidak ada korban dalam kejadian itu. Namun caranya yang salah.

"Yasudah Ara kamu yang sabar ya.. ikuti kemauan Tuan untuk saat ini. Sebenarnya bibi ga setuju dengan perjodohan ini. Bibi setuju nya kamu nikah sama Ayyas" Ucap Bi inah sambil tersenyum

"Kalo jodohnya Den Ayyas mah mang ujang juga setuju" Ucap mang ujang mengacungkan jempol

"Aku juga mau nya gitu" Batin ara.

-
-

Sesampainya dirumah

"Assalamualaikum" ucap Ara diikuti bibi dibelakangnya. Namun, pandangan nya langsung tertuju pada mama nya yang sibuk membaca majalah. Mendengar ada yang suara, mama Zevy pun menoleh kesumber suara itu. Ternyata seseorang yang ia sangat rindukan, Ara.

"Ehh sayang, mama kangen banget sama kamu" Ucap Mama zevy sambil memeluk erat anaknya. Tapi, pelukan itu tidak dibalas dengan Ara. Ara hanya diam mematung saat dipeluk mamanya.

"Aku juga ma" tanpa sadar air mata nya terjatuh. Ara memang membenci kedua orangtuanya. Namun, Rasa sayang nya lebih besar dari pada kebenciannya.

"Loh kenapa nangis sayang" Tanya mama sambil mengelap air mata Ara.

"Ma Ara mohon jangan jodohkan Ara, Ara gamau dijodohin Ma. Ara hanya mencintain Ustadz Ayyas ma" Ucap Ara masih menahan tangisnya.

"Sayang dengar ucapan mama, kami melakukan ini semua demi kebahagiaan kamu. Steven itu lebih kaya dibanding Ustadz Ayyas. Hidup mu lebih terjamin bila menikah dengan Steven Ra" Ucap mama meyakinkan putri nya.

"Kebahagiaan bukan diukur dari segi materi ma. Untuk apa materi berlimpah tapi hati tidak saling mencintai. Untuk apa materi berlimpah tapi tidak bahagia. Aku lebih baik hidup susah tapi bahagia daripada hidup senang tapi sengsara" ucap Ara, kemudian berlari menuju kamarnya dan meninggalkan mamanya sendirian.

"Kamu tidak mengerti tentang kehidupan Ara!" Ucap mama sedikit teriak.

-
-

Ara membanting pintu kamar nya dan menguncinya. Kamar nya tak berubah sedikit pun, masih sama seperti dulu. Tempat paling nyaman dirumah ini menurut Ara. Ara menggendong boneka teddybear kesayangan nya yang dia berinama "jenu".

"Jenu, Ara kangen sama jenu" boneka itu Ara peluk sangat erat.

"Jenu, ara mau cerita. Kenapa sih papa sama mama egois. Ara gamau dijodohkan tapi kenapa mereka tetap saja menjodohkan Ara. Mereka lebih sayang terhadap bisnisnya dibanding anaknya. Mereka bilang, ini demi kebahagiaan kamu Ara. Tapi kenyataannya aku tidak bahagia. Jenu, ara harus gimana. Ara gamau dijodohkan" ucap Ara kemudian menangis sambil memeluk jenu bonekanya.

-
-

Haiiiiiiiiii
Votenya jangan lupa yaaa..
See u

Restui Aku Menikah Dengan Ustadz [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang