12-Who is He?

7 2 0
                                    

Part 12 'Till update
Read, vote and comment ya!

***
Bian mengintip dari celah jendela. Melihat ke rumah seberang yang sedari tadi kosong. Ya, sejak berpuluh menit lalu ia setia berada disana-duduk di atas sofa gradien kelabu yang diletakkan dekat jendela, menanti sang pemilik rumah yang tidak kunjung kembali. Bagaimana Bian bisa berpikir begitu? Ya... karena tidak ada mobil yang terparkir di halaman itu, juga terlihat adanya gembok yang semakin menguatkan pagar untuk terkunci. Bukankah jika ada orang di dalamnya dengan kondisi pagar seperti itu akan menyulitkan untuk keluar-masuk rumah ya? Tapi, bisa juga terjadi jika penghuninya sedang dalam keadaan tidak sehat, namun penghuni lain harus keluar sementara waktu, maka dari itu digembok supaya lebih aman. Ah, entahlah, pikiran itu malah membuat Bian cemas. Ia malah mengkhawatirkan seseorang di dalam sana yang tidak juga keluar rumah, apa mungkin dia sakit?

Untung tidak dapat ditolak. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya yang dinantikan tiba. Sebuah mobil berhenti tepat di depan pagar. Lantas Bian bersiap merapikan diri, membawa sekantong plastik berisi wadah persegi, dan memasukkan ponsel ke dalam saku. Setelah itu ia menarik kenop pintu untuk keluar dari tempat persembunyian.

Bian berjalan dengan langkah riang. Senyumnya terkembang menampilkan deretan gigi rapi dan putih. Dengan penuh kemantapan ia menyapa seorang wanita yang sedang membuka gembok dari luar. Dalam hati Bian meyakinkan diri jika ia tidak salah kenal dengan wanita itu, dia pasti...

Senyum Bian memudar, bersamaan dengan berputarnya tubuh wanita itu hingga matanya bisa melihat jelas rupanya. Bibirnya terkatup. Plastik yang ada digenggaman hampir saja terjatuh jika kesadaran tak cepat kembali.

Seperti halnya Bian, wanita itu juga nampak terkejut, apalagi melihat seorang lelaki muda tiba-tiba berdiri di belakangnya. Dahinya berkerut, keningnya mengerucut, sementara matanya menyipit-menyelidik. "Siapa kamu?"

Mata Bian mengerjap, lalu memandangi wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ingatannya dipaksa kembali melewati waktu guna mengenali jikalau didepannya adalah sosok wanita yang pernah dikenalnya dulu. Sosok anggun, ramah, dan selalu mengenakan rok panjang ketika keluar rumah menemani anak gadisnya. Kalau dilihat sekarang perbedaannya cukup signifikan, wajahnya sih mirip, tetapi penampilannya, gaya pakaian, dan dandanannya sangat jauh berbeda.

Wanita itu merasa was-was akan sikap pemuda di depannya, ditambah lagi dengan cara pandangnya yang terlihat tak biasa. Apa jangan-jangan dia? Sang wanita pun mengambil kuda-kuda, dengan tangan terkepal ia siap menjatuhkan lawan yang berniat tidak baik kepadanya. "KAMU SIAPA?" Tanya si wanita membentak. Dalam pikiran si wanita menduga jika pemuda itu akan membegalnya, walaupun ia tidak yakin penuh pada dugaan itu ketika melihat perawakan sang pemuda yang rapi dan terlihat cukup tampan. Namun, bukanlah penjahat di zaman sekarang memang berpakaian rapi dan meyakinkan untuk mengelabui korbannya? Korban, bukan ditujukan untuk Nayara Hadita, pemegang sabuk hitam karate belasan tahun lalu.

Sontak, Bian mundur perlahan mendapati wanita berumur lebih tua darinya itu mulai beraksi, memasang kuda-kuda sebagai pertahanan diri. "Tante... Saya bukan orang jahat." Beritahu Bian ketika wanita yang disebutnya Tante itu akan melayangkan tendangan kepadanya.

"Tante??? Beraninya pemuda itu bilang Tante pada..." Tunggu, bukankah umurnya sekarang memang cocok untuk dipanggil Tante oleh lelaki seumuran begitu ya? Wanita itu lantas meredam tendangannya, lalu meminta penjelasan kepada si pemuda. "Kamu siapa? Cari siapa kemari?"

"Sa... Saya Bian, Tante. Ini rumah Laura, kan? Anda Tante Mira?" Terang Bian terbata dengan ekspresi ketakutan, takut terkena tendangan, takut dikira macam-macam.

"Laura? Tante Mira?" Si wanita mengulangi ucapan Bian yang ditanggapi dengan anggukan berulang.

"Saya teman kampusnya Laura, Tante." Bian perlahan mendekati si wanita dan menyalami tangannya, tanda hormat kepada orang yang lebih tua.

'TILLWhere stories live. Discover now