7-Antara Bian dan Laura

4 1 0
                                    

'TILL PART 7 UPDATEEE!!!

CHECK THIS OUT
***
~

'Maaf mudah terucap, namun benarkah dari ketulusan hati atau sekedar ambisi'~

---

"Laura..."

Seseorang melambaikan tangan ke arah Laura yang baru melewati pintu kelas. Suaranya yang agak keras berhasil menarik perhatian beberapa mahasiswa di sekitar Laura. Sementara sang empunya nama dengan wajah panik dan kebingungan tidak mempedulikan. Pusat perhatian yang ditujukan untuk suara orang itu hanya sekilas, sebab setelahnya para mahasiswa kocar-kacir mencari tempat duduk sedekat mungkin. Sang dosen ternyata sudah berada di belakang mereka, menunggu untuk masuk ke dalam kelas yang masih jejal tak beraturan.

"Laura... Sini!" Perintah suara itu lagi seraya menunjuk pada satu bangku kosong berisi ranselnya. Kali itu, organ pendengar Laura berhasil menangkap panggilan yang ditujukan padanya. Walaupun sejujurnya Laura tidak terlalu memperhatikan siapa yang memanggilnya, jadi ia langsung menuju kesana dan mengambil alih tempat duduk.

"Terimakasih." Ucap Laura tanpa memandang orang disebelahnya.

"Sama-sama, La." Jawab orang itu agak kecewa, kehadirannya tidak disadari sepertinya.

Laura terlihat mengatur napas senormal mungkin, mengurangi rasa kegugupan yang melanda. Hampir saja ia telat masuk kuliah kalau saja tidak berinisiatif berlari dari jalan raya yang cukup jauh setelah motor ojol yang dipesannya mogok ditengah jalan. Iya, waktu tersisa cukup mepet tatkala Laura bangun kesiangan dan Tante Nay tidak membangunkannya. Jadilah Laura hampir terlambat masuk kuliah padahal belum genap 1 bulan menjadi mahasiswi.

Suara mikrofon memperkeras suara sang dosen yang telah berdiri tegak didepan kelas dengan presentasi yang siap disajikan. Menyadari hal itu, Laura pun segera mengambil alat tulis dan buku kedokteran yang telah dibawa dari rumah, untung saja tidak ketinggalan. Fiuuhhh...

Kuliah berlangsung selama dua jam tiga puluh menit. Selama itu Laura terus mencatat berbagai penjelasan yang disampaikan oleh sang dosen. Tatapannya terus terfokus pada layar, tanpa sedikitpun melirik ke arah samping, dimana seseorang yang memberikannya ruang untuk duduk itu menunggu disapa.

"La, boleh liat catatan sebelumnya?" Akhirnya orang itu membuka suara.

"Nanti... Gue selesaikan dulu sebentar." Pinta Laura, tanpa melihat lawan bicara.

Orang itu pun hanya bisa mendengus napas pelan. Kembali memperhatikan penjelasan dosen yang sudah kembali ke dalam ruangan setelah mengangkat telepon.

30 menit berlalu, sang dosen pun mengakhiri kuliahnya. Para mahasiswa langsung menghambur keluar ruangan, menyempatkan waktu untuk sekedar merenggangkan badan atau membeli jajanan.

Sementara Laura yang masih sibuk membenahi catatan seakan tidak peduli dengan dunia sekitar. Ia tak sedikitpun beranjak dari kursi, bergeser pun tidak.

Orang yang disebelahnya pun tanpa Laura sadari sudah tidak ada disampingnya. Orang itu memilih untuk keluar dari kelas beberapa menit, karena setelah itu ia kembali lagi dengan dua botol minuman dingin dan dua roti coklat berukuran besar. Orang itu kemudian meletakkan sebotol minuman dan roti coklat diatas meja Laura setelah melihat gadis itu menutup buku catatannya.

Laura melirik sekilas atas apa yang diberikan oleh orang itu. Hanya sekilas sebab disaat bersamaan ia mengangsurkan buku catatannya pada orang itu, "Lo mau minjam, kan? Sorry gue baru selesai."

'TILLWhere stories live. Discover now