16-Kenapa Bisa?

5 1 3
                                    

Long time no see🥺🥺🥺

Finally, after a few months ago, 'Till update, yeayyy🎉🎉🎉

🎶With HIVI! (Curi-curi)🎶

Happy reading and enjoy📖


***
Kedua matanya membelalak saat membaca satu tulisan pada kertas pertama dalam agenda.

"Agenda milik LAYRENE PRASASTA"

Lelaki itu menepuk jidat, lantas berkata, "Kenapa bisa???"

Ia mencoba mengingat kembali tentang kejadian tadi sore. Tentang buku yang berserakan di meja miliknya dan milik gadis itu. Juga disaat tumpukan buku yang dibawa oleh si gadis terjatuh ke lantai, karena bertubrukan dengan tubuhnya yang hendak berbalik arah.

Ia hanya bisa menggelengkan kepala seraya berpikir betapa cerobohnya sampai mengambil barang milik orang lain, walaupun tanpa disengaja. Jangan sampai gadis itu mengira dia mencuri.

Lelaki itu nampak memutar otak. Tidak lama kemudian, ia pun mengambil ponsel berniat menghubungi si gadis. Namun, saat menggulir layar mencari kontak, baru disadari olehnya jika nomor gadis itu tidak pernah tersimpan.

"Masuk akal kenapa tidak ada nomornya. Ya, karena tidak pernah berteman," Lelaki itu bergumam sendiri, sesekali juga tertawa menyadari kebodohannya.

"Terus kenapa harus dipusingkan sekarang, besok juga ketemu, bukan?"

Benar juga apa yang dipikirkannya, untuk apa pusing memikirkan agenda itu, toh besok akan bertemu juga di sekolah, bahkan di satu ruang kelas yang sama. Jadi, dia pun memasukkan agenda itu kembali ke dalam tas, juga beberapa barang lain yang akan digunakan di sekolah. Setelah itu dia pun berbaring tidur.
--

Di lain tempat...

Irene membongkar seluruh tas dan lemarinya hingga berhamburan ke lantai. Raut wajahnya tampak gusar dan sedih yang membaur jadi satu. Bagaimana tidak sedih jika barang kesayangan dan paling penting di hidupnya hilang tidak berjejak serta tanpa pamit padanya.

Jangan bayangkan bagaimana berantakannya kamar Irene, mungkin sudah seperti kapal di tengah lautan luas yang terombang-ambing setelah dihempas ombak besar. Semua barang berserakan keluar dari tempat penyimpanan.

Air matanya sudah tidak tertahankan. Menangis tanpa bersuara menjadi pilihan, sebab tak ingin orang diluar kamarnya tahu akan kesedihan yang dirasakan. Dan begitulah Irene, dia nampak sudah sangat frustasi dengan keberadaan agenda itu. Bahkan, Irene sampai harus melewatkan jam makan malam yang ditawarkan oleh sang ibu, padahal perutnya sudah keroncongan sedari jam 7 malam. Saking kelelahan dan kelaparan, Irene tanpa sadar terlelap dalam posisi duduk di lantai, meniadakan barang-barang yang berhamburan.

Pukul 10 malam, angin malam berembus kencang dari ventilasi jendela seolah mengantarkannya untuk tidur lebih lelap, mengistirahatkan diri dari beban pikiran yang diemban.
--

Keesokan harinya Bian baru sadar jika selama 4 hari ke depan dia tidak akan bertemu dalam satu ruangan dengan teman sekelasnya, karena sekolah mereka menetapkan sistem pengacakan absen menjadi 20 siswa per kelas. Jadinya selama itu pula agenda milik gadis itu tersimpan di dalam ransel tanpa diketahui pemiliknya. Dia hanya berharap jika cap pencuri tidak akan tersemat kepadanya setelah agenda itu dikembalikan.

Sementara itu, Irene berusaha melupakan agendanya yang hilang dengan berfokus pada ujian di depan mata. Walaupun tidak bisa dipungkiri kekhawatiran itu masih ada, tapi dia berusaha mengingatkan dirinya sendiri bahwa apapun yang terjadi di sekitarnya, baik itu kehilangan ataupun kecemasan tidak akan lebih penting dibandingkan nilai ujian. Hidup mati Irene sekarang adalah nilai ujian. Jangan sampai usaha belajarnya selama beberapa minggu terakhir berakhir kecewa.

'TILLWhere stories live. Discover now