Nara pulang sendiri ke rumah ibu mertuanya, dia tidak jadi menunggu sang suami selesai rapat, karena mungkin pria itu akan mengantarkan kekasihnya pulang.
Atau bahkan mereka akan jalan-jalan, tidak apa, Nara selalu meyakinkan bahwa hatinya baik-baik saja.
"Kok Sendirian, suami kamu mana?" tanya Nena, sang mami mertua yang saat ini tengah membuat jus di dapur, Nara yang berniat mengambil minum jadi merasa tidak enak saat wanita itu memberikan satu gelas jus buah pada dirinya.
"Bang Jino masih ada rapat, Mi. Katanya pulang sore, Nara kan masih baru, belum belajar, jadi pulang duluan aja." Nara menjawab setelah menerima gelas dari sang mami.
Nena mengangguk. "Nara?" panggil wanita itu.
"Iya, Mi?"
Nena mengusap rambut kepala Nara. "Jika kamu ada perlu apa-apa, atau ingin bercerita, kamu bisa datang ke mami. Mami tidak akan membela Jino kalo memang dia salah, kalo dia nyakitin kamu, aduin aja ke mami yah," ucapnya.
Mendengar itu Nara tentu terharu, ibunya di rumah tidak pernah selembut itu, dia pun mengangguk."Bang Jino baik kok sama Nara," ucapnya.
Sesaat setelah kepergian sang mami, Nara memutuskan untuk ke kamarnya, berganti baju dan memeriksa kembali tugas untuk kuliah besok. Perempuan itu menoleh saat suara pintu terbuka menampakkan sosok Jino yang melangkah masuk begitu saja. Pria itu mengomel.
"Kamu tuh aku cariin kemana-mana taunya udah pulang." Jino yang terlihat lelah melemparkan jaket dan tas gendong ke atas kasur.
Nara mengerjap gugup saat suaminya mendekat. "Aku pikir setelah rapat itu, kamu mau nganterin pacar kamu pulang," ucapnya.
Jino berdecak. "Kamu kan tadi bilangnya mau nungguin aku, capek banget tau nggak nyariin kamu," omelnya.
"Ya maaf. Aku kan nggak tau kamu nyariin aku, makanya Bang punya istri tuh tanyain nomor hapenya berapa." Nara balik mengomel, bahkan untuk pendekatan saja nomor ponsel dibutuhkan. Dia yang sudah jadi istri sah malah belum tau nomor ponsel suaminya berapa.
Jino sepertinya baru sadar akan hal itu."Yaudah, mana sini nomor hape kamu," pintanya.
Nara mengambil ponselnya dari dalam tas, memasukkan kata sandi dan memberikan pada sang suami. Begitu pun dengan Jino, pria itu melakukan hal yang sama, keduanya menuliskan nomor ponsel masing-masing.
"Kamu aja yang namain," ucap Jino yang meman membiarkan nama kontaknya masih kosong.
Nara menerima ponselnya dan membubuhkan nama pria itu di kontaknya. Dan saat menekan simbol kembali, foto pengantin mereka yang tengah tersenyum membuat dia menyesal telah memasangnya sebagai walpeper. Karena pada ponsel sang suami dia bahkan melihat foto pria itu saling menempelkan pipi dengan kekasihnya.
Nara kembali memeriksa hatinya dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak apa-apa, meskipun melihat suaminya itu berciuman secara langsung di depan matanya dia yakin tidak akan apa-apa. Iya, dia yakin dirinya tidak akan marah.
'Kang Cilor' adalah nama kontak pria itu yang ia pakai di ponselnya, entah sadar atau tidak, melihat foto kemesraan sang suami dengan wanita idaman lain dan dijadikan walpeper, sudah membuat relung hatinya begitu terluka, namun Nara tidak mau mengakuinya.
Jino mendongak saat ponselnya menyala-nyala.
"Ngetes aja, takutnya kamu ngasih nomor yang salah buat aku," ucap Nara, menaruh ponselnya di atas meja dan meninggalkan suaminya begitu saja.
.
Jino kembali melihat ponselnya, satu panggilan tidak terjawab dari 'istriku' tertulis di layar.
Dia menyesal belum mengganti foto walpeper yang lama, perempuan itu pasti melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Marriage (Tamat Di KbmApp)
RomanceJino Sadewa dan Naraya Putri terpaksa harus menggantikan posisi saudara kandung mereka yang kabur dari pernikahan, demi menjaga nama baik keluarga, apakah pernikahan mereka yang dilandasi dengan keterpaksaan akan berlangsung lama. Dan bagaimana kesu...