Semua buku yang berada di dalam tas berjatuhan di atas trotoar. Beberapa lembar kertas, catatan penting, melayang-layang di udara lalu berakhir jatuh ke bawah. Padahal pemuda itu sudah susah payah menyembunyikan nilai ulangan agar tidak diketahui oleh orang lain.
"Bisakah kau berjalan menggunakan matamu?"
Tidak ada jawaban dari orang yang menabrak mereka, pun tidak ada niatan untuk membantu selain hanya menonton mereka yang berusaha mengutip semua buku dan lembaran kertas di atas trotoar.
"Berbicaralah dengan sopan," Naruto berbisik lirih sembari mengutip semua bukunya, pemuda itu juga menyempatkan menyenggol lengan temannya yang terlihat lebih kesal darinya. Ia melirik hati-hati ke depan, tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang di depan mereka. "Kita tidak tahu siapa dia, lebih baik kita hati-hati dalam berbicara."
Sasuke memutar bola matanya. Ia tidak suka saat mendengar nasihat. Laki-laki atau perempuan, dia tidak peduli. Namun tidak ada kata maaf yang bisa dikatakan orang yang baru saja menabrak mereka. Dan itu jauh lebih menyebalkan.
Mereka berdua hanya berjalan santai di pinggir trotoar dekat taman. Naruto tiba-tiba merasa ada barang yang tertinggal di dalam kelas, pemuda itu lalu memeriksa isi tasnya, namun tidak berapa lama kemudian seseorang menabrak punggungnya dan membuat semua isi di dalam tas itu berserakan. Bahkan Sasuke hampir ikut terjatuh.
"Maafkan aku," kedua pemuda di sana saling bertukas pandang. Mengamati orang yang kini ikut membantu mengutip buku yang masih berserakan. Lalu memberikan kepada Naruto, "Aku sedang terburu-buru dan tidak melihat jalan dengan baik."
Naruto tersentak, "Kau pe ̶ ̶ maksudku terimakasih." sungguh di luar dugaan bahwa orang di depannya saat ini merupakan seorang perempuan.
Dari penampilannya yang menggunakan hoodie, celana panjang hitam serta sneakers. Tidak ada yang menunjukkan kesan feminim dari orang itu. Meskipun tidak bisa melihat dengan jelas wajah di depan, karena tertutup tudung hoodie. Namun dari suaranya yang lembut menandakan bahwa orang di depannya adalah perempuan.
Suara lari dan teriakan laki-laki dari arah belakang, membuat dua orang pemuda di sana menolehkan pandangan mereka. Beberapa orang berpakaian serba hitam berlari ke arah mereka, bahkan refleks menghindar, ketika di antara orang-orang itu membawa senjata tajam. Namun sasaran orang-orang itu bukanlah dua pemuda di sana, melainkan gadis hoodie yang sudah berlari lebih dulu.
"Apa dia Atletik?" mengingat betapa cepat gadis hoodie itu berlari untuk menghindari orang-orang menyeramkan itu.
"Apa kita tidak menolongnya?" sebenarnya, begitu banyak pertanyaan saat ini. Apa yang terjadi dan mengapa orang-orang bertato serta menyeramkan itu mengejar seorang gadis.
Naruto bahkan spontan untuk berlari namun Sasuke buru-buru menahan pergelangan tangannya. "Jangan bertindak bodoh! Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan," Sasuke melirik sekilas ke arah orang-orang tersebut. "Kau berpikir kalau dia harus dilindungi dari orang jahat itu, tapi kita tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bisa-bisa kita berurusan dengan orang yang salah, jangan terkecoh dari penampilan mereka."
Benar. Bisa saja gadis hoodie itu aslinya merupakan seorang laki-laki, yang kebetulan menyukai hal feminim dan pandai mengatur suaranya.
"Tapi, dia memiliki tubuh yang mungil untuk dikatakan sebagai laki-laki." Naruto samar-samar mengingat orang itu, bahkan tingginya saja tidak sampai melewati mereka berdua.
"Lalu, bagaimana dengan Haku?" sanggah Sasuke, tidak semua laki-laki memiliki bentuk tubuh atletis seperti kebanyakan. Seperti teman kelas mereka Haku, laki-laki yang secara fisik terlihat seperti perempuan, memiliki rambut panjang yang indah, wajah kecil dan tubuh mungil, serta seragam sekolah khusus perempuan yang membuatnya seperti gadis Loli. Namun nyatanya di balik wajah manis itu, terdapat batang yang disembunyikan.
Naruto mendadak merinding, mengingat bagaimana ia yang hampir menyatakan perasaannya pada lelaki cantik itu.
"Berhenti!" dia membungkam mulut Sasuke, karena tidak ingin mendengarkan penjelasan lebih.
"Aku sudah percaya," Naruto tidak ingin berdebat dengan sahabatnya itu, bagaimanapun ini bisa menjadi sangat panjang nantinya. "Bantu aku kembali menyusun buku ini." dia kembali berjongkok, mengutip beberapa buku pelajaran yang masih berserakan.
"Terjadi sesuatu?" merasa ada yang tidak beres dengan sikap sahabatnya itu, Sasuke mengikuti pandangan Naruto. "Berhenti membatu seperti orang bodoh!"
"Buku sejarahku hilang," Sasuke tersentak, ia pun kemudian mengamati sekeliling mereka. Ia yakin kalau buku-buku itu tidak ada yang terlempar jauh. "Aku bahkan melihat buku itu lebih dulu, ketika aku membuka tas," Naruto bergeming, mengingat kejadian sebelumnya. Aku tidak berpikir kalau dia mencuri buku itu, tidak ada yang penting di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Eyes
FanfictionSedari kecil, Hinata Hyuuga sudah terbiasa melihat darah dan pembunuhan di depan matanya. Hidup sebagai anak dari Ketua Yakuza, tentu tidak asing lagi dengan hal tersebut, dan tidak jarang pula ikut terlibat di dalamnya. Selama 16 tahun, tidak ada b...