Tidak boleh sekali pun mengeluh tentang hari-harinya di sekolah. Jika ayahnya tahu bagaimana rasa tidak nyaman belakangan ini hadir di lingkungan barunya. Mungkin pria itu akan segera mengeluarkan dirinya dari sekolah. Hinata tidak akan bisa menerima kenyataan itu, selama bertahun-tahun dia menunggu untuk merasakan sekolah. Tidak mungkin dengan mudahnya melepaskan kesempatan yang diberikan untuknya.
Anko melirik dari spion mobil depan. Ini tidak seperti biasanya, mengingat bagaimana Hinata tidak pernah menunjukkan suasana hatinya secara langsung.
"Terjadi sesuatu? Kau bisa menceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantu." kembali melirik, namun tidak ada respons yang didapatkan di sana. Ia tetap harus fokus karena sedang mengemudikan mobil.
Anko sangat tahu bagaimana Hinata selalu menyembunyikan semuanya, tidak ingin seorang pun tahu tentang masalah apa yang dihadapi. Gadis itu memilih memendam semuanya sendirian, dan tidak ingin merepotkan orang sekitar. Bahkan saat mendapatkan tugas, dia tidak pernah mendengar ada keluhan langsung dari Hinata.
"Boleh aku menebak apa yang terjadi?" wanita itu membuka suara kembali, tidak mendapatkan respons, namun ia yakin bahwa gadis itu mendengarkannya.
"Apa kau menjadi korban penindasan? Maksudku bullying," mendapati Hinata yang tersentak, ia tersenyum puas karena tebakannya benar. "Itu hal yang sering terjadi, kau tidak perlu menahannya. Kau bisa melampiaskan semuanya," Anko tidak ingin berniat kembali melirik bagaimana ekspresi wajah gadis itu sekarang, ia sudah menduga bahwa Hinata akan menunjukkan perasan kesalnya di balik wajah yang tenang itu. "Jika kau tidak bersalah jangan takut. Kau boleh melawan mereka, setiap orang berhak mendapatkan keadilan. Tidak peduli cara tersebut benar atau salah, selama itu keadilan, kau boleh melawan. Aku selalu mengajarkan hal itu padamu."
Hinata adalah anak didiknya, tentu gadis itu tidak akan pernah lupa tentang kalimat yang selalu Anko katakan. Mengetahui bagaimana anak didiknya itu terkadang merasa muak, karena selalu mendengarkan kalimat yang sama.
"Aku tidak ingin kelepasan," pandangan matanya melihat setiap jalanan yang dilalui. "Aku takut kalau Oyabun akan mengeluarkanku dari sekolah." dia juga tidak ingin ada orang yang mengetahui identitas aslinya. Jika pun nantinya gadis itu keluar dari sekolah, tidak ingin ada orang lain mengetahui siapa sebenarnya sosok Hinata Hyuuga.
Anko tidak bisa bergeming. "Apa kau ingat wajah mereka?" Hinata tersentak. "Kau tahu dengan baik, apa yang sedang sekarang aku pikirkan."
◊◊◊◊
Hinata memandangi bekal yang dibuat oleh para pelayan di rumah.. Tidak menyangka kalau para pelayan berotot, dan penuh dengan tato itu bisa membuat bekal lucu seperti ini, "Dibalik wajah mengerikan itu, terdapat hati yang lembut." dia bahkan tertawa kecil, ketika membayangkan mereka memakai kostum khusus para maid perempuan.
"Bekalmu lucu." Hinata tersentak, ketika salah satu perempuan berdiri di depannya. Dia mengedar pandangan, masih banyak kursi kosong namun orang itu memilih duduk di sampingnya, lalu membuka bekal yang tidak kalah imut dengan bekal miliknya.
"Lihat, punyaku juga lucu 'kan? Ini aku yang buat sendiri," perempuan itu tertawa, meletakkan bola-bola nasi ke dalam bekalnya. Lalu mengambil telur gulung dari bekal Hinata tanpa seizin darinya, "Kita berbagi makanan, coba kau cicipi bola-bola nasi buatanku." tanpa pikir panjang perempuan itu langsung menyuapi Hinata dengan sumpitnya sendiri.
"Bagaimana? Masakanku enak 'kan?" Hinata mengangguk setuju, rasanya benar-benar cocok di lidahnya. Potongan ayam yang dicincang di dalamnya benar-benar terasa. Seorang perempuan datang ke padanya, bertingkah laku seolah-olah mereka benar-benar sangat dekat.
Dia mengamati bekalnya bergantian, menatap perempuan di sampingnya. Begitu banyak orang yang tidak ingin bertegur sapa atau sekadar berbicara saja, namun hari ini ada seorang perempuan yang tidak dikenal olehnya bertingkah laku seolah mereka akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Eyes
FanfictionSedari kecil, Hinata Hyuuga sudah terbiasa melihat darah dan pembunuhan di depan matanya. Hidup sebagai anak dari Ketua Yakuza, tentu tidak asing lagi dengan hal tersebut, dan tidak jarang pula ikut terlibat di dalamnya. Selama 16 tahun, tidak ada b...