"Aku agak kecewa." Inuzuka membuka suara, menatap dengan teduh ke arah bunga yang terlihat lebih segar karena baru disiram.
"Karena tidak ada orang yang menemani masa hukumanmu, begitu?" pemuda itu tertawa ketika mendengar pernyataan Hinata. "Sekarang aku mengerti kenapa dihukum bersama dengan teman lebih menyenangkan," Hinata tersenyum tipis di sana.
"Apa kau mau berteman denganku?" mungkin ini terdengar aneh, karena terlalu formal. Tetapi Inuzuka sepertinya tidak tahu harus bersikap seperti apa pada gadis itu.
"Mungkin kau menyebalkan karena selalu memasang wajah datar dan terkesan dingin. Tapi kau tidak berisik, tidak seperti anak perempuan di kelas kita."
Hinata mengedipkan matanya berkali-kali, memandang Inuzuka yang tersenyum padanya. "Kau juga menyebalkan," pemuda itu tersentak. "Suka berbicara frontal, tapi kau orang yang berani berkata jujur." dia kemudian mengambil beberapa sapu, gembor, dan alat pembersih lainnya.
Pemuda itu juga melakukan hal yang sama ̶ ̶ mengambil sisa perlengkapan lainnya untuk segera dikembalikan. "Jadi, kita berteman mulai sekarang?" dia melirik gadis itu hati-hati, terlihat sekali bahwa pemuda itu membutuhkan kepastian.
"Ya, sepertinya begitu. Setidaknya kau tidak berharap padaku untuk selalu menemani dirimu di masa hukuman yang sedang kau jalani." Hinata bisa mendengar pemuda itu berdecak lidah karena kesal, ia tersenyum simpul sembari melirik ke arah lengan Inuzuka yang cukup menarik perhatiannya. Saat itu juga, ia mendadak berhenti di tengah jalan.
Inuzuka yang merasa bingung pun ikut menghentikan langkahnya. "Terjadi sesuatu?" pemuda itu mengambil langkah untuk berbalik arah.
"Tiba-tiba kepalaku pusing," alih-alih bisa membuat pemuda itu percaya, "Aku ingin cepat pulang dan segera istirahat, kau bisa menggantikanku untuk mengembalikan peralatan ini?"
"Baiklah, lagi pula kau harus kembali ke kelas untuk mengambil tasmu." pemuda itu mengambil peralatan kebersihan dari tangan gadis itu. Ia mengamati punggung yang mulai menjauh pun bahkan sampai memicingkan matanya.
Aneh.
◊◊◊◊
Setelah mengambil tas sekolah yang berada di kelas, Hinata buru-buru untuk segera pulang dan berharap tidak bertemu dengan pemuda itu. Pikirannya begitu dipenuh tentang Inuzuka.
"Hei, Hyuuga!" gadis itu tersentak, sepertinya ia berdoa terlalu cepat. Keberuntungan tidak berpihak padanya saat ini, pemuda itu berada tidak jauh dari gerbang sekolah. Sialnya Anko saat ini belum menjemput dirinya seperti biasa.
"Aku pikir kau sudah pulang ̶ ̶ "
"Kau tidak akan terkejut seperti itu," pemuda itu menyela ucapannya. "Hanya melihat tato di lenganku, kau mencoba menghindar. Apa kita sama di sini?" Inuzuka mengubah raut wajahnya serius.
Sebenarnya, dari awal ia sudah curiga terhadap gadis itu ketika tanpa sengaja melihat tato di belakangan punggung Hinata. Cuaca yang terbilang cukup panas, membuat mereka lelah dan baju sekolah agak lembab karena keringat. Kebetulan sekali, gadis itu tidak menggunakan hoodie seperti biasa. Seragam sekolah sedikit mencetak punggung Hinata cukup jelas.
Bagaimanapun ia lelaki normal, melihat sesuatu yang menguntungkan, pasti sangat sulit untuk diabaikan. Tetapi, ada sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya di sana.
Berpikir bahwa itu mungkin baju dalam bermotif, tetapi ketika dilihat dengan teliti. Dia hanya bisa bungkam dan memilih diam, meskipun motif tersebut tidak jelas, tapi ia sangat yakin bahwa itu merupakan tato. Tato sangat identik dengan yakuza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Eyes
FanfictionSedari kecil, Hinata Hyuuga sudah terbiasa melihat darah dan pembunuhan di depan matanya. Hidup sebagai anak dari Ketua Yakuza, tentu tidak asing lagi dengan hal tersebut, dan tidak jarang pula ikut terlibat di dalamnya. Selama 16 tahun, tidak ada b...