Kabar mengenai Hinata yang dirundung oleh beberapa anak perempuan tersebar dengan cepat begitu saja. Tidak lupa pula kabar para pelaku yang mendapatkan skors dari Iruka secara langsung.
Selama dia berjalan di koridor, terdengar jelas hiruk-pikuk orang-orang tengah membicarakan dirinya. Dia berdiri di depan pintu kelasnya, begitu gugup untuk masuk ke dalam, jam pelajaran akan segera dimulai. Berpikir untuk membolos, tentu Hinata tidak akan melakukan hal itu. Lari dari masalah jauh lebih buruk, lebih baik menghadapinya, pun pula ia tidak pernah dididik oleh para guru yang melatih untuk kabur dalam situasi apa pun.
Padahal gadis itu bisa menghadapi ketua gangster dengan mudah. Namun menghadapi cemooh dan cibiran dari anak sekolah, begitu membuat pikirannya buntu untuk menghadapi mereka.
"Kau berniat untuk masuk atau tidak, Hyuuga?" Hinata melirik dari ujung matanya. Obito tepat di sampingnya dengan membawa banyak buku pelajaran.
"Maafkan saya karena telah menghalangi jalan Anda."
"Kalau begitu cepat masuk! Aku tidak ingin membuang waktu." tidak ingin memancing pria itu marah, Hinata memilih masuk ke dalam kelas. Saat dia mengambil langkah masuk, semua perhatian tertuju ke arahnya. Bahkan mata mereka tidak pernah lepas memandang saat dia duduk di kursi.
◊◊◊◊
"Hyuuga," Hinata tersentak, semua buku di tangannya berjatuhan. "Oh, maaf. Biar kubantu." Naruto menundukkan tubuhnya, membantu gadis itu mengutip semua buku yang berserakan. Ia bahkan menyempatkan diri melirik gadis itu yang selalu menunjukkan tatapan teduh namun terkesan dingin.
"Eh?" Naruto tersentak, melihat buku sejarahnya ada di sana. Tidak melupakan stiker katak yang selalu menjadi penanda di setiap buku miliknya.
Hinata melirik, ketika salah satu buku menjadi sorotan pemuda itu. Buru-buru, dia mengambil buku itu dengan cepat dan mengutip semua buku lain yang masih berserakan, tanpa mempedulikan Naruto yang masih bergeming di sana, namun pemuda itu segera berlari mengejar dirinya.
"Hei, Hyuuga!" Naruto merasa kelelahan, karena tidak bisa mengimbangi langkah gadis itu yang berlari sangat cepat seperti Atletik. Namun rasa penasarannya semakin menjadi saat ini, kejadian di taman mengingatkan dirinya kembali.
"Aku ingin memastikan itu saja, tapi kalau kau seperti ini, aku semakin menaruh curiga padamu." tanpa pikir panjang, Naruto mengambil sikap siap berlari, setelah mengikat tali sepatunya dengan kuat.
Berulang kali Hinata mengumpat dengan kesal. Si pirang benar-benar mengganggu dirinya saat ini, Hinata tentu masih mengingat kejadian di taman dan memilih untuk melupakan kejadian malam itu. Namun siapa sangka, jika ia kembali bertemu dengan dua orang yang ditabrak olehnya saat dikejar beberapa anggota yakuza lain.
Dia bahkan sudah berlari sampai persimpangan jalan, mengabaikan mobil Anko yang terparkir di depan gerbang sekolah. Mungkin setelah ini, wanita itu akan melemparkan banyak pertanyaan yang semakin membuatnya kesal.
Karena yang terpenting saat ini adalah menghindari Uzumaki Naruto.
"Kena kau!" Naruto mencengkeram lengannya dengan kuat, "Larimu bahkan benar-benar cepat, ini mengingatkanku akan kejadian di taman kemarin," mengatur napasnya yang tersengal-sengal "Aku semakin menaruh curiga padamu, bisa kita berbicara? Buku itu bisa menjadi buktinya." pandangan matanya tertuju pada buku yang dipeluk erat gadis itu.
"Apa benar ini bukumu? Bagaimana kalau tidak?"
Gadis itu membuatnya sangat kesal, tanpa pikir panjang Naruto segera menarik buku sejarah yang diyakini miliknya itu dari pelukan Hinata. Bebeberapa buku lainnya jatuh di atas trotoar jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Eyes
FanfictionSedari kecil, Hinata Hyuuga sudah terbiasa melihat darah dan pembunuhan di depan matanya. Hidup sebagai anak dari Ketua Yakuza, tentu tidak asing lagi dengan hal tersebut, dan tidak jarang pula ikut terlibat di dalamnya. Selama 16 tahun, tidak ada b...