[11] MOON EYES

665 95 5
                                    

Jatuh cinta merupakan hal yang tidak pernah sekali pun terpikir oleh Hinata. Tidak tahu perasaan itu seperti apa. Di tengah dalam perjalan tugas seperti biasanya, terkadang Hinata melihat dua orang saling bergandengan tangan, bahkan sepasang kekasih itu tidak segan saling berciuman.

Jika alamarhum ibunya masih hidup, mungkin dia akan mengerti apa itu jatuh cinta, apa itu cinta dan seperti apa rasa ketertarikan pada lawan jenis. Mungkin, saat almarhum hidup seharusnya ia bertanya, "Kenapa ibu jatuh cinta pada seorang yakuza yang sudah banyak membunuh banyak orang?"

Rasanya benar-benar menyedihkan untuk mengingat hal itu. Hinata tidak bisa membayangkan bagaimana suatu hari nanti mengatakan pada Naruto yang sudah menyatakan perasaan padanya. Lalu dikala waktu mendorong dirinya mengatakan, "Aku seorang yakuza. Membunuh puluhan orang dengan tanganku sendiri." mungkin saat itu juga, perasaan pemuda itu akan hilang, memandang dirinya takut, dan berakhir menjadi rasa benci yang begitu mendalam.

Cinta menjadi benci, suatu kebalikan yang benar-benar luar biasa dirasakan. Ketika perasaan melayang-layang di udara seperti terbang tinggi, lalu dihempaskan ke dasar jurang.

"Aku tidak bisa membayangkan itu, lalu ̶ ̶ " kenapa aku menangis sekarang. Ia menjatuhkan kepalanya di atas meja bar. Menarik tudung hoodie untuk menyembunyikan kepalanya. Tidak ingin orang lain tahu bahwa saat ini dia sedang bersedih.

Setelah selesai dari tugasnya malam ini, Hinata menyempatkan diri untuk mengunjungi kelab Muse. Suatu kebetulan melewati daerah Roppongi dan melewati kelab, entah apa yang membuatnya berada di sini. Suasana hati yang buruk, seperti diselimuti rasa delima. Membuat gadis itu ingin menikmati satu koktail untuk menyegarkan pikiran. Sialnya, rasa koktail yang melewati tenggorokan itu membuat perasaannya semakin kacau dan berakhir dengan menangis.

Suara dentingan gelas yang diletakkan di depannya membuat gadis itu tersentak. Tapi, tidak ada niatan di sana untuk mengangkat kepalanya. Rasanya begitu berat sekarang.

"Nikmatilah, aku traktir kau hari ini." Suigetsu meletakkan satu gelas minuman koktail yang diracik dengan tambahan lain. Pemuda itu tersenyum simpul karena diabaikan, tapi itu tidak membuatnya marah. "Apa kau butuh bantuan? Kau terlihat sedang patah hati sekarang. Apa kau baru putus dengan kekasihmu? Luar biasa ... seorang pembunuh sepertimu bisa merasakan patah hati."

Gadis itu mengangkat kepalanya, terlihat dengan jelas mata dan hidungnya memerah. Hinata menyambar minuman itu dengan sekali teguk, dia mendesah dan mengelap bibirnya dengan kasar. "Aku tidak memiliki kekasih!" berteriak tiba-tiba, dan itu berhasil membuat beberapa orang menatap dirinya aneh. Namun mereka kembali mengalihkan pandangan.

Suigetsu tersentak, lalu membuang tawanya. "Santailah sayang ... aku hanya bercanda." Dia berjalan ke arah lemari kaca yang di baliknya terdapat banyak botol alkohol di sana. Mengambil salah satu, lalu menuangkannya kembali ke gelas kosong Hinata.

Moon EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang