Tidak henti-hentinya Hinata terus mengumpat, belum lagi rasa mual mengguncang isi perutnya. Ini akibat dari dia memaksakan diri untuk minum.
Dia mengelap kasar sudut bibirnya, "Kapan ini berakhir?"sudut matanya berair, gadis itu berulang kali menghela napas.
"Seharusnya aku tidak minum banyak." bagaimanapun menyesal tidak ada gunanya. Ia juga tergiur dengan Armand de Brignac Midas yang diberikan Suigetsu.
"Kau akan merasa sakit jika kau tidak memijit lehermu seperti ini." Hinata tersentak, ingin segera menoleh untuk melihat siapa disana. Namun sialnya, rasa mual kembali mengguncang.
Ada perasaan malu ketika orang di sana melihat muntahan menjijikkan dirinya. Tapi rasa malu itu tidak bertahan lama, karena pusing menghantam kepalanya tiba-tiba. Dia jatuh terduduk di trotoar.
Hinata melirik dari ujung matanya, "Aku tidak menyangka jika kau menyukai alkohol. Parfum-mu juga samar-samar tidak tercium."
Gadis itu berdecak lidah, "Di saat seperti ini, kau malahmenghirup wangi parfum-ku. Kau benar-benar menyebalkan." dia membuka tudung hoodie-nya. Efek alkohol membuat tubuh gerah serta kaus agak lembab.
Naruto mengamati pergerakan di sana. Gadis itu memilihberdiri dan berjalan dengan sempoyongan. Tidak ada niatan dalam dirinya untuk menghentikan Hinata yang berjalan seperti itu, bahkan ketika gadis itu jatuh karena kakinya tersangdung batu.
Pemuda itu menghela napas, mengambil langkah untuk dekat,menarik paksa lengan gadis itu sampai membuatnya meringis sakit.
"Kau sengaja, 'kan?" Hinata berteriak tiba-tiba, sementarapemuda itu memutar bola matanya bosan.
"Karena tidak, kau akan menolak pertolonganku. Tidakmungkin membiarkanmu pulang sendirian dengan kondisimu seperti ini."
Naruto menarik pergelangan tangan di sana untuk mengikuti langkahnya. Ia membawa untuk duduk di taman. Memberikan mantel yang digunakan olehnya untuk dipakai olehHinata.
Namun gadis itu menolak dengan alasan, "Aku tidakmembutuhkannya, efek alkohol membuat tubuhku panas dan kausku agak lembab."
"Kau juga baru minum?" gadis itu mengendus bau alkohol dari tubuh si pirang.
"Kau lebih banyak berbicara saat sedang mabuk, Hyuuga."
"Apa kau minum karena aku?"
Naruto melirik dari ujung matanya, pemuda itu tergelak "Kau juga minum karena memikirkan aku?" dia balik bertanya, dan itu berhasil membuatgadis di sebelahnya menoleh, Sorot mata Naruto memandang teduh, menarik gadisitu ke dalam pelukannya.
"Sebentar saja ... seperti ini ..."
Hinata diam dalam dekapan Naruto, memberanikan dirimembalas pelukan itu, sembari menepuk punggung di sana.
"Padahal kau belum menjawabku, tapi aku sudah merasa ditolak,"sudut bibirnya terangkat. "Setidaknya aku bisa membuatmu pusing karenamemikirkan tentang perasaanku."
"Uzumaki ..." gadisitu melepas pelukannya, namun sepertinya terasa berat bagi Naruto. Hinatamelirik dengan hati-hati.
◊◊◊◊
Mereka berdua bercerita panjang malam itu di taman. Namun sebenarnya, Hinata hanya menjadi pendengar di sini. Saat seseorang tengah cerita tentang masalah mereka, hal yang perlu dilakukan adalah menjadi pendengar yang baik.
"Bisa dikatakan aku sedikit sakit hati saat kau mengabaikan perasaanku," Naruto tersenyum tipis di sana. "Namun aku sadar kalau apa yang kulakukan justru kekanak-kanakan. Maka dari itu aku memilih untuk meluapkan perasaan kacau ini dengan sedikit minum."
"Kau bohong, 'kan?" Naruto tersentak, dia berhenti tertawa. Suasana hatinya mendadak buruk.
"Matamu memberitahuku, terlihat jelas bahwa kau sedih bukan karena itu. Aku mungkin memang mengabaikanmu saat kau menyatakan perasaan padaku. Namun, bukan berarti aku tidak ingin menjawab di sana. Karena aku tidak tahu apa yang harus aku katakan."
Hinata menolehkan wajahnya, menatap pemuda itu tengah berkaca-kaca memandang dirinya. "Daripada jawaban ... mungkin aku akan mengakui suatu hal yang membuatmu akan terkejut."
"Kakekku memenangkan pemilihan wali kota, karena bersekutu dengan para yakuza," Hinata bergeming, menggigit bibir bawahnya gemas. "Beliau tiba-tiba bercerita kalau ayahku merupakan seorang mantan yakuza. Ayahku memilih keluar dari organisasi tersebut karena jatuh cinta pada ibuku. Aku tidak menyangka bahwa aku merupakan anak dari seorang yakuza."
Rasa takut di dalam diri Hinata semakin membuatnya sulit berbicara.
"Setelah keluar dari dunianya, ayahku tinggal bersama keluarga Hiruzen. Mereka membukakan pintu lebar-lebar untuknya, memberikan kehangatan dan mendidik ayahku." Naruto tersenyum miris, karena dia mendengar cerita yang berbeda dari kakeknya. Dan ternyata yang benar adalah cerita yang saat ini. Selama ini, pemuda itu selalu percaya pada Hiruzen. Tapi hari ini, dia merasa seperti dikhianati.
"Awalnya aku tidak percaya, namun saat beliau menunjukkan kulit tato mendiang ayahku. Itu semakin membuatku syok. Kakek menjelaskan padaku, kalau seorang yakuza yang telah mati, kulit mereka yang penuh tato di lepas dari tubuh mereka."
Ketika seorang yakuza yang telah mati, kulit mereka yang penuh dengan tato akan dilepas dari tubuh mereka. Meskipun itu terlihat kejam dan menyakitkan, namun itu bukanlah hal yang sakral. Kulit mereka disimpan atau dipajang sebagai bentuk penghormatan, ada pula yang dijual. Karena kulit tato yakuza memiliki harga jual yang tinggi bagi para orang-orang yang mencarinya.
Karena tato yakuza begitu terkenal, memiliki motif yang indah dimana setiap bentuknya diukir dengan ketelitian mendalam. Dibuat dengan teknik yang disebut dengan Irezumi. Tetapi Hinata, tidak ingin ditato dengan cara seperti itu. Sebab ada yang lebih berarti bagi dirinya untuk dilukiskan di tubuhnya. Ia mentato tubuhnya hanya untuk mengenang seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya.
"Jadi kau membenci ayahmu, karena beliau merupakan seorang mantan yakuza?"
Naruto menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin aku membenci ayahku," dia menghela napas, sembari mengusap wajahnya kasar. Pikiran pemuda itu tidak terarah. "Aku malah cinta pada orang seperti dia."
"Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu," Hinata memunggungi Narutp, "Kalau aku seorang yakuza ... apa kau tidak akan lagi mencintaiku?" sudut matanya berair.
"Jangan berbicara omong kosong," pemuda itu tergelak, buka situasi yang tepat saat dia mendengarkan lelucin dari gadir itu. Namun Hinata begeming, memilih mengangkat sedikit kausnya untuk memperlihatkan punggung indah itu dengan tato menempel di sana. Naruto tersentak, menatap tidak percaya. "Hinata? kau ..."
Gadis itu mengangguk lemah. "Aku seorang yakuza. Anak dari pemimpin yakuza nomor satu di Tokyo," ia menurunkan kausnya kemudian. "Kakekmu memiliki komunikasi dengan ayahku untuk memenangkan pemilihan wali kota. Inilah alasanku, kenapa aku tidak bisa membalas perasaanmu."
◊◊◊◊
Armand de Brignac Midas, mewahterbesar di dunia dengan berat mencapai 45 kg. Nama sampanye ini diambil dariRaja Midas dalam mitos Yunani. Sampanye ini dilapisi dengan emas padabagian botolnya dan telah berumur lebih dari 30 tahun
Irezumi merupakan teknik membuat tato yang sangat berbahaya karena langsung dipompa pada kulit, dengan teknik ini juga bisa membuktikan keberanian kelompok yakuza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Eyes
FanfictionSedari kecil, Hinata Hyuuga sudah terbiasa melihat darah dan pembunuhan di depan matanya. Hidup sebagai anak dari Ketua Yakuza, tentu tidak asing lagi dengan hal tersebut, dan tidak jarang pula ikut terlibat di dalamnya. Selama 16 tahun, tidak ada b...