29. Seharian Bersama

904 75 15
                                    


#AWAS_TYPO_BERTERBANGAN

Cerita ini murni cerita aku ya guys, maaf jika ada salah kata atau gak jelas jalan ceritanya.
Semoga enjoy baca cerita Aku.

°°°°

Setelah ucapan Dokter Ridwan kemarin dirinya menjadi tidak tenang, seolah ada bongkahan-bongkahan batu yang tiba-tiba runtuh mengenainya, rasanya sakit. Dadanya kembali nyeri, Dira berjalan menuju ranjangnya sembari memegang dada kirinya.

Kemudian dia mengatur napasnya perlahan, dia tidak boleh banyak pikiran sekarang, selain membuat tubuh menjadi tidak sehat, bisa juga penyakitnya dulu akan kambuh nantinya. Dia harus menjaga jantungnya, jantung yang menjadi penyelamat untuk hidupnya.

Suara gedoran pintu kamarnya membuat matanya mengerut bingung, "Siapa?!"  teriaknya sembari membenarkan kunciran rambutnya dan kacamata bulatnya.

Dira membuka pintu kamarnya dan terkejut saat melihat kakaknya lah yang berada didepan pintu kamarnya. Tapi apa yang dilakukan kakaknya ini? Bukankah Dion masih sakit? Lantas siapa yang ada disini?

Beberapa pertanyaan aneh tiba-tiba muncul dibenaknya hingga Dira mengheleng pelan mengusir pikiran anehnya itu.

Sedangkan sosok didepannya kini hanya diam dan mendengus saat ditatap aneh. "Gue bukan hantu." jawab Dion asal seolah mengetahui apa yang dia pikirkan sekarang.

Matanya membulat kemudian mengerjap beberapa kali kemudian tersadar dari lamunannya. "Kakak kenapa ada disini?"

Dion mengangkat alisnya satu, "Gue laper!"

"Emang Bu Marni belum datang?" tanya Dira, setahunya ini hari Sabtu, seharusnya Bu Marni datang dan memasakan makanan untuk kakaknya. Tapi mengapa sampai saat ini belum datang? Mungkin saja Bu Marni ijin.

Dion mengendikan bahunya pelan, sebenarnya dia lah yang menyuruh Bu Marni untuk pulang, bukan karena dia marah melainkan dia ingin Dira yang memasakan untuknya. Dia kecanduan dengan bubur buatan Dira kemarin, dia sangat suka.

"Yasudah Kakak tunggu dibawah, aku  masakin."

Dion mengangguk, namun tidak beranjak dari tempatnya. Dira menghela napasnya kemudian berinisiatif berjalan lebih dulu, matanya melirik Dion yang ternyata kini mengekorinya.

"Kakak mau aku masakin apa?" tanya Dira yang sudah siap memakai apronnya.

Dion yang sedari tadi duduk dimeja makan memainkan hp nya mendongak menatap kearahnya. "Gue mau nasi goreng."

Dira mengangguk, setelah menyiapkan dua piring nasi goreng satu untuk kakaknya dan satu  lagi untuk dirinya dia. Dia membawa satu piring untuk kakaknya."Ini kak."

"Buat lo?"  tanya Dion menatap satu piring nasi goreng yang tersaji didepannya.

"Ada kok kak, aku mau makan di dapur nanti." jawab Dira tersenyum.

"Nggak." Dion menggeleng, "Lo-harus-makan-disini!" ujarnya penuh penekanan.

Mata Dira membulat, apa dia tidak salah dengar. Tumben sekali kakaknya mau mengajaknya untuk duduk semeja dengannya. "Ma..maksud kakak apa?"

"Gue mau lo makan disini sama gue!" Dira mengangguk, dia tidak mungkin membantah ucapan Dion sekarang, dia tidak mau Kakaknya itu berubah pikiran.

Dira kembali kearah dapur dan mengambil sepiring nasi gorengnya dan duduk di meja makan didepan Dion. Dia tersenyum menatap kini tinggal setengah piring yang dimakan Dion.

"Kakak masih kurang?" tanyanya.

Dion melirik sekilas lalu menggeleng. "Gak, lo makan aja yang ada dipiring lo itu."

 The Cold BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang