38. Bayangan Darren

796 68 6
                                    

      Sudah hampir seminggu lamanya Dira mengurung dirinya di dalam kamar. Dia merasa bersalah karena penyebab kematian Darren adalah dirinya. Bayang-bayang Darren masih terekam jelas di memorinya.

Dira tersenyum tipis, berdiri berjam-jam didepan balkon kamarnya bukanlah pilihan yang tepat. Dia masih ingat saat Darren dengan nekatnya masuk ke dalam balkon kamarnya waktu itu.

"Gunung aja aku daki, mana mungkin balkon rendah seperti ini tidak aku daki Ta."

Dira mengusap pelan buliran air mata yang masih membekas di sudut matanya. Suara Darren masih berputar layaknya kaset di dalam pikirannya.

"Ta, dapetin kamu itu ibaratnya aku ngerjain soal Fisika."

"Fisika?"

"Kelihatannya mudah, tapi waktu aku coba ternyata rumit."

"Ta, mungkin ini bukan waktu yang tepat. Tapi yang aku rasakan ke kamu adalah nyata. Aku mencintai kamu, Zeta Mouldina."

Yahh..

Andai waktu bisa diulang, mungkin dirinya tidak akan egois meninggalkan Darren waktu itu. Andai saja dia tegas waktu itu, mungkin dia akan bahagia bersama dengan Darren.

"Kenapa Ta, kenapa kamu harus ninggalin aku? Apa salah aku Ta?"

Dira menggelengkan kepalanya dan melepaskan genggamana tangannya dari tangan Darren. "Maafin aku Ren, aku gak bisa. Aku harus bertanggung jawab karena ini semua adalah salahku."

Andai...

Dira menghela napasnya berat, dia sangat bodoh. Bodoh, karena telah meninggalkan lelaki baik seperti Darren.

"Apa nggak ada secuil rasa cinta untuk aku Ta?"

"Ren, maaf. Rasa bersalah aku lebih besar dari pada perasaan ini Ren. Aku mohon sama kamu, jangan nyari aku."

Memori itu terekam jelas, saat dia meminta Darren untuk meninggalkannya. Hanya karena rasa bersalah dan tanggung jawabnya dia rela melepaskan cintanya.

"Ren maaf, maaf banget. Aku harap kamu bisa tenang disana Ren." Guman Dira menatap cahaya rembulan yang ada di atas langit. Angin berhembus menerpa kulitnya membuat kulit pucat itu menggigil pelan.

Hingga dia mengingat amplop pemberian Rama waktu itu, Dira mengerjapkan matanya dan mengingat terakhir dia meletakkan amplop itu.

Dira tersenyum saat surat itu sudah ada di genggamannya sekarang, dengan hati-hati dia membuka amplop yang menutupi surat itu dengan hati-hati, dia tidak mau merusak barang pemberian Darren untuknya.

Menguatkan hati dan pikirannya saat jemari lentiknya mulai membuka surat itu dengan perlahan. Tulisan dan bau khas Darren langsung menyeruak membuat Dira merasa nyaman sekarang.

Untuk peraih cintanya Darren

      Terimakasih udah berjuang sejauh ini, berat ya Ta? Sama, aku juga ngerasain gitu Ta. Berat banget buat mertahanin kamu di sisi aku.

Ta, satu hal yang harus kamu tahu. Aku masih sangat mencintai kamu. Aku gak nyalahin kamu buat ngejauh dari aku. Tapi, aku nyalahin diri aku sendiri, karena aku gak bisa mertahanin kamu.

Waktu pertama kali aku membuka mata, aku baru menyadari jika kamu sudah pergi meninggalkan aku. Pergi membawa sejuta kenangan kita yang dulu pernah kita buat pada masa jingga kita.

 The Cold BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang