16. Pelangi Dalam Kabut

1.2K 89 14
                                    

#Awas_typo_berterbangan

Med baca ya guyss!!!

Kalau kepo-kepo tentang author, bisa cek di ig author @silviaputriz_

.....

Setelah pembicaraannya tadi pagi bersama Rion, kini bel istirahat berbunyi pun dirinya tidak melihat Rion sama sekali. Dira merasa Rion memang sengaja menghindarinya karena kejadian tadi.

Dira menghela napasnya pelan, rasanya hidupnya kembali seperti dulu. Menjadi seorang pecundang dan berakhir dengan kesendiriannya. Setelah kepergian dua sahabatnya kini berganti Rion yang mulai meninggalkannya membuatnya tersenyum miris.

Bahkan siomay kesukaannya pun terasa hambar rasanya tanpa adanya canda tawa kebersamaan teman-temannya. Rasanya dia iri, melihat arah bangku seberangnya yang terisi oleh kakaknya yang bisa bercanda gurau bersama temen-temannya. Bahkan Olin dan Rika juga ada bersama mereka. Kapan dirinya akan menjadi bagian dari mereka?

Matanya beradu dengan mata tajam milik Dion, kakaknya. Tampak Dion tersenyum miring menatap kondisinya yang seperti ini. Memang dia akui, dirinya telah kalah dalam permainan kakaknya.

"Permisi, aku boleh duduk disini gak?" suara lembut membuat Dira memutuskan kontak dengan kakaknya dan berganti menatap gadis berkuncir kuda dengan kacamata bulat sepertinya. Dira tidak mengiyakan, namun memilih diam membiarkan gadis yang dia ketahui dari kelas sebelah dengannya duduk diseberangnya.

"Kamu lihatin apa?" tanya gadis itu, Dira tidak menjawab.

"Kamu lihatin mereka ya?" tunjuk gadis itu kearah meja Dion. "Mereka keren-keren ya, bahkan aku iri melihat Olin dan Rika bisa bersama mereka."

Dira menatap gadis itu jengah. Ria tidak ingin membuka hati untuk berteman lagi, rasanya sakit jika dikhianati oleh temannya sendiri.

"Kamu temannya mereka berdua kan?"

"Bukan urusan kamu." ketus Dira memasukan siomay besar kedalam mulutnya.

"Emang bukan urusan aku, tapi aku kasihan sama kamu." gadis itu memakan mie ayamnya. "Oh ya nama aku Berlin, salam kenal ya Dira."ujarnya mengulurkan tangan.

Dira hanya melirik sekilas,"Dira."

"Kamu terlalu cuek ya, pantas aja Rion ngejar-ngejar kamu."

Dira mengerutkan keningnya saat nama Rion disebut oleh Berlin. "Rion?"

"Iya, Dia kan temen sekelas aku. Aku udah deket sama dia udah lama tapi beberapa akhir ini dia selalu nyeritain kamu, jadi-"

"Ber, aku ke kelas dulu ya. Aku lupa nyerahin tugas ke Bu Ria." alibi Dira mencoba pergi dari Berlin, dirinya sudah menangkap maksud dari Berlin. Namun dia tidak memusingkan sekarang karena tujuan terpentingnya sekarang bukanlah itu.

"RIONN!!" teriak Dira saat melihat Rion berjalan menuju arah toilet. Dira bersandar didinding sembari menunggu Rion keluar dari toilet. Rasanya tidak mungkin jika dirinya harus masuk kedalam toilet pria.

Mungkin dewi fortuna tidak berpihak kepadanya, ketika matanya menangkap sosok Dion yang berjalan bersama teman-temannya kearahnya membuat Dira ingin sekali pergi dari sini.

 The Cold BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang