26. Belajar Bareng

742 63 3
                                    

Kebahagiaan lo bakalan ketunda kalau lo belum bisa nerima takdir lo
~Gaga~


°°°°

Dira menghela napasnya melihat kakaknya yang sudah nyaman rebahan diatas soffa, tidak seperti dirinya yang baru saja sampai dirumah saat ini. Matanya melirik jam yang bergantung di dinding, sudah pukul 6 malam tapi nyatanya papanya belum juga pulang.

Lalu dimana mamanya sekarang? Bibirnya tersenyum saat melihat mamanya yang masih memakai apron sembari kedua tangannya memegang mangkuk besar dan menyusunnya diatas meja. Dira menyesal tidak membantu mamanya memasak tadi.

"Sayang, kamu baru pulang?" tanya Mamanya yang berjalan kearahnya. Dira baru sadar jika sedari tadi dia berdiri mematung didepan pintu.

"Mama." senyumnya kemudian menyalami tangan mamanya. "Dira ke kamar dulu ya ma."

Mamanya mengangguk,"Kalau sudah selesai buruan kebawah, kita makan bersama!"

Dira yang berjalan menaiki anak tangga kemudian membalikan wajahnya sekilas lalu mengangguk. Rasanya dia butuh mandi sekarang.

Suasana hangat yang dicairkan oleh celoteh papanya membuat Dira tersenyum. Dia sangat merindukan momen seperti ini dimana dia bisa melihat senyuman lepas mamanya itu.

"Bagaimana sekolah kamu nak?" tanya papanya hangat membuat Dira membalasnya hangat.

"Baik Pa."

"Bagaimana persiapan Olimpiade kamu nanti?"

Dira melirik sekilas kearah Dion yang nampak cuek menikmati makanannya kemudian menatap papanya yang sedari tadi menunggu jawaban yang keluar dari mulutnya.

"Sudah setengah jalan pa, lagian kak Dion yang ngajarin aku selama ini."

"Benarkah?" kaget papanya, dia tidak menyangka jika putranya mau membantu anak tirinya bahkan sejauh yang dia tahu putranya itu sangat membenci Dira.

"Papa bangga sama kamu Dion." ucap papa bangga menepuk pelan bahu Dion. Namun Dion hanya diam tidak mengatakan sepatah kata pun.

....

Dira mendengus pelan saat tumpukan soal kini diberikan lagi untuknya. Bagaimana mungkin jika kakaknya dengan tega memberikan soal-soal rumit seperti ini, bagaimana bisa dia melewati olimpiade nantinya rasanya dia ingin menangis saja.

"Buruan kerjain gue tunggu sampai 15 menit." ketus Dion. Tubuhnya dia sandarkan di gazebo sembari matanya menatap keluar.

Dira mengangguk, mulai memfokuskan dirinya untuk berperang melawan fisika. Namun lama kelamaan otaknya terasa panas memikirkan soal tersebut, bahkan dia hanya mampu mengerjakan 3 soal saja.

Hembusan angin membuat Dira merasa sejuk, dia setuju dengan ucapan Dion yang mengajaknya belajar di gazebo, bahkan dia merasa tenang melihat taburan bintang diatas dia jadi ingin menatapnya lama-lama.

Matanya melirik kearah Dion yang sedang memejamkan matanya, mungkin kakaknya itu sedang menikmati udara segar. Dia baru menyadari jika kakaknya itu sangat tampan.

Ralat, sangat tampan.

Astaga, apa yang baru saja dia katakan, tidak mungkin kan dia menyukai kakaknya yang super duper menjengkelkan itu. Tapi dia akui sangat sulit untuk menolak pesona Dion, Dion Wiratama Atmadja.

 The Cold BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang