18. Antara Hujan Dan Kesedihan

1K 66 2
                                    

#Awas_typo_berterbangan

Jangan lupa follow ig author ya. @silviaputriz_ kalau mau Follback dm aja oke, pasti bakal author Follback kok.

Selama membaca..

°°°°

"Dasar jalang."

Lontaran dan hinaan itu membuat Dira diam terpaku. Suara itu seolah menjadi melodi lagu yang mengalun di indera pendengarnya membuatnya tidak bisa berpikir apapun saat ini. Jalang? Apa sehina itu dirinya sehingga dipermalukan seperti ini.

Hingga suata tarikan keras membuatnya terjungkal kebelakang dia tertarik dari alam bawah sadar. Namun naas, badanya terjerembab jatuh karena dorongan yang begitu keras itu.

"LO HARUS TANGGUNG JAWAB!!!" Teriak Gadis itu, auranya nampak begitu mengintimidasi dengan kabut emosi yang masih mengobar. Napasnya yang naik turun hingga terdengar disekelilingnya. Matanya yang begitu nyalang, dan tajam dengan air mata yang mengucur deras dan nenatapnya penuh kebencian.

"MAKSUD LO APA?" Teriak Rika tidak jauh berbeda, dia tidak terima jika sahabatnya diperlakukan seperti ini terlebih dihadapannya sendiri. Giginya gemerlatuk menahan amarah yang sewaktu-waktu meledak kapan saja.

"Lo gak papa Ra?" tanya Olin yang segera memapahnya berdiri. Dira menggelengkan kepalanya pelan, hanya saja bagian tubuhnya terasa sakit akibat dorongan itu yang mengakibatkannya jatuh menabrak meja tadi.

"Aku gak papa kok Lin" tenangnya, meskipun didalam hatinya merasa kacau. Dia memikirkan apa yang sebenarnya terjadi sehingga membuat Berlin marah kepadanya, perasaan dia hanya sekali bertemu gadis itu dan seingatnya dia tidak pernah mencari masalah. Lalu mengapa gadis itu membencinya?

"GUE GAK ADA URUSANNYA SAMA LO." Berlin itu menatap Rika dengan sengit. "Urusan gue sama dia!!" tunjuknya kearah Dira.

"Aku?" tanya Dira bingung, dia berjalan mendekat kearah Berlin namun masih ditahan oleh Olin yang takut sewaktu-waktu Berlin akan menyerangnya nanti.

Dira menatap Olin pelan dan menggelengkan kepalanya mencoba membuat Olin tidak khawatir akan keselamatan dirinya. Dengan amat terpaksa Olin mengangguk dan membiarkannya sendiri berdiri dihadapan Berlin sekarang.

"Mengapa kau ingin menemuiku?" tanyanya bingung, namun matanya melirik sekilas menatap kearah lain yang kini banyak pasang mata menatapnya penuh keheranan.

Berlin berdecih,"Jangan sok polos deh lo, lo itu iblis bertubuh malaikat kan."

"He jaga ucapan lo ya?!" geram Rika tidak terima dengan ucapan Berlin. "Dira itu lebih baik dari pada lo, dasar nenek lampir!"

"Lo ya!!!" geram Berlin.

"Sudah-sudah." lerainya, dia tidak ingin hanya karena dirinya membuat Rika dan Berlin bertengkar, dia hanya ingin menyelesaikan masalah ini dengan damai tanpa adanya adu mulut maupun tenaga.

"Kamu mengapa kesini? Perasaan aku tidak punya masalah sama kamu." ujarnya menatap kearah Berlin, dia hanya bersikap jujur sekarang dan dia berharap jika Berlin akan berbicara baik kepadanya.

Namun naas, Berlin kembali mendorongnya hingga terjungkal, belum juga puas Berlin mendorongnya lagi hingga dia mulai terbentur tembok dengan sangat keras.

Matanya berubah merah menyala menatapnya tajam, terlihat dengan jelas jika auranya seolah seperti pembunuh bayaran yang segera menyergap mangsanya.

"Gara-gara lo!!" geram Berlin menunjuk kearahnya dan dengan sengaja menggantungkan ucapannya.

"Rion masuk ke rumah sakit!"

 The Cold BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang