36. Perpisahan

952 71 14
                                    

Kata orang, perpisahan adalah hal yang menyakitkan.

~Dira ~

°°°°

Kata orang perpisahan itu hal yang paling menyakitkan, perpisahan mengajarkan akan sebuah keikhlasan dan ketabahan. Namun ketika perpisahan terjadi karena kesalahannya apakah dia bisa mengikhlaskan itu semua?

Suara tembakan nyaring bergema diseluruh penjuru ruangan. Matanya menatap nanar melihat noda darah yang merembes mengenai tubuhnya. Bibirnya bergetar hebat bahkan tubuhnya lemas tak berdaya.

Apakah ini nyata?

Dira terkejut melihat tubuh lemas itu, harusnya dia yang mati sekarang bukan orang lain. Ini salah dia bukan orang lain. Mengapa harus orang lain lagi yang berkorban hanya karena dia? Mengapa?

"DARENN!!" Jerit Dira histeris menggapai tubuh Darren yang kini berlumuran darah. Darah masih merembes di punggungnya.

Darren tersenyum lirih, bibirnya menahan rasa teramat sakit namun dia tahan. Ada rasa bangga dalam dirinya bisa melindungi orang yang sangat dia cintai dalam hidupnya meskipun ini adalah hal terakhir kalinya.

"Kamu gapapa kan Ta?" lirih Darren tanpa suara, kedua tangannya merengkuh tubuh Dira. Dira menggeleng apa yang dipikirkan Darren yang tiba-tiba sudah ada di depannya dan menolongnya dari tembakan Ivan.

Dira menggeleng, air matanya tidak berhenti menetes melihat orang yang dulu dia cintai kini berkorban untuknya. "Ren, lo harus kuat!"

Dira meletakan tubuh lemah itu, dan memangku kepala Darren dipahanya. "Ren, lo jangan pejamin mata, Ren. Lo kudu sadar."

Ivan tersenyum miring, meskipun dia salah tembak namun dia berhasil membuat perhitungan dengan cewek cupu itu. Mungkin terdengar asik jika dia berhasil menghabisi keduanya.

"Ta, ma...af," ujar Darren dengan suara teramat sakit.

"Nggak Ren, Lo kudu kuat!" Dira tidak ingin kehilangan orang sebaik Darren dalam hidupnya.

Darren tersenyum, matanya berkunang-kunang saat memori bersama gadis yang dia cintai dulu berputar dalam ingatannya. Tangannya terulur mengusap wajah Dira pelan. "Ka...kamu Cantik."

Dira menggeleng, dia memegang tangan Darren yang berlumuran darah. "Lo kudu kuat Ren!"

Darren tersenyum kecil, "Aku ya...kin, kita a...kan di...pertemukan di...ke...ke...hidupan se...se...lanjutnya"

"DARREN" Dira menepuk pelan pipi Darren, namun naas Darren telah berpulang. Matanya terpejam dengan senyuman yang terpatri di bibirnya untuk terakhir kali.

Kini Darrennya telah pergi...

Ivan bertepuk tangan, sungguh dramatis apa yang dia tonton tadi. Mungkin dia harus mengakhiri segalanya.

Dira terkejut, dia melupakan sosok Ivan karena kepergian Darren. Kini sudah tidak ada lagi orang yang akan menyelamatkannya dari kekejaman Ivan.

"Udah dramanya? Gue terharu tadi." bukannya merasa bersalah telah membunuh Darren, kini dengan teganya dia tertawa terbahak seolah dia habis membunuh seekor semut.

 The Cold BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang