28. Dokter Ridwan Tau Sesuatu?

941 70 9
                                    

#tandai kata typo..




Aku benci, namun aku peduli.
~Dira~



°°°°

Dira yang sedari tadi menatap Dion memejamkan matanya tersenyum pelan, kakaknya seperti malaikat tampan yang kini sedang tertidur tenang dengan tubuh sedikit gemeteran. Yaa kakaknya kini mengalami demam, dengan suhu 39° membuat Dira khawatir dan mengompresnya sekarang.

Setelah lapnya dirasa panas, Dira mencelupkannya kembali kedalam wadah dan memerasnya kemudian menempelnya lagi didahi kakaknya.

Matanya melirik kearah jam yang berada di dinding, sudah pukul 21.00 berarti sudah empat jam lamanya kakaknya pingsan dan demamnya bahkan belum turun.

Setelah menghubungi dokter pribadi keluarga, Dira kemudian membuat bubur untuk kakaknya agar waktu bangun nanti kakaknya tidak kelaparan nantinya.

"huhuhu." gumam kakaknya tidak jelas, badannya menggigil padahal dia sudah melapisi 2 selimut untuknya. Namun nyatanya tidak ada efek yang ditunjukan.

"Kak Dion." panggilnya segera menghampiri ranjang kakaknya. Duduk ditepi ranjang menatap khawatir kearah Dion yang masih memejamkan matanya.

"Kak bangun!" tepuknya pelan kepipi Dion berharap kakaknya akan bangun nanti. Namun harapannya musnah saat Dion tidak merespon dan malah bergumam tidak jelas.

"Ma... Mama." gumam Dion yang terdengar jelas di indera pendengarannya.

Kakaknya sekarang sedang merindukan mamanya, dia harus apa sekarang? Apa iya jika dia harus menghubungi mama sama papanya dan menyuruhnya untuk pulang ditengah hujan deras seperti ini? Tidak dia tidak boleh egois, dia bisa menyelesaikannya sendiri.

"Ma..mama maafin Dion ma." guman Dion. "Jangan tinggalin Dion, Dion sayang mama."

Deg...

Tiba-tiba air matanya jatuh mengenang, Dira mengusap air matanya pelan. Dia bisa merasakan betapa sakitnya hati Dion saat ini tidak bisa bertemu dengan mama kandungnya karena kehadiran dia dan mamanya.

Andai waktu bisa berputar dia tidak ingin menerima ini semua, dia akan menghilang agar penderitaan kakaknya tidak terlalu jauh seperti ini.

"Ka..kak bangun ya kak." lirihnya pelan mengusap pipi Dion dengan lembut.

Namun tiba-tiba kelopak mata itu terbuka membuat tubuhnya tersentak mundur. Namun sedetik kemudian dia tersenyum bahagia akhirnya kakaknya bisa membuka mata.

"Gue ada dimana?" lirihnya namun terdengar nada ketus didalamnya.

"Dikamar kakak."

"Lo kenapa disini?"

Dira menghela napasnya kemudian menjelaskan kejadian tadi sore yang menimpa kakaknya membuat mata elang itu terkejut namun sedetik kemudian memasang wajah datarnya.

"makasih." lirihnya pelan.

Apa dia tidak salah dengar? Kakaknya mengucapkan terima kasih kepadanya? Apakah kakaknya habis kejedot sehingga baru pertama kali ini dia mengucapkan kata terimakasih kepadanya. Jujur ini adalah hal yang bahagia untuknya.

Namun sebelum menjawab suara bel pintu membuatnya mendengus.

Ting tong

Jujur dia tidak ingin menemui siapapun hari ini, dia hanya akan fokus kepada kesehatan kakaknya.
Namun saat melihat siapa yang datang matanya membulat penuh harapan dan mempersilahkan sosok berjas putih itu memasuki kamar kakaknya.

 The Cold BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang