10. Dion Berubah?

1.8K 117 6
                                    

Mungkin inilah keputusan yang terbaik menurut Dira, mengikhlaskan kedua sahabatnya untuk bersama tanpa dirinya. Andai waktu bisa diulang, dia tidak ingin memiliki kehidupan seperti ini, namun ini semua adalah takdir dan dia tidak bisa menyalahkan mamanya atas semua masalah yang terjadi menimpanya.

Dia lelah..

Dia ingin menangis...

Namun Dira berusaha tegar agar sang mama tidak lagi mencemaskannya terlebih papanya yang sangat baik kepadanya. Dira menghela napasnya, menghapus sisa air mata dan tersenyum saat melihat mamanya yang kini menyiapkan bekal untuk dia bawa ke sekolah.

"Mama, Dira berangkat dulu ya." pamitnya mencium punggung tangan mamanya dan menerima bekal tersebut sembari memasukkannya kedalam tasnya.

"Kamu gak mau sarapan dulu sayang?" suara lembut mamanya membuat pertahanan Dira seketika roboh namun dia tahan agar tidak terlihat lemah didepan mamanya.

"Nggak ma, Dira ada urusan di sekolah." mamanya mengangguk dan melirik sekilas kearah anak tangga membuat Dira sontak menoleh.

Disana, sosok tinggi tegap dengan rambut acak-acakan dan seragam kusut tampak acuh berjalan. Kakak tirinya, Dion tersenyum sinis penuh kemenangan membuat Dira mencoba mengalihkan perhatiannya.

"Mama."

"Mama gak papa." Hibur mamanya mencoba tersenyum menenangkan membuat Dira mengangguk.

"Dion, kamu gak sarapan dulu?" sapa mamanya. Dira yang melihat itu hanya bisa menyaksikan mamanya berusaha menarik hati kakak tirinya agar bisa menerima kehadirannya bersama mama

"Bekal." singkat, jelas padat. Membuat Dira mengurutkan keningnya, karena tidak biasanya kakaknya itu seperti itu tidak seperti biasanya yang melegang pergi begitu saja.

"Kamu mau mama buatkan bekal?" Dira bisa melihat mata berbinar yang dipancarkan mamanya membuat Dira merasa lega, kakaknya mulai terbiasa.

"Terserah." jawab Dion cuek duduk dimeja makan, Dira hanya berdiri ditempat menatapnya bingung. Ada yang aneh dengan kakak tirinya itu, terlebih ketika pandangan mereka bertemu dan Dion tersenyum miring kearahnya.

Benar-benar ada yang tidak beres disini....

"Kamu belum berangkat Dira?" tanya mamanya membuat Dira terperanjat kaget, namun sedetik kemudian dia tersadar dan melegang pergi dengan beberapa pertanyaan yang kini memenuhi otaknya.

°°°°°

Bukan tadi pagi saja yang membuat Dira bingung, namun kali ini sepertinya benar dugaannya jika kakaknya itu merencanakan sesuatu yang masih menjadi teka-teki dalam pikirannya.

Bahkan malam ini, dengan santainya dia duduk dimeja makan berkumpul bersama untuk makan malam bersama, terlebih sang papa dan mama menatapnya berbinar melihat perubahan Dion yang kentara ini. Bukan tidak menyukainya, tetapi Dira bingung mengapa kakaknya itu bersikap manis kepada mamanya. Tidak ada tatapan sinis, dan hanyalah senyuman. Namun dia tidak boleh berburuk sangka, mungkin saja Dion sudah mulai berubah sekarang.

"Kamu mau nambah apa lagi Dion?" tanya mama melihat piring Dion yang sudah tandas sejak tadi.

"Nggak usah tante, perut Dion udah kenyang." balasnya manis. Namun dari penglihatan Dira yang kebetulan duduk dihadapannya disamping mamanya mengerutkan keningnya bingung, apakah kakaknya ini salah makan tadi?

"Dion.." panggil papanya.

"Iya pa?"

"Papa senang, akhirnya kamu bisa menerima mama baru kamu dan Dira, papa bahagia kita bisa menjadi keluarga utuh lagi." kekeh papanya menepuk punggung anak semata wayangnya itu.

 The Cold BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang