19. Bertemu Rion

983 70 1
                                    

Keheningan tercipta saat kakinya melangkah memasuki gedung putih pencakar langit. Suasana yang dingin dimalam hari seperti ini membuat udara semakin menusuk dibalik seragam putihnya ini. Langkahnya berubah menjadi sangat pelan saat dia tidak sengaja melihat beberapa orang berseragam putih yang kini berlarian menuju arah sirine bahaya.

Dira menghela napasnya pelan, kemudian mengekori Rika dari yang sudah berjalan jauh didepannya. Langkahnya begitu panjang membuatnya susah untuk menyamainya dan sedikit berlari untuk mengejar Rika.

Padahal disana tertulis sangat jelas, dimana ruangan tersebut tidak boleh sembarangan berlari karena akan mengganggu istirahat pasien, namun dia tidak ada pilihan dia sangat anti dengan namanya Rumah sakit.

Hal yang paling dia hindari sebenarnya adalah rumah sakit, karena disini dia kan menemui bau-bau obatan yang sangat menyengat di indera penciumannya.

"Mau cari siapa kak?" tanya seorang resepsionis perempuan yang berbicara ramah dan tersenyum manis kearahnya membuatnya bergedik ngeri. Dulu waktu dia sangat kecil senyuman itu yang membohonginya saat dia akan melakukan suntik imunisasi dulu

Bagaimana bisa dia dulu bisa terberdaya karena senyuman suster itu, yang mengatakan dulu jika disuntik tidaklah sakit hanya seperti digigit semut tapi nyatanya? Hanya dia lah yang tau betapa mengerikannya jarum suntik itu menembus kulitnya.

Dira menggelengkan kepalanya mencoba mengusir ingatan itu,dia tidak ingin lagi memikirkan hal yang tidak penting seperti itu karena yang terpenting sekarang adalah dia ingin mengetahui kondisi Rion dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya yang akhir-akhir ini sangatlah aneh menurutnya.

Rika yang melihat Dira berekspresi mengerikan seperti itu sontak menyenggolnya."Lo kenapa Ra?" bisiknya pelan.

Dira mengerjapkan matanya kemudian menggeleng pelan, "Aku gak papa kok."

"Yakin?"

Dira mengangguk meyakinkan, dia sangat hapal kebiasaan Rika yang akan menatapnya jika menurutnya ada hal yang aneh dengannya dan dia bersyukur karena itu.

"Atas nama Rion—Rion siapa ya Ra?"  tanya Rika menatapnya.

Dira menggelengkan kepalanya. "Aku juga gak tahu, lupa tanya dulu." dia meringis malu, sudah beberapa lamanya dia berteman dengan Rion namun dia masih saja tidak tahu nama panjang Rion.

"Pokoknya Rion anak SMA Garuda kak." jelas Rika masa bodoh jika tidak ada dia akan mencari keberadaan Rion dimanapun, dia tidak ingin Dira kecewa nantinya. "Kami ingin menjenguk teman kita Kak"

"Oh pasien yang bernama Rion  berada diruangan Anggrek nomor 2." jelas resepsionis itu masih menatapnya ramah.

"Ayo Ra!" ajak Rika kearahnya. Dira bisa menghela napasnya lega sekarang, sedari tadi hal yang dilakukan hanyalah memandangi resepsionis dan suster yang berlalu lalang didepannya.

"Lo kenapa sih Ra, kok diem aja dari tadi?" tanya Rika tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Muka lo pucet, tangan lo sampai keringetan gini padahal disini ruangan AC. Gue biasanya lihat orang kayak gini nih kalau dia takut sama—LO TAKUT RUMAH SAKIT ?" kagetnya tidak percaya.

Dira segera membekap mulut Rika pelan, dia sangat malu sekarang terlebih melihat beberapa pasang mata yang menatapnya terkejut karena suara teriakan Rika yang terlalu keras tadi.

"Diam Rik, Iya aku takut rumah sakit." kesalnya kemudian melepaskan bekapannnya.

"Hehehe sorry Ra, biasa mulut gue sering lemes jadi gampang keceplosan deh." kekeh Rika pelan sesekali menabok bibirnya pelan.

Dira mengangguk, dia merasa Rika tidak salah karena dia tahu Rika tidak mengetahui jika dirinya takut hal-hal yang berbau rumah sakit seperti saat ini. Dira mengikuti langkah kaki Rika yang sudah terlebih dahulu menuju lift untuk naik ke ruangan anggrek dimana Rion dirawat disana.

 The Cold BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang