prolog

489 127 33
                                    

"Kita mau kemana sih, Lang?." Tanya Bulan yang bingung saat matanya di tutup oleh kedua tangan langit.

"Udah deh, pasti kamu bakal seneng."

Langit menuntun Bulan dengan hati hati, agar gadis cantiknya itu tidak tersandung.

"Kamu, merem dulu ya jangan di buka matanya, nunggu aba aba dari aku oke?." Bisik Langit.

Bulan menganggukkan kepala.

"Sekarang, buka mata kamu." Perintah Langit.

Betapa terkejutnya Bulan, saat Langit memberikan kejutan untuknya.

"HAPPY ANNIVERSARY SAYANG." ucap Langit sambil memeluk bulan dari belakang.

"Kamu masih inget ternyata." ucap Bulan sambil menatap mata Langit.

"Iya dong, masih inget. Dan juga Maafin aku ya, kalau aku masih belum bisa menjadi yang terbaik buat kamu."

Bulan memeluk Langit, walaupun setiap tahunnya selalu merayakan hari jadinya dengan langit, entah hari ini bulan merasakan hal yang berbeda.

***
Seperti biasa jadwal kampus padat, tugas sangat menumpuk membuat bulan harus sangat ekstra menjaga kesehatannya.

"Woyy." Suara Fina yang nyaring membuat Bulan kaget.

"Apaan sih!, gak usah teriak dong." Ucap Bulan kesal.

"Mangkanya jangan bengong, duduk sendiri juga di bawah pohon, mangkanya aku teriak, biar kamu gak kesambet."

"Ada apa emang?."

"Gpp sih, aku barusan dari kantin, terus liat kamu di sini. Ya udah aku ke sini."

"Oh."

"Kenapa sih?, muka lesu gitu, kayak gak ada gairah hidup sama sekali." Ledek Fina

"Gak usah ngeledek deh!."

"Uhh cayang cayang, teman aku marah."

"..."

"Kamu pulang sama siapa lan?, kalau pulang sendiri aku nebeng ya." Ucap Fina sambil nyengir.

"Gak sama Gino?."

"Males aku sama dia!."

"Lah kenapa?."

"Bosen, abisnya jadi cowok kok gak peka, kan bikin capek."

"Mangkanya, jadi cewek jangan kebanyakan kode." Ucap Bulan.

"Ya gimana ya, kalau cewek minta sesuatu, terus ngomong kan gak enak, enakan di kasih kode dulu, di film drakor kebanyakan gitu, sosweet banget."

"Kebanyakan liat drama sih, sampai di bawa deh ke kehidupan nyata."

"Andai Gino pekaan orangnya."

Bulan bosan melihat tingkah temannya satu ini, hidup sudah seperti drama, kok malah jadi di bikin semakin mendrama.

Bulan melihat arlojinya.

"Udah udah, aku mau pulang."

"Bareng ya."

"Gini aja, kalau ada masalah sama Gino larinya ke aku."

"Kan kamu temanku." Fina memeluk Bulan dengan memamerkan giginya.

Ingin sekali ia menjitak kepala Fina, kenapa ia di takdirkan berteman dengan sosok manusia yang bernama Fina, ya walaupun bentuknya begini Bulan tetap mensyukurinya, mungkin ada hikmah di balik ini semua. - Batin Bulan

Biarkan aku yang pergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang